Kisah ini menceritakan tentang kelanjutan Raden Arjuna dalam wujud
Tumenggung Cakranegara yang berusaha mewujudkan syarat Dewi Srikandi, yaitu
menyediakan patah sakembaran berupa dua pemuda berwajah tampan bersemu cantik.
Syarat tersebut dapat terpenuhi setelah Tumenggung Cakranegara berjumpa Bambang
Madubrangta dan Bambang Brangtakusuma.
Kisah ini saya olah dari sumber rangkuman balungan naskah Pakem Ringgit
Purwa koleksi Museum Sonobudoyo, dengan disertai pengembangan seperlunya.
Kediri, 11 Maret 2017
Heri Purwanto
Kunjungi pula : daftar isi album kisah wayang
------------------------------
ooo ------------------------------
Tumenggung Cakranegara |
PRABU BALADEWA INGIN MEMBOYONG DEWI SUMBADRA DARI KESATRIAN MADUKARA
Prabu Kresna Wasudewa di
Kerajaan Dwarawati memimpin pertemuan, dengan dihadap Arya Setyaki dan Patih
Udawa. Hadir pula sang kakak, yaitu Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura yang ingin
mengajak berunding tentang nasib adik bungsu mereka, yaitu Dewi Sumbadra. Terus
terang Prabu Baladewa merasa prihatin karena pernikahan Dewi Sumbadra dengan
Raden Arjuna dianggapnya kurang bahagia. Sejak kecil keduanya memang sudah
dijodohkan oleh mendiang Prabu Basudewa. Namun tak disangka, setelah dewasa
Raden Arjuna bersifat mata keranjang yang mudah terpikat pada perempuan lain.
Meskipun telah menikah dengan Dewi Sumbadra, ternyata Raden Arjuna juga
menikahi Niken Larasati, saudara sepupu mereka sendiri. Tidak hanya itu, konon
Raden Arjuna juga memiliki istri simpanan bernama Endang Manuhara, putri Resi
Sidiwacana di Padepokan Andongsumawi.
Paling tidak, Raden Arjuna
telah mempunyai tiga orang istri, belum ditambah dengan yang tidak diketahui.
Namun demikian, masih saja ia serakah ingin menikah dengan Dewi Srikandi pula. Kali
ini Prabu Baladewa sudah hilang kesabarannya. Ia sangat tersinggung saat
mendengar kabar bahwa Raden Arjuna menyuruh Dewi Sumbadra untuk melamar Dewi
Srikandi. Ini sudah keterlaluan. Ketika Dewi Sumbadra dimadu dengan Niken
Larasati, Prabu Baladewa masih bisa menerima karena mereka berdua adalah teman
sejak kecil dan juga masih saudara sepupu. Saat Raden Arjuna menikahi Endang
Manuhara, Prabu Baladewa juga masih bisa menerima karena hanya sebagai istri
paminggir yang tidak diboyong ke Kesatrian Madukara. Lain halnya dengan Dewi
Srikandi yang merupakan putri Prabu Drupada. Jelas-jelas gadis itu berguru ilmu
memanah kepada Raden Arjuna tetapi hendak dinikahi pula. Ia menyebut Raden
Arjuna sebagai guru hidung belang yang ingin memangsa muridnya sendiri.
Atas pertimbangan demikian,
Prabu Baladewa pun berniat mengajak Prabu Kresna untuk bersama-sama menjemput
pulang Dewi Sumbadra agar kembali tinggal di Kerajaan Dwarawati, daripada
terus-menerus diperlakukan demikian oleh suaminya. Ia yakin Raden Arjuna tidak
akan pernah berhenti dalam mencari istri baru, dan ia pun tidak mau adik
bungsunya menderita karena selalu bertambah madu setiap waktu. Oleh sebab itu,
Prabu Baladewa berniat menceraikan Dewi Sumbadra dengan Raden Arjuna, dan
setelah itu menikahkannya dengan Raden Burisrawa, adik iparnya sendiri.
