Kisah ini menceritakan perkawinan kedua Raden Narayana dengan sepupunya,
yaitu Dewi Rukmini. Dalam kisah ini saya mencoba membuat pendekatan bahwa semua
istri Raden Narayana (kelak bergelar Prabu Kresna) adalah titisan para istri Batara
Wisnu.
Kisah ini saya olah dari sumber Serat Pustakaraja Purwa karya Raden
Ngabehi Ranggawarsita, yang dipadukan dengan kitab Mahabharata karya Resi
Wyasa, serta rekaman pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Nartosabdo, dengan
sedikit pengembangan seperlunya.
Kediri, 17 November 2016
Heri Purwanto
------------------------------
ooo ------------------------------
Raden Narayana |
DEWI JEMBAWATI MINTA DIMADU DENGAN DEWI RUKMINI DAN DEWI SETYABOMA
Raden Narayana sudah tiga
bulan ini menjalani pengasingan di Hutan Banjarpatoman bersama sang istri,
yaitu Dewi Jembawati. Hukuman tersebut dijatuhkan oleh Prabu Baladewa atas perbuatan
Raden Narayana yang mengacau keamanan di wilayah Kerajaan Mandura sebagai begal.
Meskipun Prabu Baladewa paham bahwa adiknya menjadi begal untuk merampok para
pejabat korup sisa-sisa pengikut Adipati Kangsa dan membagi-bagikan harta
jarahannya kepada rakyat miskin, namun hukum negara harus tetap ditegakkan.
Untuk itu, Prabu Baladewa dengan terpaksa menjatuhkan hukuman buang kepada sang
adik agar menjadi contoh bagi segenap penduduk Kerajaan Mandura.
Demikianlah, Raden Narayana menjalani
hukuman buang tersebut bersama Dewi Jembawati yang setia menemaninya. Hingga
pada suatu malam, Dewi Jembawati mimpi dirinya berada dalam wujud asli, yaitu
Batari Srilaksmi, di mana ia bertemu dengan adik dan sepupunya, yang bernama
Batari Srilaksmita dan Batari Sri Satyawarna. Ketiga bidadari tersebut adalah
cucu Sanghyang Pancaresi yang semuanya dinikahi Batara Wisnu.
Batari Srilaksmi dan Batari
Srilaksmita adalah putri Batara Wiksmaka. Mereka memiliki adik laki-laki bernama
Batara Laksmanasadu. Dulu di zaman kuno Batara Wisnu menitis kepada Prabu Sri
Rama, Batara Laksmanasadu menitis kepada Raden Lesmana, sedangkan Batari
Srilaksmi bersama Batari Sri Wedawati menitis kepada Rakyanwara Sinta. Kini
Batara Wisnu menitis belah kepada Raden Narayana dan Raden Permadi, sedangkan
Batara Laksmanasadu menitis kepada Prabu Baladewa dan Raden Permadi juga, serta
Batari Srilaksmi menitis kepada Dewi Jembawati. Adapun Batari Srilaksmita juga
ikut menyusul lahir ke dunia dengan menitis kepada Dewi Rukmini, putri Prabu
Bismaka di Kerajaan Kumbina.
Madu yang kedua bernama Batari
Sri Satyawarna adalah putri Batara Satya. Karena Batara Satya adalah adik
Batara Wiksmaka, maka Batari Sri Satyawarna adalah sepupu Batari Srilaksmi, Batari
Srilaksmita, dan Batara Laksmanasadu. Saat ini Batari Sri Satyawarna juga telah
lahir ke dunia dengan menitis kepada Dewi Setyaboma, putri Prabu Setyajit di
Kerajaan Lesanpura.
Dalam mimpi tersebut, Batari
Srilaksmita dan Batari Sri Satyawarna mengaku ingin berkumpul kembali dengan
Batara Wisnu dan Batari Srilaksmi seperti dulu saat masih berada di Kahyangan
Utarasegara. Maka, begitu terbangun dari tidurnya, Dewi Jembawati segera
meminta Raden Narayana agar menikah lagi, mencarikan madu untuknya. Ia meminta
agar sang suami menikahi kedua sepupunya, yaitu Dewi Rukmini dan Dewi
Setyaboma.
Raden Narayana merasa heran
karena pada umumnya perempuan menolak dimadu, tetapi Dewi Jembawati justru ingin
suaminya menikah lagi dengan dua perempuan sekaligus. Dewi Jembawati menjawab
Raden Narayana sebaiknya tidak perlu menutup-nutupi lagi, bahwa sesungguhnya Raden
Narayana sudah mengetahui kalau Dewi Rukmini dan Dewi Setyaboma adalah
jodohnya.
