Kisah ini menceritakan tentang kelahiran Bambang Irawan, yaitu putra
Raden Arjuna dengan Dewi Ulupi. Juga dikisahkan awal mula Raden Antareja
menggelung rambut dan menjadi murid Resi Jayawilapa.
Kisah ini saya olah dari sumber rangkuman balungan Pakem Ringgit Purwa
koleksi Museum Sonobudoyo, dengan disertai pengembangan seperlunya.
Kediri, 17 Mei 2017
Heri Purwanto
Untuk daftar judul
lakon wayang lainnya, klik di sini
Bambang Irawan kelak setelah dewasa. |
------------------------------
ooo ------------------------------
PARA PANDAWA HENDAK MENGHADIRI UPACARA SIRAMAN DEWI ULUPI
Prabu Puntadewa di Kerajaan
Amarta dihadap para adik, yaitu Arya Wrekodara kesatria Jodipati, si kembar
Raden Nakula dan Raden Sadewa, serta Patih Tambakganggeng dan Raden Gatutkaca.
Hadir pula dalam pertemuan itu Prabu Kresna Wasudewa dari Kerajaan Dwarawati
yang datang berkunjung bersama Arya Setyaki.
Hari itu Prabu Puntadewa membicarakan
tentang adik nomor tiga, yaitu Raden Arjuna yang telah pergi ke Padepokan
Yasarata untuk menjenguk istrinya yang bernama Dewi Ulupi, putri Resi
Jayawilapa. Menurut keterangan Raden Arjuna, usia kandungan Dewi Ulupi telah
mencapai tujuh bulan, sehingga tiba waktunya untuk mengadakan upacara siraman
baginya.
Dalam kesempatan itu, Raden
Sadewa mohon izin ikut bicara bahwa ia mendapat firasat kelak bayi yang
dilahirkan Dewi Ulupi akan tumbuh menjadi kesatria yang namanya dikenang
sepanjang masa. Prabu Kresna tertarik mendengarnya. Ia pun mendapat firasat yang
sama sehingga sengaja datang ke Kerajaan Amarta untuk mengajak Prabu Puntadewa
ikut menghadiri upacara siraman Dewi Ulupi tersebut. Prabu Puntadewa menyatakan
bersedia. Mereka lalu berangkat bersama-sama dengan didampingi Arya Wrekodara,
Arya Setyaki, dan Raden Gatutkaca, sedangkan si kembar Raden Nakula dan Raden
Sadewa tetap tinggal di istana menjaga kerajaan bersama Patih Tambakganggeng.
Prabu Kresna dan Prabu Puntadewa. |
PRABU NILAWARNA JATUH CINTA KEPADA DEWI ULUPI
Tersebutlah seorang raja
bernama Prabu Nilawarna dari Kerajaan Parangsotya. Raja ini masih muda dan
tampan namun belum memiliki istri. Pada suatu malam ia mimpi bertemu perempuan
cantik berpenampilan sederhana, bernama Dewi Ulupi dari Padepokan Yasarata.
Prabu Nilawarna pun jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikan perempuan itu sebagai
permaisuri.
Begitu terbangun dari tidur,
Prabu Nilawarna segera memanggil abdi panakawan, yaitu Kyai Togog dan Bilung
Sarahita. Kepada mereka berdua, ia bercerita tentang mimpi tadi malam dan
menyatakan ingin menikahi gadis bernama Dewi Ulupi tersebut. Meskipun seorang
gadis desa yang sederhana, namun Dewi Ulupi memiliki kecantikan istimewa yang
tidak kalah jika dibandingkan dengan putri raja yang tinggal di istana.
Kyai Togog yang berwawasan
luas mengatakan bahwa Dewi Ulupi sudah bukan gadis lagi, karena telah menjadi
istri Raden Arjuna, kesatria Panengah Pandawa. Bahkan, perempuan itu kini telah
mengandung dan tiba waktunya untuk mengadakan upacara siraman baginya. Kyai
Togog dan Bilung menyarankan agar Prabu Nilawarna mencari perempuan lain saja
apabila hendak dijadikan sebagai permaisuri, karena mengganggu istri Raden
Arjuna sama artinya dengan mencari mati. Kyai Togog lalu menceritakan tentang
sepak terjang Raden Arjuna dan juga saudara-saudaranya, yang mana mereka
disebut Pandawa Lima.