Prabu Kresna dengan tenang
menjawab semua perkataan Prabu Baladewa yang berapi-api. Pertama, Dewi Sumbadra
melamar Dewi Srikandi sebagai madu bukan atas permintaan Raden Arjuna, tetapi
atas kemauan Dewi Sumbadra sendiri. Kedua, Raden Arjuna memang dikaruniai
dewata memiliki kasih sayang melimpah sesuai dengan nama julukannya, yaitu Sang
Permadi. Anugerah dewata tersebut membuat Raden Arjuna mampu mencintai banyak
perempuan sekaligus secara adil dan merata, tanpa pilih kasih. Yang ketiga,
pemenang sayembara membangun Taman Maherakaca bukan Raden Arjuna, melainkan
Tumenggung Cakranegara. Itu artinya, Dewi Srikandi batal menjadi madu Dewi
Sumbadra. Dan yang terakhir, saat ini Dewi Sumbadra pun menghilang dari
Kesatrian Madukara bersama Niken Larasati tanpa kabar yang jelas di mana
keberadaannya. Dengan demikian, apabila Prabu Baladewa hendak menjemput pulang
Dewi Sumbadra maka tidak akan bertemu siapa-siapa.
Prabu Baladewa terkejut
mendengar adik bungsunya telah hilang. Ia marah-marah dan menuduh Prabu Kresna
berbohong untuk melindungi Dewi Sumbadra. Namun, Arya Setyaki dan Patih Udawa
ikut bersumpah bahwa ucapan raja mereka benar. Mereka berkata bahwa Dewi
Sumbadra dan Niken Larasati benar-benar telah hilang meninggalkan Kesatrian
Madukara, sama seperti hilangnya Raden Arjuna dan Arya Wrekodara.
Prabu Baladewa pun reda
kemarahannya. Ia kemudian pamit undur diri untuk kembali ke Desa Pamutihan di
wilayah perbatasan Kerajaan Cempalareja, di mana Prabu Duryudana dan para
Kurawa sedang berkemah di sana. Rupanya Prabu Duryudana tidak terima atas
keputusan Prabu Drupada yang menetapkan Tumenggung Cakranegara sebagai pemenang
sayembara memperbaiki Taman Maherakaca, dan bukannya memilih Resi Druna. Itulah
sebabnya ia bersama para Kurawa dan juga sejumlah raja sekutu menduduki Desa
Pamutihan untuk mengancam perbatasan Kerajaan Cempalareja. Prabu Baladewa pun
berpesan, nanti apabila Dewi Sumbadra sudah ditemukan, hendaknya Prabu Kresna langsung
membawanya menuju desa tersebut.
Demikianlah, Prabu Baladewa
undur diri meninggalkan istana Dwarawati. Prabu Kresna termangu-mangu
mengkhawatirkan apa yang akan terjadi. Ia pun membubarkan pertemuan dan
memutuskan pergi ke Kerajaan Amarta untuk menemui Prabu Puntadewa di sana.
Prabu Kresna |
PRABU DRUPADA MENGIRIM TUMENGGUNG SINDULAGA UNTUK MEMBEBASKAN DESA
PAMUTIHAN
Prabu
Drupada di Kerajaan Cempalareja (Pancala Selatan) dihadap para menteri dan
punggawa, yaitu Raden Drestajumena, Patih Drestaketu, dan Arya Utamayuda. Hadir
pula bupati Puger Tengah, yaitu Tumenggung Sindulaga dalam pertemuan tersebut.
Prabu Drupada bertanya bagaimana persiapan perkawinan antara Tumenggung
Cakranegara dengan Dewi Srikandi, apakah segala persyaratan sudah dipenuhi?
Tumenggung Sindulaga menjawab bahwa adiknya saat ini sudah tidak berada di
Warubinatur karena sedang berusaha mewujudkan keinginan Dewi Srikandi, yaitu
menyediakan sepasang patah pengantin sakembaran yang berwajah tampan semu
cantik.