Raden Narayana tersenyum
membenarkan, bahwa sejak lama ia memang sudah tahu kalau kedua sepupunya itu
adalah titisan kedua istrinya di kahyangan. Namun, ia menunggu izin dari Dewi
Jembawati sebagai titisan Batari Srilaksmi, yang merupakan istri tertua. Jika
memang Dewi Jembawati sudah mengizinkan demikian, maka Raden Narayana akan
mengatur siasat untuk bisa menikahi Dewi Rukmini terlebih dahulu, baru kemudian
Dewi Setyaboma.
DEWI SUMBADRA MENGUNJUNGI HUTAN BANJARPATOMAN
Tidak lama kemudian, datanglah
adik Raden Narayana, yaitu Dewi Sumbadra yang diantar Arya Udawa. Dewi Sumbadra
ini juga titisan bidadari, yaitu Batari Sri Wedawati. Namun, ia ditakdirkan
menjadi jodoh Raden Permadi, yaitu titisan setengah Batara Wisnu yang lain,
bukan sebagai jodoh Raden Narayana.
Dewi Sumbadra datang untuk
mengabarkan bahwa hari ini sang kakak sulung, yaitu Prabu Baladewa beserta permaisuri
Dewi Erawati telah berangkat menuju Kerajaan Kumbina untuk menghadiri undangan
sang paman, yaitu Prabu Bismaka. Prabu Baladewa diundang sebagai saksi
pernikahan Dewi Rukmini yang dilamar banyak raja dan pengeran. Selain
mengundang Prabu Baladewa, kabarnya Prabu Bismaka juga mengundang keponakan
yang lain, yaitu Prabu Puntadewa dan Raden Bratasena dari Kerajaan Amarta. Adapun
paman yang lain, yaitu Prabu Setyajit raja Lesanpura juga diundang hadir.
Dewi Sumbadra bercerita bahwa
banyak raja dan pangeran melamar Dewi Rukmini sebagai istri. Prabu Bismaka
merasa bingung menentukan pilihan. Demi mengatasi masalah itu, Raden Rukmaka
adik Dewi Rukmini mengadakan sayembara tanding. Barangsiapa bisa mengalahkan
dirinya, maka orang itu berhak menikah dengan sang kakak.
Raden Narayana menanggapi bahwa
Raden Rukmaka memang memiliki kesaktian tinggi, namun sayang orangnya sangat
sombong dan angkuh. Orang yang sombong seperti dia mudah ditemukan celah
kelemahannya, sehingga sayembara tanding untuk mendapatkan Dewi Rukmini dapat dimenangkan
oleh siapa saja yang bisa jadi bukan jodohnya.
Raden Narayana pun menemukan
akal. Ia menitip pesan kepada Dewi Sumbadra agar disampaikan kepada Dewi
Rukmini. Jika nanti ada orang yang bisa mengalahkan Raden Rukmaka, maka Dewi
Rukmini jangan langsung mau menjadi istrinya. Orang itu terlebih dahulu harus bisa
menjelaskan makna “sejatining lanang lan sejatining wadon” (sejatinya laki-laki
dan sejatinya perempuan). Jika orang itu mampu, barulah dia boleh memperistri
Dewi Rukmini. Demikian pesan Raden Narayana.
Dewi Sumbadra menerima tugas
tersebut dan segera mohon pamit dengan diantarkan Arya Udawa.
PRABUANOM JAKAPITANA HENDAK MENIKAHKAN RESI DRUNA
Sementara itu, Raden Kurupati
yang beberapa waktu lalu gagal menikah dengan Dewi Srutikanti, kini telah
melamar putri Prabu Salya yang lain, yaitu Dewi Banuwati. Namun, Dewi Banuwati selalu
menunda-nunda dalam menerima pinangan tersebut, dengan alasan masih ingin
menyelesaikan kain rimong batik yang ditulisnya sendiri.
Sambil menunggu Dewi Banuwati menyatakan
bersedia menikah, Raden Kurupati pun mendesak sang ayah agar mewariskan takhta
Hastina kepadanya. Berkat bujukan Patih Sangkuni, akhirnya Prabu Dretarastra pun
mengumumkan putra sulungnya tersebut sebagai raja muda. Maka, bersamaan dengan
pelantikan Adipati Karna menjadi pemimpin Awangga, Prabu Dretarastra pun
melantik pula Raden Kurupati sebagai raja muda di Hastina, bergelar Prabuanom
Jakapitana. Setelah pelantikan tersebut, Prabu Dretarastra dan Dewi Gandari kembali
menetap di kota lama, yaitu Gajahoya.
Demikianlah, Prabuanom
Jakapitana kini menduduki takhta Kerajaan Hastina sebagai raja muda. Kelak
setelah menikah dengan Dewi Banuwati, barulah ia dilantik sebagai raja sepenuhnya.