Prabu Nilawarna tidak percaya
pada cerita Kyai Togog. Ia tetap saja nekat ingin merebut Dewi Ulupi dan
membawanya tinggal di Kerajaan Parangsotya. Ia lalu memerintahkan Patih
Kalabandoga untuk berangkat menyerang Padepokan Yasarata dengan membawa pasukan
secukupnya.
Prabu Nilawarna. |
PATIH KALABANDOGA BENTROK DENGAN ROMBONGAN DARI AMARTA
Patih Kalabandoga dan pasukan
Parangsotya telah berangkat menuju Padepokan Yasarata. Di tengah jalan mereka
berpapasan dengan rombongan dari Kerajaan Amarta. Arya Setyaki yang berada di
ujung barisan bertanya ada keperluan apa mereka menanyakan jalan menuju Yasarata.
Patih Kalabandoga menjawab dengan lugas bahwa dirinya hendak merebut Dewi Ulupi.
Mendengar rencana jahat itu, Arya Setyaki segera mengerahkan pasukan Amarta untuk
menggempur mereka.
Pertempuran sengit pun
terjadi. Pasukan Parangsotya kocar-kacir digempur pasukan Amarta. Patih
Kalabandoga dapat meloloskan diri. Ia tidak berani pulang ke rajanya karena
takut mendapatkan hukuman. Maka, ia pun memilih nekat pergi menuju Padepokan
Yasarata seorang diri. Ia lalu berlari sekencang-kencangnya dengan tujuan menculik
Dewi Ulupi pada malam hari.
Arya Setyaki. |
RADEN ANTAREJA INGIN MENJADI PUNGGAWA SEPERTI RADEN GATUTKACA
Sementara itu di Kahyangan
Saptapratala, Batara Anantaboga dan Dewi Nagagini menerima kunjungan Raden
Antareja dari Kesatrian Jangkarbumi. Dalam pertemuan itu, Raden Antareja
mengutarakan kekesalan hatinya karena saat bertemu dengan sang ayah tempo hari,
yaitu Arya Wrekodara, dirinya hanya diperlakukan sebagai tamu. Dalam hati ia
merasa iri dengan adiknya, yaitu Raden Gatutkaca yang sudah lebih dulu mengabdi
di Kerajaan Amarta sebagai punggawa pemimpin para prajurit. Ingin rasanya ia
ikut mengabdi sebagai punggawa pula, tetapi Prabu Puntadewa sepertinya belum
memberikan izin menerima pegawai baru.
Batara Anantaboga dapat
memahami kekecewaan cucunya. Ia pun menjelaskan bahwa berbakti kepada negara
tidak harus menjadi punggawa kerajaan, tetapi bisa melalui cara lain. Taat
membayar pajak, bekerja sebaik-baiknya sesuai bidang keterampilan, serta ikut
menjaga nama baik negara, itu juga merupakan bentuk pengabdian. Selain itu,
Batara Anantaboga juga mengetahui bahwa Raden Antareja memiliki watak mudah
marah dan cenderung gegabah. Mungkin itulah yang membuat Prabu Puntadewa tidak
menerimanya menjadi punggawa. Maka, Batara Anantaboga pun menyarankan agar
cucunya itu pergi mencari guru terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
mengabdi sebagai punggawa kerajaan yang terikat segala macam aturan ketat.
Raden Antareja merasa heran,
bukankah sejak kecil ia sudah berguru kepada sang kakek, mengapa harus mencari
guru yang lain lagi? Batara Anantaboga menjawab dirinya tidak dapat menjadi
guru yang baik bagi Raden Antareja karena hubungan mereka adalah kakek dan
cucu, tentu ada perasaan memanjakan dan tidak dapat sepenuh hati memberikan
pelajaran kehidupan. Selain itu, ia juga terikat tugas sebagai dewa pelindung
bumi sehingga sulit menyisihkan waktu untuk mengajari sang cucu.
Batara Anantaboga menjelaskan
bahwa ia memiliki saudara angkat yang juga pernah berguru kepadanya, bernama
Resi Jayawilapa dari Padepokan Yasarata. Saudara angkatnya itulah yang kiranya
dapat menjadi guru terbaik bagi Raden Antareja. Sifat-sifat Raden Antareja yang
buruk, antara lain mudah iri, mudah marah, dan gegabah semoga dapat terkikis
selama berguru kepada Resi Jayawilapa di Padepokan Yasarata.