Beberapa
hari yang lalu Tumenggung Cakranegara telah memenangkan sayembara membangun
kembali Taman Maherakaca yang hangus dibakar Resi Dewangkara, yaitu ayah
sekaligus guru Prabu Jungkungmardeya. Karena memenangkan sayembara tersebut, maka
ia berhak mendapatkan Dewi Srikandi sebagai calon istri. Namun, Dewi Srikandi dalam
hati merasa kecewa karena sang pemenang bukan Raden Arjuna. Ia lalu mengajukan
syarat, bahwa Tumenggung Cakranegara harus mampu menghadirkan dua orang patah
sakembaran yang berwajah tampan bersemu cantik. Jika tidak, maka pernikahan
tersebut lebih baik dibatalkan saja.
Demikianlah,
Tumenggung Sindulaga melaporkan tentang adiknya yang sudah beberapa hari ini
belum kembali ke Warubinatur karena pergi berkelana untuk mewujudkan keinginan
Dewi Srikandi. Namun demikian, ia yakin sang adik pasti berhasil memenuhi
syarat tersebut. Untuk itu, Tumenggung Sindulaga ganti meminta Prabu Drupada agar
segera mempersiapkan upacara pernikahan antara Tumenggung Cakranegara dengan
Dewi Srikandi.
Tiba-tiba
datang punggawa Arya Yudamanyu melaporkan bahwa para Kurawa bersama beberapa
raja sekutu telah berkemah di Desa Pamutihan. Mereka tidak hanya sekadar
berkemah, tetapi juga membuat kekacauan di sana. Harta benda milik rakyat dirampok
dan dijarah, juga tidak sedikit kaum perempuan yang menjadi korban kejahatan para
Kurawa. Sepertinya mereka tidak terima karena Prabu Drupada menetapkan Tumenggung
Cakranegara sebagai pemenang sayembara, bukannya Resi Druna.
Mendengar
laporan tersebut, Prabu Drupada merasa prihatin. Ia khawatir jangan-jangan
peristiwa masa lalu terulang kembali. Saat itu Kerajaan Pancala diserang oleh Resi
Druna bersama para muridnya, sehingga harus terbelah menjadi dua, yaitu utara
dan selatan. Prabu Drupada pun mendapat Pancala bagian selatan dan mendirikan
Kerajaan Cempalareja di sana.
Untuk
peristiwa kali ini, Prabu Drupada memutuskan untuk mendahului menyerang, yaitu
dengan mengirim Tumenggung Sindulaga sebagai pemimpin pasukan. Tumenggung
Sindulaga menjawab sanggup. Ia lalu berangkat dengan diiringi pasukan
Cempalareja secukupnya.
Prabu Drupada |
PRABU DURYUDANA MENGIRIM LIMA KURAWA
MENCARI PATAH SAKEMBARAN
Sementara
itu di Desa Pamutihan, Prabu Duryudana dihadap Patih Sangkuni dan para Kurawa
beserta sejumlah raja sekutu. Mereka membahas tentang Resi Druna yang sangat
kecewa karena gagal menikah dengan Dewi Srikandi. Saat ini Resi Druna memilih
pulang ke Padepokan Sokalima dan tidak mau lagi menghadap ke Kerajaan Hastina
sebelum rasa malunya terobati.
Patih
Sangkuni melaporkan hasil pengintaian mata-matanya, bahwa Dewi Srikandi pun
kurang suka kepada Tumenggung Cakranegara yang telah memenangkan sayembara.
Kabarnya, Dewi Srikandi mengajukan syarat agar Tumenggung Cakranegara
mencarikan patah sakembaran berupa dua orang pemuda berwajah tampan semu
cantik. Jika gagal, maka Dewi Srikandi meminta agar pernikahan mereka
dibatalkan saja.
Prabu
Duryudana senang mendengarnya dan menganggap ini adalah kesempatan untuk mengobati
rasa malu Resi Druna. Maka, ia pun memerintahkan lima orang adiknya, yaitu
Raden Kartawarma, Raden Durmuka, Raden Durjaya, Raden Durprakempa, dan Raden
Carucitra untuk segera berangkat mencari dua orang pemuda yang menjadi syarat
Dewi Srikandi tersebut.