Berita tentang sayembara tanding di Kerajaan Kumbina yang memperebutkan Dewi
Rukmini pun sampai juga di Kerajaan Hastina. Patih Sangkuni menyarankan agar
Prabuanom Jakapitana mengikuti sayembara tersebut. Namun, sang keponakan
menolak karena sudah terlanjur meminang Dewi Banuwati. Jika, Prabuanom
Jakapitana menikah dengan Dewi Rukmini, maka Prabu Salya akan kecewa dan
memutuskan hubungan persekutuan dengan Kerajaan Hastina.
Patih Sangkuni menemukan akal
untuk bisa memenangkan tiga persekutuan sekaligus, yaitu menjadikan Resi Druna
sebagai suami Dewi Rukmini. Pernikahan ini akan semakin mengikat Resi Druna sebagai
pelindung Kerajaan Hastina, begitu pula Prabu Bismaka akan langsung menjadi
sekutu para Kurawa. Selain itu, Prabuanom Jakapitana juga tetap bisa menjaga
hubungan baik dengan Prabu Salya di Mandraka.
Prabuanom Jakapitana setuju
pada usulan Patih Sangkuni. Maka, Resi Druna pun diundang hadir dari Padepokan
Sokalima. Setelah sang guru datang, Prabuanom Jakapitana menyampaikan maksudnya
agar Resi Druna meminang Dewi Rukmini, putri Kerajaan Kumbina. Soal sayembara
tanding melawan Raden Rukmaka, cukup para Kurawa saja yang maju. Pernikahan ini
merupakan bukti kecintaan Prabuanom Jakapitana kepada sang guru yang telah
mendidiknya dengan baik. Patih Sangkuni juga ikut membujuk Resi Druna agar
menerima permintaan tersebut, karena Dewi Krepi (istri Resi Druna) sudah
meninggal. Resi Druna masih cukup pantas apabila menikah lagi dengan perempuan lain
yang jauh lebih muda darinya.
Resi Druna merasa tersanjung.
Sebenarnya ia paham bahwa Prabuanom Jakapitana ingin mengikat kesetiaannya agar
tetap menjadi pelindung Kerajaan Hastina. Namun, di sisi lain ia juga
merindukan kehadiran seorang istri setelah Dewi Krepi meninggal. Resi Druna memang
seorang pendeta tua sakti dan berwawasan luas, di balik sikapnya yang lucu dan
suka bercanda. Namun bagaimanapun juga, ia tetaplah laki-laki yang punya gairah
pada wanita cantik apalagi masih muda. Maka, begitu mendengar Prabuanom
Jakapitana memintanya untuk meminang Dewi Rukmini yang seumuran dengan anaknya,
ia langsung menyatakan bersedia. Prabuanom Jakapitana dan Patih Sangkuni pun gembira
dan segera mempersiapkan rombongan untuk berangkat menuju Kerajaan Kumbina.
RESI DRUNA MENGALAHKAN RADEN RUKMAKA
Prabu Bismaka raja Kumbina
adalah adik kandung Prabu Basudewa dan Dewi Kunti. Sewaktu muda ia bernama
Aryaprabu Rukma, yang menikah dengan bidadari bernama Batari Arumbini. Dari
perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu perempuan dan laki-laki. Yang
perempuan bernama Dewi Rukmini, sedangkan yang laki-laki diberi nama Raden Rukmaka.
Berita kecantikan Dewi Rukmini
tersebar ke mana-mana. Banyak raja dan pangeran datang untuk meminangnya. Raden
Rukmaka yang berwatak sombong memanfaatkan hal ini untuk memamerkan ilmu
kesaktiannya. Ia pun mengadakan sayembara tanding, barangsiapa mampu
mengalahkan dirinya, maka orang itu boleh memperistri kakaknya.
Sayembara pun digelar di atas
gelanggang. Prabu Bismaka, Dewi Arumbini, dan Dewi Rukmini menyaksikan dari
bangku utama. Para raja undangan, antara lain Prabu Setyajit dari Lesanpura,
Prabu Baladewa dari Mandura, dan Prabu Puntadewa dari Amarta juga ikut sebagai
saksi dengan pendamping masing-masing.
Raden Rukmaka tampak bertarung
dengan lincah di atas gelanggang. Satu persatu raja dan pangeran dikalahkannya,
dan tidak sedikit pula yang dibuat malu di depan umum. Hingga akhirnya
rombongan dari Kerajaan Hastina pun datang, dengan mendaftarkan Resi Druna
sebagai pelamar Dewi Rukmini.
Raden Dursasana maju sebagai
wakil sang guru untuk menghadapi Raden Rukmaka. Perang tanding seru terjadi di
antara mereka. Hingga akhirnya Raden Dursasana pun terdesak mundur. Raden Rukmaka
lalu menantang para Kurawa yang lain. Raden Srutayu pun maju namun ia juga
kalah seperti kakaknya. Begitu pula dengan Raden Kartawarma, Raden Durmuka,
Raden Durjaya, Raden Durmagati, Raden Citraksa, Raden Citraksi, dan juga
Bambang Aswatama putra Resi Druna, semuanya kalah melawan Raden Rukmaka.