Raden Antareja merasa berat hati
meninggalkan Kahyangan Saptapratala tetapi karena ini perintah sang kakek, maka
ia hanya bisa mematuhi. Setelah memohon restu kepada Batara Anantaboga, Dewi
Supreti, dan Dewi Nagagini, ia pun berangkat menuju Padepokan Yasarata.
Batara Anantaboga. |
PATIH KALABANDOGA MENCULIK DEWI ULUPI
Di Padepokan Yasarata hari
sudah larut malam. Patih Kalabandoga seorang diri datang ke sana setelah
pasukannya hancur akibat kalah perang melawan rombongan dari Kerajaan Amarta
tadi. Ia pun mengerahkan Aji Sirep dan kemudian menyusup masuk mencari kamar
tidur Dewi Ulupi.
Sungguh hebat kekuatan Aji
Sirep yang dikerahkan Patih Kalabandoga sehingga seluruh penghuni Padepokan
Yasarata pun tertidur pulas. Setelah mencari ke sana-kemari, akhirnya Patih
Kalabandoga berhasil menemukan Dewi Ulupi sedang tidur bersama Raden Arjuna. Ia
pun maju hendak menarik tubuh wanita itu tetapi pagar gaib yang dipasang Raden
Arjuna sebelum tidur membuatnya jatuh terduduk. Sebanyak tiga kali Patih
Kalabandoga berusaha meraih Dewi Ulupi, maka sebanyak tiga kali pula ia jatuh
terduduk di lantai.
Patih Kalabandoga paham apa
yang telah membuatnya terlempar jatuh. Ia pun berlutut menyembah tempat tidur
Dewi Ulupi dan Raden Arjuna untuk menawarkan pengaruh pagar gaib yang ada di situ.
Begitu pagar gaib terbuka, ia langsung menggendong tubuh Dewi Ulupi dan
memasukkannya ke dalam sebuah kendaga. Secepat kilat Patih Kalabandoga lalu
pergi membawa kendaga itu meninggalkan Padepokan Yasarata.
Patih Kalabandoga. |
RADEN BURISRAWA MENGHADANG PATIH KALABANDOGA
Sementera itu, Raden Burisrawa
sedang berkelana seorang diri meninggalkan Kesatrian Madyapura. Dalam hati ia
masih menyimpan dendam karena gagal menculik Dewi Sumbadra tempo hari. Akibatnya,
ia pun menjadi bulan-bulanan, dihajar dari kiri dan kanan oleh Raden Antareja
dan Raden Gatutkaca. Meskipun Raden Arjuna telah memaafkan perbuatannya, namun
hatinya masih menyimpan dendam karena sejak peristiwa tersebut ia tidak boleh
lagi mendekati Dewi Sumbadra. Bahkan, Prabu Baladewa yang selama ini selalu
mendukungnya ternyata juga ikut marah dan melarangnya datang lagi ke Kesatrian
Madukara.
Hari itu Raden Burisrawa
mendengar kabar bahwa Raden Arjuna memiliki istri paminggir bernama Dewi Ulupi
yang sedang mengandung dan tinggal di Padepokan Yasarata. Ia pun berniat
membalas dendam dengan cara menculik Dewi Ulupi dan menggugurkan kandungannya.
Sungguh kebetulan, di tengah
jalan Raden Burisrawa berpapasan dengan Patih Kalabandoga yang sedang membawa
kendaga. Ia pun menghentikannya dan bertanya apa isi kendaga tersebut. Karena
wajah Raden Burisrawa yang mirip raksasa membuat Patih Kalabandoga mengiranya
sebagai teman sendiri. Dasar watak Patih Kalabandoga juga lugas, membuatnya
langsung berterus terang bahwa kendaga tersebut berisi Dewi Ulupi yang akan
dipersembahkan kepada Prabu Nilawarna di Kerajaan Parangsotya.
Raden Burisrawa senang
mendengarnya dan ia pun menyerang Patih Kalabandoga untuk merebut kendaga itu.
Patih Kalabandoga terkejut dan membela diri. Keduanya lalu bertarung sengit. Dalam
pertarungan itu Raden Burisrawa unggul. Ia pun menghabisi nyawa Patih
Kalabandoga dan melemparkan mayatnya ke dasar jurang.