Patih Sangkuni |
PATIH PRAGOTA GUGUR DALAM PERTEMPURAN
Tumenggung
Sindulaga didampingi Arya Yudamanyu dan Arya Utamayuda telah sampai di Desa
Pamutihan untuk memukul mundur pasukan Kurawa dan para raja sekutu. Pertempuran
sengit pun terjadi. Para Kurawa merasa terdesak menghadapi kesaktian Tumenggung
Sindulaga yang juga memiliki kekuatan luar biasa. Mereka kocar-kacir
meninggalkan Desa Pamutihan, termasuk pula dengan Prabu Duryudana dan para
sekutunya.
Melihat kekalahan
ini, Patih Sangkuni segera memerintahkan Patih Pragota dan Arya Prabawa untuk ikut
membantu. Patih Pragota merasa keberatan karena dirinya hanya menerima perintah
dari Prabu Baladewa saja, dan saat ini rajanya itu sedang berkunjung ke
Kerajaan Dwarawati. Patih Sangkuni kecewa dan mengungkit-ungkit bahwa Patih
Pragota dan Arya Prabawa sejak kemarin ikut bergabung bersama para Kurawa, ikut
makan dan tidur di perkemahan para Kurawa, tetapi sama sekali tidak mau keluar
keringat. Itu istilahnya sama dengan penumpang gelap yang tidak tahu diri.
Patih
Pragota tersinggung mendengar ejekan Patih Sangkuni. Ia pun maju ke medan perang
dan langsung menghadapi Tumenggung Sindulaga sambil mengacungkan senjata.
Tumenggung Sindulaga yang merupakan penyamaran Arya Wrekodara merasa tidak tega
jika harus berhadapan dengan Patih Pragota yang bersifat jujur dan baik hati,
meskipun dari luar terlihat ugal-ugalan dan suka bercanda.
Melihat
lawannya hanya bertahan, Patih Pragota justru makin bersemangat menyerang.
Lama-lama Tumenggung Sindulaga habis kesabarannya. Ia pun memukul satu kali ke
arah kepala Patih Pragota. Pukulan tersebut ringan tetapi keras, membuat Patih
Pragota langsung roboh kehilangan nyawa. Menyaksikan sang kakak terbunuh, Arya
Prabawa segera merebut jasadnya dan mundur menyelamatkan diri.
Tumenggung
Sindulaga menyesal karena tanpa sengaja membunuh Patih Pragota. Ia pun mengobrak-abrik
perkemahan para Kurawa dan kemudian mundur membawa pasukan Cempalareja kembali
ke istana.
Arya Prabawa dan Patih Pragota |
PRABU KRESNA MENJEMPUT PRABU PUNTADEWA
MENUJU KERAJAAN CEMPALAREJA
Sementara
itu, Prabu Kresna telah sampai di Kerajaan Amarta menemui Prabu Puntadewa yang
saat itu sedang memimpin pertemuan yang dihadiri si kembar Raden Nakula dan
Raden Sadewa, serta Patih Tambakganggeng dan Raden Gatutkaca.
Prabu Kresna
menyampaikan kabar bahwa saat ini Prabu Baladewa telah bergabung dengan Prabu
Duryudana dan para Kurawa di Desa Pamutihan untuk menyerang Kerajaan
Cempalareja, demi merebut Dewi Srikandi sebagai istri Resi Druna. Prabu
Puntadewa merasa prihatin mendengar hal itu. Sudah jelas-jelas Tumenggung
Cakranegara yang memenangkan sayembara memperbaiki Taman Maherakaca, masih juga
para Kurawa tidak mau mengakuinya.
Prabu
Puntadewa sendiri sedang menunggu kabar keberadaan kedua adiknya yang masih
menghilang, yaitu Arya Wrekodara dan Raden Arjuna. Mereka berdua sudah lama
meninggalkan Kerajaan Amarta tanpa diketahui keberadaannya, kini ditambah pula
dengan hilangnya kedua istri Raden Arjuna, yaitu Dewi Sumbadra dan Niken
Larasati. Atas kejadian ini, Prabu Puntadewa merasa sangat sedih dan berharap
agar mereka berempat dapat segera ditemukan.