Adipati Karna menawarkan diri
kepada Prabuanom Jakapitana untuk maju menghadapi kesombongan Raden Rukmaka. Namun,
Resi Druna tidak setuju karena Adipati Karna berwajah tampan. Ia takut Dewi
Rukmini justru jatuh cinta kepada adipati Awangga tersebut, dan bukan kepada
dirinya.
Usai berkata demikian, Resi
Druna segera naik ke atas gelanggang menantang Raden Rukmaka. Raden Rukmaka pun
tertawa mengejeknya sebagai tua-tua keladi, orang tua yang tidak tahu diri,
menginginkan perempuan yang lebih pantas menjadi anaknya. Melihat sikap
putranya, Prabu Bismaka segera turun ke gelanggang untuk menasihati Raden Rukmaka
agar menghormati Resi Druna yang merupakan guru banyak kesatria. Namun, Raden Rukmaka
tidak peduli pada teguran sang ayah. Ia tetap mengejek Resi Druna sebagai guru
yang gagal, karena terbukti para Kurawa tidak ada yang becus melawan dirinya.
Mendengar itu, hampir saja Raden Bratasena maju untuk melabrak Raden Rukmaka,
tetapi dapat dicegah oleh Prabu Puntadewa.
Resi Druna sambil bercanda
menanggapi ejekan Raden Rukmaka. Ia ganti mengejek Raden Rukmaka sebagai
kesatria bau kencur yang hanya bisa membual padahal tidak punya kepandaian apa-apa.
Resi Druna berkata pula bahwa Raden Rukmaka dapat ia kalahkan hanya dengan satu
tangan. Orang yang sombong seperti Raden Rukmaka sangat mudah tersinggung dan ia
pun langsung maju menyerang Resi Druna. Namun, hanya dalam sekali pukul, pemuda
itu langsung jatuh tersungkur dan pingsan di bawah kaki lawannya. Para Kurawa bersorak
gembira memuji kemenangan guru mereka.
DEWI RUKMINI MEMINTA RESI DRUNA MENJELASKAN MAKNA SEJATINYA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN
Prabu Bismaka menyambut
kemenangan Resi Druna meski dalam hati kurang suka memiliki menantu pendeta tua
buruk rupa macam dia. Sungguh kebetulan, Dewi Rukmini berkata bahwa ia
mempunyai sayembara sendiri di luar sayembara tanding yang digelar adiknya,
yaitu Resi Druna harus bisa menjelaskan makna sejatinya laki-laki dan sejatinya
perempuan. Jika Resi Druna berhasil, barulah Dewi Rukmini bersedia menjadi
istrinya.
Prabuanom Jakapitana
marah-marah menuduh Prabu Bismaka ingkar janji dan mempermainkan gurunya. Prabu
Bismaka menjawab hal semacam ini wajar dan pernah terjadi di zaman kuno, di
mana Prabu Sumali raja Alengka mencarikan jodoh untuk putrinya dengan mengadakan
sayembara tanding melawan Arya Jambumangli, namun sang putri yang bernama Dewi
Sukesi juga memiliki sayembara sendiri, yaitu ingin mendapat pelajaran Aji
Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Resi Druna menasihati Prabuanom
Jakapitana agar bersabar, karena ia sanggup memenuhi permintaan Dewi Rukmini
tersebut. Resi Druna kemudian berkata bahwa yang dimaksud dengan laki-laki sejati
adalah pria yang mampu memenuhi kewajibannya, yaitu “ngayomi, ngayemi, ngayani”.
Maksudnya ialah, laki-laki tersebut mampu melindungi pasangannya, mampu
menenteramkan hati pasangannya, dan mampu mencukupi kebutuhan pasangannya.
Ketiga syarat tersebut ada pada Resi Druna. Sementara itu, makna dari perempuan
sejati ada pada diri Dewi Rukmini, yang cantik lahir maupun batinnya. Seorang
wanita disebut sempurna tidak cukup hanya berparas cantik dan menyenangkan saat
dipandang, tetapi dia juga harus memiliki watak sabar, ikhlas dalam melayani
pasangan, serta baik budi pekertinya. Kecantikan lahir saja tidak cukup, tetapi
harus ditunjang pula dengan kecantikan batin.
Prabu Bismaka bertanya kepada
para saksi apakah jawaban Resi Druna sudah benar. Prabu Setyajit, Prabu
Baladewa, Prabu Puntadewa, dan Raden Bratasena menjawab benar. Mendengar itu,
Dewi Rukmini gemetar dan segera lari masuk ke dalam kaputren. Prabu Bismaka pun
mengajak para tamu untuk beristirahat menikmati hidangan. Namun, Resi Druna
tidak tertarik dan lebih suka mengejar Dewi Rukmini untuk dapat memikat
hatinya.