Raden Burisrawa. |
DEWI ULUPI DITOLONG RADEN ANTAREJA
Raden Burisrawa lalu membuka
tutup kendaga dan melihat Dewi Ulupi terbangun dari pingsan dalam keadaan
terkejut. Ia pun memaksa wanita itu untuk menggugurkan kandungannya demi
melampiaskan dendam kepada Raden Arjuna. Dewi Ulupi ketakutan dan mencoba
kabur. Raden Burisrawa pun mengejarnya sambil menari dan tertawa-tawa. Semakin
Dewi Ulupi takut, ia justru semakin senang. Ia sengaja tidak langsung menangkap
wanita itu tetapi ingin mempermainkannya terlebih dahulu seperti kucing hendak
menangkap tikus.
Dewi Ulupi yang lari tak tentu
arah akhirnya terperosok jatuh ke dalam jurang. Tubuhnya melayang turun dan
pasti tewas jika terbentur tanah. Namun, pertolongan tiba-tiba muncul di saat
genting. Raden Antareja yang sedang menuju Padepokan Yasarata kebetulan lewat
dan langsung menyambar tubuh Dewi Ulupi. Perlahan-lahan ia membawa wanita hamil
itu naik ke atas dan mendudukkannya di bawah pohon rawan.
Raden Burisrawa yang mengejar
Dewi Ulupi terkejut melihat Raden Antareja tiba-tiba muncul. Seketika ia pun
teringat peristiwa tempo hari saat pemuda bersisik naga itu menghajar dirinya
dalam wujud Dewi Sumbadra palsu di atas perahu. Raden Antareja sendiri juga
melihat Raden Burisrawa. Pemuda itu pun segera menyerang ke arahnya. Maka,
terjadilah pertarungan di antara mereka berdua. Raden Burisrawa lagi-lagi kalah
dan memilih kabur meninggalkan tempat itu.
Dewi Ulupi. |
DEWI ULUPI MELAHIRKAN BAYI LAKI-LAKI
Setelah keadaan aman, Raden
Antareja mendatangi Dewi Ulupi yang masih ketakutan. Tiba-tiba datang pula
Raden Arjuna bersama sang mertua, yaitu Resi Jayawilapa. Mereka berdua telah terbebas
dari pengaruh Aji Sirep dan langsung berangkat mencari hilangnya Dewi Ulupi.
Sesampainya di tempat itu, Raden Arjuna terkejut melihat Raden Antareja bersama
Dewi Ulupi, dan ia langsung menuduh keponakannya itulah si pelaku penculikan.
Namun, Dewi Ulupi segera melerai dan menjelaskan justru Raden Antareja adalah
pahlawan yang telah menolong dirinya dari penjahat yang sebenarnya.
Raden Arjuna meminta maaf karena
telah berburuk sangka kepada Raden Antareja. Ia lalu mengajak sang istri pulang
kembali ke Padepokan Yasarata. Akan tetapi, Dewi Ulupi tiba-tiba merintih
kesakitan. Rupanya peristiwa dirinya diculik membuat kandungannya bermasalah.
Usia kandungannya saat itu masih tujuh bulan tetapi sepertinya si janin hendak
keluar sekarang. Resi Jayawilapa segera maju menolong putrinya itu melahirkan. Sambil
membaca mantra, Resi Jayawilapa meraba perut Dewi Ulupi tiga kali dan putrinya
itu langsung melahirkan tanpa kesakitan.
Resi Jayawilapa kemudian menyerahkan
bayi dalam gendongannya kepada Raden Arjuna. Bayi tersebut berkelamin laki-laki
dan berwajah tampan, sangat mirip dengan Raden Arjuna. Raden Arjuna merasa
bahagia tetapi ia belum mempersiapkan nama, karena tidak mengira putranya akan
lahir sekarang. Resi Jayawilapa pun mengusulkan, karena si bayi dilahirkan di
bawah pohon rawan, maka sebaiknya ia diberi nama Bambang Irawan. Raden Arjuna
setuju dan menetapkan nama ini sebagai nama putranya yang baru lahir tersebut.
Resi Jayawilapa. |
RADEN ANTAREJA DIGELUNG RAMBUTNYA OLEH RESI JAYAWILAPA
Raden Antareja kagum melihat
kesaktian Resi Jayawilapa saat menolong Dewi Ulupi melahirkan. Hanya dengan
mengelus perut putrinya itu tiga kali, si bayi Bambang Irawan langsung keluar
ke dunia. Kini ia pun yakin bahwa kakeknya tidak salah tunjuk orang. Ia pun
berterus terang mengatakan bahwa dirinya diutus Batara Anantaboga agar berguru
kepada Resi Jayawilapa. Tadinya ia berniat menantang Resi Jayawilapa bertarung
untuk mengukur ilmu kesaktiannya. Namun, ia merasa tidak perlu lagi berbuat
seperti itu karena sekarang tekadnya sudah bulat ingin berguru kepada pendeta
tersebut.