Prabu Kresna
mendapat firasat bahwa keempat adik yang menghilang itu akan segera muncul di
Kerajaan Cempalareja. Untuk itu, ia pun mengajak Prabu Puntadewa pergi bersama-sama
menuju ke sana. Prabu Puntadewa gembira mendengarnya. Ia pun mengajak serta
sang permaisuri Dewi Drupadi dan juga si kembar, untuk berangkat bersama dengan
Prabu Kresna.
Prabu Puntadewa |
DEWI SUMBADRA DAN NIKEN LARASATI MENYAMAR
SEBAGAI LAKI-LAKI
Dewi
Sumbadra dan Niken Larasati saat ini sedang dalam perjalanan mencari keberadaan
sang suami, yaitu Raden Arjuna yang sudah lama menghilang tanpa diketahui kabar
keberadaannya. Mereka berdua berjalan menuruti kehendak hati karena tidak tahu
arah mana yang harus dituju. Hingga pada akhirnya Batara Narada turun dari
angkasa menghentikan langkah kedua perempuan tersebut.
Dewi
Sumbadra dan Niken Larasati segera menyembah hormat kepadanya. Batara Narada pun
bertanya ada keperluan apa mereka berdua berjalan tidak tentu arah. Dewi Sumbadra
berkata bahwa dewata di kahyangan pasti sudah mengetahui apa yang menjadi niat
mereka. Batara Narada senang mendengarnya dan berkata bahwa dirinya memang
diutus Batara Guru di Kahyangan Jonggringsalaka untuk membantu mereka berdua menemukan
Raden Arjuna.
Batara
Narada menjelaskan bahwa Dewi Sumbadra dan Niken Larasati bisa bertemu dengan suami
mereka asalkan berdandan sebagai laki-laki. Untuk itu, Batara Narada pun
mengerahkan kesaktiannya dan seketika kedua perempuan tersebut berubah menjadi
laki-laki berwajah tampan semu cantik. Keduanya kemudian diberi nama baru. Dewi
Sumbadra diganti namanya menjadi Bambang Madubrangta, sedangkan Niken Larasati diganti
namanya menjadi Bambang Brangtakusuma.
Batara
Narada berpesan agar mereka membantu kesulitan seorang bupati bernama
Tumenggung Cakranegara, karena hal ini akan menjadi sarana bagi mereka untuk
bisa menemukan Raden Arjuna. Setelah dirasa cukup, dewa tersebut pun undur diri
kembali ke kahyangan.
Batara Narada |
TUMENGGUNG CAKRANEGARA BERTEMU DUA PEMUDA
TAMPAN
Bambang Madubrangta
dan Bambang Brangtakusuma kemudian melanjutkan perjalanan. Mereka pun bertemu dengan
lima orang Kurawa yang ditugasi Prabu Duryudana untuk mencari dua pemuda tampan
sebagai patah sakembaran Resi Druna, yaitu Raden Kartawarma, Raden Carucitra, Raden
Durmuka, Raden Durprakempa, dan Raden Durjaya. Maka, begitu melihat Bambang
Madubrangta dan Bambang Brangtakusuma, mereka langsung menyergap hendak membawa
keduanya menuju Desa Pamutihan.
Bambang
Madubrangta dan Bambang Brangtakusuma membela diri menghadapi serangan
tersebut. Pertarungan pun terjadi di antara mereka. Tiba-tiba muncul seorang
bupati yang diiringi empat abdi lewat di tempat itu. Bupati tersebut tidak lain
adalah Tumenggung Cakranegara yang langsung membantu mengalahkan kelima Kurawa.
Menyadari kehebatan sang bupati, Raden Kartawarma pun mengajak
saudara-saudaranya untuk mundur menyelamatkan diri.
Tumenggung
Cakranegara sangat terkesan melihat paras Bambang Madubrangta dan Bambang
Brangtakusuma yang sama-sama berwajah tampan semu cantik. Kiranya mereka berdua
adalah para pemuda yang bisa memenuhi persyaratan Dewi Srikandi. Maka,
Tumenggung Cakranegara pun berterus terang ingin mengajak keduanya untuk menuju
Kerajaan Cempalareja, sebagai patah sakembaran atas pernikahannya dengan Dewi
Srikandi.