RADEN NARAYANA MENEMUI DEWI RUKMINI
Dewi Rukmini masuk ke dalam
kaputren di mana Dewi Sumbadra telah menunggu. Kepada sepupunya itu, ia
marah-marah merasa telah dijerumuskan. Dewi Sumbadra tadi datang dan langsung
masuk ke kaputren menemui Dewi Rukmini untuk menyampaikan pesan dari Raden Narayana.
Pesan tersebut berbunyi Dewi Rukmini harus meminta sang pemenang sayembara
tanding untuk menjelaskan makna sejatinya pria dan sejatinya perempuan.
Ternyata pertanyaan ini dapat dijawab dengan mudah oleh Resi Druna. Padahal,
jelas-jelas Dewi Rukmini mencintai Raden Narayana dan berharap kakak sepupunya
itulah yang datang untuk memenangkan sayembara. Tak disangka, kini ia harus
menjadi istri seorang pendeta tua buruk rupa bernama Resi Druna.
Dewi Sumbadra menjelaskan
bahwa kakaknya tidak mungkin salah memberikan pesan. Ia pun berusaha menghibur
Dewi Rukmini, tetapi sepupunya itu terlanjur kesal dan tidak mau bicara. Pada
saat itulah Raden Narayana muncul sambil menembangkan lagu-lagu asmara. Ia
meminta Dewi Sumbadra pergi untuk memberikan kesempatan baginya menghibur Dewi
Rukmini. Sang adik pun menurut. Setelah Dewi Sumbadra pergi, barulah Raden
Narayana merayu Dewi Rukmini agar mau berbicara dengannya.
Dewi Rukmini akhirnya luluh
hatinya melihat sikap Raden Narayana yang tulus mencintainya. Namun, ia tetap
marah menuduh Raden Narayana telah menjerumuskan dirinya sehingga kini menjadi
calon istri Resi Druna. Raden Narayana menjawab hal itu tidak benar. Resi Druna
belum berhasil menerjemahkan kata sejatinya laki-laki dan sejatinya perempuan. Memang
jawaban Resi Druna benar, tetapi tidak tepat sasaran. Yang ditanyakan adalah
makna “sejatinya laki-laki dan sejatinya perempuan”, tetapi Resi Druna menafsirkan
makna “laki-laki sejati dan perempuan sejati”. Jelas ini tidak sesuai.
Dewi Rukmini bertanya
bagaimana jawaban yang paling benar. Raden Narayana menjawab nanti akan ia
jelaskan di hadapan banyak orang. Teka teki ini adalah karangannya. Ini adalah
soal penggunaan bahasa, sehingga hanya dirinya yang mengetahui jawaban paling
benar, sedangkan orang lain hanya bisa memberikan tafsir. Tafsir orang lain
bisa bermacam-macam sesuai tingkat pemahaman mereka, tetapi jawaban yang paling
benar ada di tangan Raden Narayana sebagai pembuat teka-teki.
Pada saat itulah Resi Druna
muncul untuk merayu Dewi Rukmini. Raden Narayana segera bersembunyi sambil menyentuh
ujung Panah Kesawa dan membaca mantra Aji Balasrewu. Seketika wujud Raden
Narayana pun berubah menjadi seorang raksasa berkulit hitam legam. Ia meraung
membuat Resi Druna terkejut dan lari tunggang langgang meninggalkan kaputren.
RAKSASA HITAM MENCULIK DEWI RUKMINI
Raksasa hitam penjelmaan Raden
Narayana itu segera menggenggam tubuh Dewi Rukmini dan membawanya kabur. Para
Kurawa mencoba menghalangi namun mereka semua dibuat kocar-kacir oleh amukan si
raksasa. Raden Bratasena ikut menghadang. Terjadilah pertarungan sengit di
antara mereka yang membuat taman sari istana Kumbina rusak porak-poranda.
Raksasa hitam tersebut akhirnya mampu meloloskan diri sambil tetap menggenggam
tubuh Dewi Rukmini.
Si raksasa hitam kemudian dihadang
Prabu Puntadewa. Dengan menggunakan kata-kata lembut penuh kasih, Prabu
Puntadewa membuat raksasa itu gemetar dan kembali ke wujud Raden Narayana.
Dengan cekatan, Raden Narayana segera menyambar tubuh Dewi Rukmini dan pergi
menghindari Pandawa nomor satu tersebut.
PARA KURAWA BERUSAHA MEMFITNAH PARA PANDAWA
Prabuanom Jakapitana dan Patih
Sangkuni melihat taman sari Kerajaan Kumbina porak-poranda akibat amukan Raden
Bratasena saat bertarung melawan si raksasa hitam. Mereka segera mengadukan hal
ini kepada Prabu Bismaka agar meminta ganti rugi yang semahal-mahalnya kepada
Prabu Puntadewa. Prabu Bismaka paham mereka berniat memojokkan pihak Pandawa.