Resi Jayawilapa senang
mendengarnya. Ia menjelaskan bahwa Batara Anantaboga adalah saudara angkatnya
dan sekaligus pernah menjadi gurunya pula. Karena Batara Anantaboga sudah
berpesan demikian, Resi Jayawilapa pun menerima Raden Antareja dengan senang
hati. Akan tetapi, ia juga menjelaskan bahwa soal kesaktian tentu saja Batara
Anantaboga masih jauh di atasnya. Dirinya hanyalah seorang pendeta tua yang
menyepi tinggal di desa, itu saja.
Raden Antareja menyatakan
dirinya sudah yakin terhadap Resi Jayawilapa dan ia sudah membulatkan tekad
untuk ikut tinggal di Padepokan Yasarata, berguru segala macam ilmu kehidupan
kepada sang pendeta. Resi Jayawilapa menerima permohonan tersebut. Ia pun menggelung
rambut panjang Raden Antareja menjadi bulat, sebagai perlambang kebulatan
tekadnya.
Raden Arjuna bertindak sebagai
saksi. Ia ikut senang bahwa keponakannya berguru kepada mertuanya. Mereka lalu
bersama-sama pulang kembali ke Padepokan Yasarata.
Raden Antareja sebelum dan sesudah gelung. |
RADEN ARJUNA MENGALAHKAN PRABU NILAWARNA
Sesampainya di Padepokan
Yasarata, ternyata rombongan dari Kerajaan Amarta sudah lebih dulu tiba di sana.
Upacara siraman tujuh bulanan yang sudah dipersiapkan itu pun kini berubah
menjadi upacara syukuran atas kelahiran Bambang Irawan. Prabu Puntadewa, Prabu
Kresna, Arya Wrekodara, dan anggota rombongan lainnya ikut berbahagia atas
kelahiran bayi tampan tersebut dan ramai-ramai memberikan berkah restu
kepadanya.
Tiba-tiba datang pula Prabu
Nilawarna raja Parangsotya yang berteriak-teriak meminta Raden Arjuna agar
menyerahkan Dewi Ulupi. Raden Arjuna pun keluar menghadapinya. Keduanya lalu bertarung
di halaman Padepokan Yasarata untuk memperebutkan Dewi Ulupi. Setelah bertarung
agak lama, akhirnya Prabu Nilawarna tewas tertusuk Keris Pulanggeni milik Raden
Arjuna.
Setelah keadaan tenang kembali,
para Pandawa pun melanjutkan upacara syukuran. Hari itu Raden Antareja dan
Bambang Irawan dipersaudarakan. Raden Antareja tidak lagi menganggap Bambang
Irawan sebagai sepupu, tetapi menjadikannya sebagai adik kandung. Bahkan, ia
juga memanggil ibu kepada Dewi Ulupi. Sejak saat itu pula Raden Antareja tinggal
di Padepokan Yasarata untuk berguru ilmu kehidupan kepada Resi Jayawilapa.
Raden Arjuna. |
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
CATATAN : Bambang Irawan adalah tokoh yang terdapat dalam kitab
Mahabharata dengan nama Iravan, sedangkan Raden Antareja adalah tokoh asli
ciptaan pujangga Jawa. Menurut naskah Mahabharata, ibu dari Iravan juga bernama
Ulupi, tetapi kakeknya bernama Naga Koravya.
Sementara itu, nama raja Parangsotya menurut naskah Sonobudoyo adalah Prabu
Ekawarna. Karena khawatir rancu dengan Batara Ekawarna, yaitu kakek dari Prabu
Boma Narakasura, maka saya pun mengubah namanya menjadi Prabu Nilawarna dalam
lakon yang saya sajikan di atas.
Untuk kisah perkawinan Raden Arjuna dengan Dewi Ulupi dapat dibaca di sini
kisahnya sangat runtut thanks infonya saya suka dengerin langsung audionya di sini https://youtu.be/J0oa_vqODVw
BalasHapusmantuuul banget
BalasHapusCeritanya menarik sangat inspiratif bagi generasi muda harus tau kebudayaan Jawa.
BalasHapus🙏🏻🙏🏻
BalasHapusOke
BalasHapus