Bambang
Madubrangta dan Bambang Brangtakusuma teringat pesan Batara Narada dan mereka
pun menjawab bersedia. Tumenggung Cakranegara sangat senang dan segera mengajak
mereka pergi ke Warubinatur.
Bambang Madubrangta |
DEWI SRIKANDI MENGUTARAKAN ISI HATINYA
Demikianlah,
Tumenggung Cakranegara telah memenuhi persyaratan yang diajukan Dewi Srikandi.
Ia pun berangkat menuju Kerajaan Cempalareja dengan mengenakan busana
pengantin, disertai para pengiring, yaitu Tumenggung Sindulaga, Kyai Sidanaya,
Sidamaju, Sidarame, dan Sidamurah. Tentu saja tidak ketinggalan kedua patah
sakembaran, yaitu Bambang Madubrangta dan Bambang Brangtakusuma.
Prabu
Drupada sekeluarga menyambut kedatangan pengantin pria dengan upacara pernikahan
yang telah dipersiapkan. Tumenggung Cakranegara dan Dewi Srikandi pun
dipertemukan dalam pelaminan. Setelah resmi menjadi suami istri, tiba-tiba Dewi
Srikandi masuk ke dalam istana dengan wajah kecewa. Tumenggung Cakranegara pun
bergegas menyusul istrinya itu.
Sesampainya
di dalam kamar Dewi Srikandi menangis karena ia gagal menikah dengan kekasih
pujaan hatinya. Ia pun memaki nama Raden Arjuna sebagai laki-laki pengecut yang
tidak bisa memperjuangkan cinta mereka. Tidak lama kemudian Tumenggung
Cakranegara datang dan merayu Dewi Srikandi agar jangan menangis lagi. Tidak
ada gunanya ia meratapi seorang laki-laki pengecut bernama Raden Arjuna. Dewi
Srikandi marah mendengarnya dan mengancam akan bunuh diri apabila Tumenggung
Cakranegara mendekat.
Tumenggung
Cakranegara pun bertanya mengapa Dewi Srikandi menjadi selemah itu, hingga
mengancam akan bunuh diri segala. Bukankah dulu Dewi Srikandi pernah begitu
tangguh menewaskan Prabu Jungkungmardeya dalam sebuah pertandingan, tapi mengapa
sekarang berubah menjadi wanita yang mudah putus asa? Dewi Srikandi melarang
Tumenggung Cakranegara ikut campur urusannya. Meskipun mereka telah resmi
menjadi suami istri, namun jangan harap Tumenggung Cakranegara mampu mendapatkan
perhatian Dewi Srikandi.
Tumenggung
Cakranegara bertanya apakah Dewi Srikandi benar-benar tulus mencintai Raden
Arjuna. Dewi Srikandi menjawab memang benar demikian. Tumenggung Cakranegara
berkata bahwa Raden Arjuna seorang pengecut yang lari dari tanggung jawab. Dulu
saat Dewi Srikandi dilabrak Dewi Drupadi di Kesatrian Madukara, Raden Arjuna
justru bersembunyi mengamankan diri karena malu. Hal ini pun sudah diketahui
oleh Tumenggung Cakranegara.
Dewi
Srikandi menjawab bahwa soal itu ia sudah memaafkan, karena Raden Arjuna dengan
itikad baik telah datang ke Kerajaan Cempalareja untuk mengajukan lamaran. Raden
Arjuna juga telah menunjukkan keberaniannya dengan bertempur melawan Resi
Dewangkara. Namun, sayang sekali Taman Maherakaca hangus terbakar akibat
pertempuran itu. Dewi Srikandi sangat prihatin dan tanpa pikir panjang langsung
bersumpah tidak akan menikah kecuali dengan orang yang bisa memperbaiki Taman
Maherakaca dalam waktu semalam.
Mendengar
cerita itu, Tumenggung Cakranegara menasihati Dewi Srikandi agar untuk
selanjutnya jangan lagi bertindak gegabah, mengucapkan sumpah tanpa dipikir
lebih dulu. Untung saja ia bisa memperbaiki Taman Maherakaca dalam waktu
semalam. Jika tidak, mungkin Dewi Srikandi akan menjadi perawan tua selamanya.