Maka, dengan santai Prabu Bismaka pun menanggapi bahwa ia memang sudah bosan
melihat taman tersebut yang dianggap sudah kuno, dan berniat ingin merombaknya.
Jika sekarang Raden Bratasena telah merusaknya, itu berarti Prabu Bismaka tidak
perlu bersusah payah mengerahkan orang-orangnya untuk membongkar taman
tersebut, sehingga tinggal ditanami saja.
Prabuanom Jakapitana merasa
malu karena usahanya gagal. Namun, Patih Sangkuni masih mempunyai bahan fitnah
yang lain. Ia berusaha meyakinkan Prabu Bismaka bahwa raksasa hitam yang
menculik Dewi Rukmini adalah penjelmaan Raden Permadi si Pandawa nomor tiga.
Dulu saat upacara perkawinan Prabu Baladewa dengan Dewi Erawati di Kerajaan
Mandraka, Raden Permadi menjelma sebagai wanita bernama Endang Wrediningsih dan
menipu banyak orang. Jika sekarang ia menjelma sebagai raksasa hitam, apa
susahnya?
Sungguh kebetulan, Raden
Permadi datang di istana Kumbina bersama Raden Setyaki dan para panakawan.
Mereka baru saja mendengar kabar bahwa Prabu Bismaka hendak menikahkan Dewi
Rukmini, sehingga memutuskan untuk pergi berkunjung. Mendengar penuturan Patih
Sangkuni tersebut, Prabu Bismaka segera bertanya apa benar Raden Permadi telah
menculik putrinya dengan menyamar sebagai raksasa hitam. Raden Bratasena ikut
mendesak, jika benar adiknya itu adalah pelaku penculikan, maka ia sendiri yang
akan memberikan hukuman. Tetapi jika salah, maka Raden Permadi harus bisa
membersihkan namanya dari segala tuduhan dengan cara menangkap si pelaku yang
sesungguhnya.
Tanpa banyak bicara, Raden
Permadi segera menyembah hormat kemudian melesat pergi mengejar si penculik.
RADEN PERMADI MENANGKAP RADEN NARAYANA PALSU YANG TERCIPTA DARI BUNGA
MELATI
Dengan mengerahkan Aji Seipi Angin,
Raden Permadi berhasil menyusul Raden Narayana yang menggandeng Dewi Rukmini.
Keduanya pun berhadap-hadapan saling bersiaga. Raden Permadi merasa bimbang
karena harus bertarung melawan sepupu yang sangat ia hormati. Sebaliknya, Raden
Narayana juga merasa sayang. Ia pun meminta kepada Raden Permadi untuk bertanya
pada hati nurani, apakah Dewi Rukmini adalah jodoh untuknya, ataukah jodoh Resi
Druna.
Raden Permadi semakin bimbang.
Di satu sisi ia mendukung Raden Narayana menikahi Dewi Rukmini karena menurut
firasatnya, mereka berdua memang berjodoh. Namun, di sisi lain ia harus
menjalankan tugas menangkap Raden Narayana demi membersihkan nama baiknya dari
segala fitnah.
Raden Narayana memahami
perasaan Raden Permadi. Ia lalu memungut sekuntum bunga melati yang mengiasi
telinganya. Dengan membaca mantra sakti, Raden Narayana pun mengubah bunga
melati tersebut menjadi sosok yang sangat mirip dengannya. Raden Permadi lalu dimintanya
untuk menyerahkan Raden Narayana palsu tersebut kepada Prabu Bismaka, sedangkan
Dewi Rukmini diminta untuk ikut serta. Dewi Rukmini tidak ingin kembali ke
istana, namun Raden Narayana meyakinkannya bahwa ia tetap mengawasi tanpa
menampakkan diri.
RADEN NARAYANA PALSU DIHUKUM MATI
Demikianlah, Raden Permadi
telah membawa Raden Narayana palsu beserta Dewi Rukmini ke hadapan Prabu
Bismaka, sedangkan Raden Narayana yang asli mengikuti di belakang dengan
mengerahkan Aji Panglimunan sehingga tidak terlihat oleh semua orang.
Prabuanom Jakapitana, Patih
Sangkuni, dan Resi Druna mendesak Prabu Bismaka untuk menghukum mati Raden
Narayana dengan cara dibakar hidup-hidup. Prabu Bismaka sendiri merasa bimbang.
Di satu sisi ia menyukai Raden Narayana, namun di sisi lain ia harus menegakkan
keadilan karena keponakannya itu telah menculik anak gadisnya. Pada saat itulah
Raden Narayana yang asli berbisik di telinga Prabu Bismaka agar menuruti
permintaan Prabuanom Jakapitana, karena sosok yang dihadapkan Raden Permadi hanyalah
tiruan dirinya.
Prabu Bismaka merasa lega. Ia
pun menjatuhkan hukuman mati kepada Raden Narayana palsu. Raden Dursasana dan
Raden Kartawarma segera menyeret tubuh Raden Narayana ke tengah alun-alun dan
membakarnya hidup-hidup. Api pun berkobar menyala-nyala. Setelah padam, jasad
Raden Narayana tidak terlihat, yang tampak hanya sekuntum bunga melati saja.
PARA KURAWA PULANG KE HASTINA
Patih Sangkuni menghasut
Prabuanom Jakapitana bahwa kejadian ini adalah rekayasa. Rupanya Prabu Bismaka
sudah tahu kalau Raden Narayana yang dibakar tadi hanyalah penjelmaan kembang
melati saja. Prabuanom Jakapitana pun marah-marah menuduh Prabu Bismaka berbuat
tidak adil. Para Kurawa yang lain ikut mengamuk menuntut keadilan. Melihat
pamannya didesak, Raden Bratasena segera maju menerjang para Kurawa tersebut.
Raden Setyaki ikut maju membantu
Raden Bratasena. Pertempuran seru pun terjadi. Prabuanom Jakapitana membawa
gada hendak mengamuk di istana Kumbina. Raden Bratasena pun mengimbangi dengan
membawa gada pula.
Melihat itu, Patih Pragota
segera masuk ke dalam istana melapor kepada rajanya. Mendengar laporan tersebut,
Prabu Baladewa sangat marah karena adiknya dihukum mati di tengah alun-alun. Ia
pun keluar dan melabrak para Kurawa. Melihat yang muncul adalah Prabu Baladewa,
Prabuanom Jakapitana merasa segan dan memerintahkan rombongannya untuk pulang
ke Hastina.
RADEN NARAYANA MENJELASKAN MAKNA SEJATINYA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Prabu Baladewa marah-marah
menuntut keadilan kepada Prabu Bismaka yang telah menghukum mati Raden
Narayana. Pada saat itulah Raden Narayana yang asli muncul menampakkan diri dan
menjelaskan bahwa yang dibunuh tadi hanyalah tiruan dirinya saja. Prabu
Baladewa seketika luluh dan segera memeluk adiknya itu.
Prabu Bismaka berkata bahwa ia
sebenarnya senang jika Raden Narayana menjadi menantunya, sehingga tidak perlu susah
payah melakukan penculikan seperti tadi. Raden Narayana meminta maaf karena
dirinya kini berstatus sebagai orang hukuman, sehingga tidak berani mengikuti
sayembara secara terang-terangan. Mendengar itu, Prabu Baladewa pun menetapkan
bahwa mulai hari ini sang adik dinyatakan bebas dan tidak lagi menjadi orang buangan.
Raden Narayana berterima
kasih. Sebagai orang merdeka, kini ia berhak mengikuti sayembara menafsirkan makna
sejatinya laki-laki dan perempuan. Dengan disaksikan para hadirin, Raden
Narayana pun berkata bahwa apa yang diutarakan Resi Druna tadi memang sudah
benar tetapi kurang tepat. Yang disampaikan Resi Druna adalah makna “laki-laki
sejati dan perempuan sejati”, bukan makna “sejatinya laki-laki dan sejatinya
perempuan”.
Menurut Raden Narayana,
sejatinya laki-laki dan perempuan adalah pasangan hidup, kawan hidup. Laki-laki
dan perempuan memiliki sifat dan bentuk tubuh yang berbeda, namun hendaknya itu
untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menguasai. Laki-laki adalah
pemimpin rumah tangga, dan perempuan adalah pendamping laki-laki. Laki-laki
tidak berada di atas perempuan, sedangkan perempuan tidak berada di bawah
laki-laki. Itulah sebabnya ada dongeng yang mengatakan bahwa perempuan tercipta
dari tulang rusuk laki-laki, bukan tulang kaki, juga bukan tulang kepala. Makna
dari dongeng ini ialah, wanita diciptakan sebagai pendamping pria, bukan
sebagai budak yang diinjak-injak, juga bukan sebagai majikan yang dijunjung
tinggi.
Selama ini ada budaya yang
menganggap wanita sebagai pelayan laki-laki. Wanita harus siap melayani
laki-laki kapan saja, karena ini adalah pintu surga bagi kaum wanita. Selama
ini wanita hanya dianggap sebagai “kanca wingking”, atau “kaum pengikut”. Wanita
hanya dianggap sebagai ladang untuk bertanam. Laki-laki dengan sesuka hati
bertanam di mana-mana. Di sana bertanam, di sini bertanam. Setelah si anak
lahir, dengan seenaknya laki-laki menyerahkan pendidikan kepada istrinya. Laki-laki
berdalih bahwa dirinya sudah sibuk mencari nafkah, sehingga pendidikan anak
sepenuhnya menjadi tanggung jawab perempuan. Demikianlah wanita hanya dianggap
sebagai pelayan pria saja. Padahal, wanita adalah ibu bagi kaum pria. Laki-laki
berasal dari rahim perempuan. Merendahkan derajat kaum wanita sama artinya
dengan merendahkan derajat seorang ibu.