Dewi
Srikandi tidak peduli. Ia berkata bahwa dirinya bisa saja menikah dengan
Tumenggung Cakranegara sebagai pemenang sayembara, tetapi dalam hati tetap
mencintai Raden Arjuna. Jika Tumenggung Cakranegara memaksanya untuk melayani,
maka Dewi Srikandi memilih lebih baik mati bunuh diri saja.
Dewi Srikandi |
BAMBANG MADUBRANGTA MENYERANG TUMENGGUNG
CAKRANEGARA
Tumenggung
Cakranegara senang mendengar ucapan Dewi Srikandi tersebut. Namun tiba-tiba
muncul Bambang Madubrangta menyerang dirinya. Tumenggung Cakranegara terkejut
dan segera membela diri. Mereka lalu bertarung seru di hadapan Dewi Srikandi.
Bambang
Brangtakusuma datang pula untuk membantu Bambang Madubrangta. Pertarungan satu
lawan dua ini berlangsung semakin sengit. Akhirnya, penyamaran mereka pun
buyar. Tumenggung Cakranegara berubah menjadi Raden Arjuna, sedangkan Bambang
Madubrangta berubah menjadi Dewi Sumbadra, dan Bambang Brangtakusuma berubah
menjadi Niken Larasati.
Dewi
Srikandi terkejut bercampur malu karena Tumenggung Cakranegara yang dibencinya
ternyata penjelmaan Raden Arjuna. Ia pun bertanya mengapa Raden Arjuna harus bersusah
payah menyamar hanya demi untuk mengikuti sayembara. Raden Arjuna menjawab
dirinya sengaja menyamar karena segan terhadap Resi Druna yang juga mengikuti
sayembara. Alasan kedua, Raden Arjuna masih ragu apakah Dewi Srikandi
benar-benar mencintainya atau tidak. Dengan cara menyamar sebagai Tumenggung
Cakranegara, maka Raden Arjuna dapat mendengar semua curahan isi hati Dewi
Srikandi secara langsung dan bukan melalui mulut orang lain.
Mendengar
itu, Dewi Srikandi merasa sangat malu dan meminta maaf karena telah bersikap kasar
kepada Raden Arjuna tadi. Andai saja ia tahu siapa jati diri Tumenggung
Cakranegara yang sebenarnya, maka ia tidak perlu mengajukan syarat untuk
dicarikan patah sakembaran segala. Raden Arjuna pun menjawab justru dengan mewujudkan
syarat tersebut, ia dapat menunjukkan bahwa dirinya bersungguh-sungguh ingin
menikahi Dewi Srikandi.
Raden Arjuna
lalu bertanya mengapa tadi Dewi Sumbadra dan Niken Larasati tiba-tiba
menyerangnya dalam wujud laki-laki. Dewi Sumbadra menjawab bahwa ia sejak awal
sudah curiga pada sosok Tumenggung Cakranegara. Mungkin orang lain bisa ditipu,
tetapi Dewi Sumbadra tidaklah demikian. Ia mengaku sudah hafal segala sikap dan
tindak-tanduk sang suami. Maka, ia pun dapat mengenali Raden Arjuna meskipun
dalam wujud penyamaran sebagai Tumenggung Cakranegara.
Mengenai serangan
tadi, Dewi Sumbadra meminta maaf karena dirinya kasihan melihat Dewi Srikandi
yang mengancam hendak bunuh diri, sedangkan Tumenggung Cakranegara tidak juga
mengakui jati dirinya. Oleh sebab itu, Dewi Sumbadra pun menyerang Tumenggung
Cakranegara demi untuk membongkar penyamarannya.
Dewi
Srikandi sangat terharu melihat kasih sayang Dewi Sumbadra kepada dirinya. Dewi
Sumbadra pun berkata bahwa ia tidak menganggap Dewi Srikandi sebagai madu,
tetapi menganggapnya sebagai adik. Hal ini justru membuat Dewi Srikandi semakin
terharu. Ia pun bersumpah seumur hidup akan menjadi pelayan Dewi Sumbadra.
Prabu Baladewa |
PRABU BALADEWA BERTEMPUR MELAWAN TUMENGGUNG
SINDULAGA
Saat itu di halaman
istana Cempalareja muncul Prabu Baladewa yang mengamuk dan marah-marah atas
kematian Patih Pragota. Tumenggung Sindulaga pun maju menghadapinya. Keduanya
bertarung sengit hingga sama-sama terluka. Tumenggung Sindulaga terkena pukulan
Senjata Nanggala, sedangkan Prabu Baladewa tertusuk kuku tangan Tumenggung
Sindulaga yang tiba-tiba berubah panjang dan tajam. Akhirnya, mereka pun
sama-sama roboh tak sadarkan diri.
Tidak lama
kemudian, Prabu Kresna datang bersama Prabu Puntadewa dan rombongan dari
Kerajaan Amarta. Melihat Prabu Baladewa dan Tumenggung Sindulaga sama-sama pingsan,
ia segera mengeluarkan Kembang Wijayakusuma untuk menyembuhkan mereka berdua.
Demikianlah, Prabu Baladewa dan Tumenggung Sindulaga pun pulih kembali seperti
sediakala. Prabu Baladewa kembali marah-marah karena teringat pada kematian Patih
Pragota. Tumenggung Sindulaga pun menjawab dirinya tidak sengaja membunuh, dan
itu semua karena Patih Pragota yang terus-menerus mendesaknya hingga habis
kesabaran.
Prabu Kresna
lalu memanggil Arya Prabawa yang menggendong jasad Patih Pragota. Dengan
menggunakan Kembang Wijayakusuma, ia pun menghidupkan kembali patih Kerajaan
Mandura tersebut karena memang belum saatnya ajal tiba. Melihat Patih Pragota
hidup kembali, Prabu Baladewa sangat gembira. Namun, ia belum puas dan ingin
melanjutkan pertarungan melawan Tumenggung Sindulaga.
Tiba-tiba
Dewi Srikandi muncul bersama Raden Arjuna, Dewi Sumbadra, dan juga Niken
Larasati. Melihat adiknya sudah membuka penyamaran, Tumenggung Sindulaga pun
segera kembali ke wujud Arya Wrekodara. Prabu Baladewa sangat terkejut melihatnya
dan meminta maaf karena pandangannya kurang jeli sehingga tidak mengenali
saudara sendiri. Ia pun memeluk Arya Wrekodara dan meminta maaf atas semua kesalahpahaman
tadi.
Tumenggung Sindulaga |
DEWI SRIKANDI DINIKAHKAN DENGAN RADEN
ARJUNA
Prabu
Drupada dan yang lain sangat senang begitu mengetahui ternyata Tumenggung
Cakranegara adalah penjelmaan Raden Arjuna. Itu berarti pemenang sayembara
membangun Taman Maherakaca beberapa hari yang lalu adalah Raden Arjuna sendiri,
sehingga ia berhak menjadi suami Dewi Srikandi.
Maka, Prabu
Drupada pun mengadakan upacara pernikahan ulang antara Dewi Srikandi dengan
Raden Arjuna, dan bukannya dengan Tumenggung Cakranegara sebagaimana tadi telah
disahkan. Upacara pernikahan tersebut dilanjutkan dengan pesta meriah di istana
Cempalareja selama beberapa hari. Setelah itu, Raden Arjuna pun memboyong Dewi
Srikandi sebagai istri padmi nomor tiga di Kesatrian Madukara.
Raden Arjuna |
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
Untuk kisah terbelahnya Kerajaan Pancala dapat dibaca di sini
Untuk kisah Dewi Srikandi berguru memanah dan terbakarnya Taman
Maherakaca dapat dibaca di sini
Nice bang cerita nya
BalasHapusBaru tahu ceritanya ternyata panjang ya. Kenapa tidak pernah di pertunjukkan sampai kesini ? Padahal bagus sekali. Tidak ada cerita spt ini di kisah2 wayang lainnya.
BalasHapus