Raden Narayana menegaskan,
pelayanan harus datang dari dua arah. Jika pria ingin wanita selalu siap
melayaninya, maka ia juga harus selalu siap melayani wanita. Laki-laki tidak
boleh ingin menang sendiri. Dunia ini diciptakan bukan untuk kaum laki-laki
saja, tapi untuk semua pihak. Kebahagiaan akan tercipta apabila kedua pihak
saling melayani dan tidak saling menuntut untuk dilayani. Demikianlah,
sejatinya laki-laki dan sejatinya perempuan diciptakan untuk berbeda, sama-sama
tidak sempurna, tetapi justru dari situ mereka bisa saling melengkapi, sehingga
terjalin kerja sama yang indah untuk terciptanya kehidupan yang selaras,
serasi, dan seimbang. Itulah kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan semu.
RADEN RUKMAKA MENANTANG RADEN NARAYANA
Prabu Bismaka dan para hadirin
lainnya bertepuk tangan memuji penjabaran Raden Narayana. Hanya satu orang yang
tidak ikut bergembira, yaitu Raden Rukmaka. Ia berkata bahwa Raden Narayana
boleh menjadi suami bagi kakaknya, tetapi terlebih dahulu harus bisa
mengalahkan dirinya. Sejak awal ia sudah mengadakan sayembara tanding, dan
sayembara inilah yang harus dimenangkan secara jantan, bukannya ceramah panjang
lebar seperti tadi.
Raden Narayana pun menerima
tantangan Raden Rukmaka. Jika tadi Raden Rukmaka dikalahkan Resi Druna hanya
dengan satu tangan, maka Raden Narayana sanggup mengalahkannya tanpa
menggunakan tangan dan kaki. Raden Rukmaka yang sombong langsung merasa
tersinggung. Ia pun mengajak Raden Narayana naik ke atas gelanggang. Sesampainya
di sana, ia langsung menyerang sepupunya itu. Namun, begitu pukulannya hampir
mendarat satu jengkal di atas kepala Raden Narayana, tiba-tiba tubuhnya gemetar
dan ia pun jatuh terkulai tak berdaya.
Prabu Bismaka meminta putranya
untuk menyerah kalah saja daripada mempermalukan diri seperti itu. Raden Rukmaka
menurut. Ia pun meminta maaf dan mengaku kalah. Raden Narayana menerima
pengakuannya dan ia pun membebaskan sepupunya itu sehingga bisa bangkit
kembali.
PERKAWINAN RADEN NARAYANA DENGAN DEWI RUKMINI
Pada hari yang ditentukan,
Prabu Bismaka menggelar upacara pernikahan antara Raden Narayana dengan Dewi
Rukmini. Dewi Jembawati sang istri pertama ikut hadir dan meminta Dewi Rukmini
untuk tinggal bersama di Hutan Banjarpatoman. Namun, Prabu Baladewa mengatakan
bahwa Raden Narayana sudah bukan lagi orang hukuman, sehingga mereka boleh
tinggal di istana Mandura.
Setelah upacara selesai, Prabu
Setyajit menemui Raden Permadi untuk berterima kasih kepadanya karena selama
ini telah menjadi guru pembimbing bagi Raden Setyaki. Raden Permadi pun menjawab
ini sudah menjadi kewajibannya sebagai saudara tua yang lahir lebih dulu. Pada
hari itu, Prabu Setyajit ingin mengajak Raden Setyaki pulang ke istana
Lesanpura, setelah beberapa bulan putranya itu pergi berkelana.
Raden Permadi dan Raden
Setyaki pun saling mengucapkan salam perpisahan setelah beberapa bulan ini
mereka selalu bersama. Raden Permadi mempersilakan Raden Setyaki bebas
berkunjung kapan saja ke negeri Amarta. Sebaliknya, Raden Setyaki berjanji akan
selalu membantu para Pandawa apabila menghadapi masalah apa saja. Demikianlah,
keduanya pun berpisah dan kembali menuju negeri masing-masing.
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
CATATAN : Kisah perkawinan Raden Narayana dengan Dewi Rukmini menurut
Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam Serat Pustakaraja Purwa terjadi pada tahun
Suryasengakala 696 yang ditandai dengan sengkalan “Hoyaging gapura karenging
wiyat”, atau tahun Candrasengkala 717 yang ditandai dengan sengkalan “Swaraning
janma gora”.
Untuk kisah perkawinan Prabu Bismaka semasa muda bisa dibaca di sini
Untuk kisah perkawinan Raden Narayana dengan Dewi Jembawati bisa dibaca
di sini
Untuk kisah Raden Permadi menjelma menjadi perempuan bisa dibaca disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar