Kisah ini menceritakan
perkawinan kedua Raden Basuketi yang kelak bergelar Prabu Basuparicara, dengan
Dewi Yukti, putri Resi Basundara. Perkawinan ini sempat terkendala karena Dewi
Yukti hilang diculik Prabu Agniyara yang menyamar sebagai pelangi.
Kisah ini disusun berdasarkan
sumber Serat Pustakaraja Purwa (Surakarta) karya Raden Ngabehi Ranggawarsita
dengan sejumlah pengembangan.
Kediri, 05 Juni 2015
Heri Purwanto
------------------------------ ooo ------------------------------
PRABU BASUKISWARA HENDAK BERBESAN DENGAN RESI BASUNDARA
Prabu Basukiswara di Kerajaan
Wirata bersama Patih Wasita, Arya Srimadewa, dan Arya Manungkara sedang membicarakan
surat lamaran yang telah dikirim kepada Resi Basundara di Kerajaan Gajahoya.
Dalam surat itu, Prabu Basukiswara bermaksud menikahkan sang putra mahkota,
yaitu Raden Basuketi dengan putri Resi Basundara yang bernama Dewi Yukti.
Perkawinan ini akan menjadi perkawinan kedua bagi Raden Basuketi setelah istri
pertamanya, yaitu Dewi Subakti putri Arya Manungkara meninggal dunia karena
sakit panas.
Ketika mereka sedang sibuk
membahas rencana pernikahan tersebut, tiba-tiba datang Resi Basundara membawa
kabar bahwa Dewi Yukti telah hilang tanpa diketahui keberadaannya. Awal mulanya
ialah Dewi Yukti tertarik melihat pelangi di angkasa dan tanpa sadar kakinya
pun berjalan ke arah ujung pelangi tersebut berada. Tak disangka, pelangi itu tiba-tiba
hidup dan kemudian merenggut tubuh Dewi Yukti serta membawanya kabur. Resi
Basundara sudah berusaha mencari ke mana-mana namun tidak juga berhasil menemukan
keberadaan putrinya tersebut.
Prabu Basukiswara sangat marah
mendengar berita ini. Ia menuduh Resi Basundara sengaja mengarang cerita khayal
tentang pelangi yang bisa menculik manusia segala, padahal yang sebenarnya
adalah Resi Basundara tidak setuju menikahkan Dewi Yukti dengan Raden Basuketi.
Prabu Basukiswara heran mengapa Resi Basundara menolak lamarannya, padahal pernikahan
ini bisa mendekatkan hubungan kekeluargaan antara sesama keturunan Prabu
Basupati (raja Wirata kedua). Lagipula, Raden Basuketi adalah putra mahkota yang
kelak menjadi raja. Itu berarti, Dewi Yukti dengan sendirinya akan menjadi
calon permaisuri pula.
Resi Basundara bersumpah bahwa
apa yang ia ceritakan adalah benar, dan sama sekali bukan dusta yang
dibuat-buat. Namun, Prabu Basukiswara sudah terlanjur marah. Ia mengusir Resi
Basundara dan melarangnya pulang ke Kerajaan Gajahoya. Bagaimanapun juga,
Gajahoya adalah negeri bawahan Kerajaan Wirata, sehingga Prabu Basukiswara
merasa berhak melarang Resi Basundara pulang ke sana.
Setelah Resi Basundara pergi,
Prabu Basukiswara memanggil Raden Basuketi supaya menghadap. Kepada putra
sulungnya itu, ia menceritakan bahwa Dewi Yukti hilang diculik pelangi. Cerita
ini jelas khayal dan mengada-ada. Untuk itu, Raden Basuketi dipersilakan memilih
calon istri yang lain saja.
Akan tetapi, Raden Basuketi
menolak saran sang ayah. Ia yakin calon mertuanya, yaitu Resi Basundara tidak
mengarang cerita. Untuk itu, Raden Basuketi berniat mencari ke mana hilangnya
Dewi Yukti dan ia bertekad tidak akan menikah dengan perempuan lain. Prabu
Basukiswara kembali marah dan menuduh Raden Basuketi kurang ajar berani
membantah orang tua. Ia pun mengusir putra sulungnya itu pergi dari istana.
Patih Wasita, Resi Srimadewa,
dan Arya Manungkara berusaha menyabarkan hati Prabu Basukiswara.
Berangsur-angsur kemarahan Prabu Basukiswara mereda. Ia lalu memerintahkan Arya
Manungkara untuk menyusul Raden Basuketi dan mengajaknya kembali ke istana.
Arya Manungkara segera mohon pamit melaksanakan tugas, dan Prabu Basukiswara
pun membubarkan pertemuan.
RADEN BASUKETI DIHADANG PARA
RAKSASA
Raden Basuketi telah cukup
jauh berjalan meninggalkan ibu kota Wirata. Di tengah jalan ia bertemu barisan
pasukan raksasa dari Kerajaan Indrapura yang dipimpin Patih Kalabikswa. Para
raksasa itu sedang mencari raja mereka yang menghilang dari istana, yaitu Prabu
Agniyara.
Patih Kalabikswa menghentikan
perjalanan Raden Basuketi dan bertanya dengan kasar apakah pernah bertemu Prabu
Agniyara. Raden Basuketi tersinggung atas sikap kasar para raksasa itu dan ia
pun menjawab dengan seenaknya. Patih Kalabikswa marah dan mengerahkan
pasukannya untuk menyerang Raden Basuketi.
Terjadilah pertarungan yang
tidak seimbang, di mana Raden Basuketi seorang diri harus menghadapi para
raksasa sebanyak itu. Ketika ia mulai terdesak dan hampir saja mati di tangan Patih
Kalabikswa, tiba-tiba muncul sang paman, yaitu Arya Manungkara yang langsung
membantunya menghadapi musuh. Dengan menggunakan pusaka Permata Manikhara, Arya
Manungkara berhasil mengubah beberapa raksasa menjadi arca batu, membuat Patih
Kalabikswa merasa ngeri dan mengajak pasukannya kabur meninggalkan tempat itu.
Arya Manungkara lalu
menyampaikan perintah Prabu Basukiswara supaya Raden Basuketi pulang ke istana.
Raden Basuketi menolak karena ia sudah bertekad bulat untuk bisa menemukan Dewi
Yukti, calon istrinya. Arya Manungkara tidak mampu membujuk keponakannya itu, dan
di sisi lain juga tidak tega membiarkannya pergi sendiri. Seketika ia pun teringat
semasa muda dulu dirinya juga pernah berkelana mencari hilangnya Dewi Basutari
(saudara perempuan Prabu Basukiswara) yang diculik Gandarwa Janjatma dan kini
menjadi istrinya. Terkenang pada pengalaman sendiri, membuat Arya Manungkara berjanji
akan menemani Raden Basuketi pergi mencari Dewi Yukti.
Raden Basuketi sangat
berterima kasih atas kesediaan sang paman. Mereka lalu bersama-sama melanjutkan
perjalanan mencari keberadaan putri Resi Basundara tersebut.
RADEN BASUKETI MENDAPAT
PETUNJUK DEWA
Raden Basuketi dan Arya
Manungkara berjalan melewati lembah pegunungan dan pedesaan. Pada saat singgah
di Desa Wasutira, mereka berjumpa Batara Sungkara yang dulu pernah diruwat
Raden Basuketi dari wujud celeng menjadi seorang dewa. Raden Basuketi sangat
gembira bertemu sahabatnya itu dan memperkenalkannya kepada Arya Manungkara.
Batara Sungkara sengaja turun
dari kahyangan untuk memberikan petunjuk kepada Raden Basuketi tentang keberadaan
Dewi Yukti. Ia menjelaskan bahwa pelangi yang menculik Dewi Yukti adalah penjelmaan
Prabu Agniyara, raja raksasa dari Kerajaan Indrapura yang ingin membalas dendam
atas kematian putra dan putrinya, yaitu Ditya Lagna dan Dewi Lagni. Beberapa
waktu yang lalu, Ditya Lagna dan Dewi Lagni tewas di tangan Raden Basuketi dan
Batara Sungkara. Kini, ayah mereka yaitu Prabu Agniyara ingin membalas dendam
dengan cara menculik calon istri Raden Basuketi.
Batara Sungkara pun memberikan
petunjuk bahwa Dewi Yukti saat ini disembunyikan oleh Prabu Agniyara di Hutan
Magada. Ia menawarkan diri untuk membantu, namun Raden Basuketi menolak dengan halus.
Ia merasa ini adalah urusan pribadi antara dirinya dengan Prabu Agniyara,
sedangkan Batara Sungkara sudah banyak membantu saat menghadapi Ditya Lagna dan
Dewi Lagni dulu.
Setelah dirasa cukup, Batara
Sungkara pun terbang kembali ke kahyangan, sedangkan Raden Basuketi dan Arya
Manungkara mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan perjalanan.
RADEN BASUKETI MENEMUKAN DEWI
YUKTI
Raden Basuketi dan Arya
Manungkara telah sampai di Hutan Magada. Setelah menyusuri hutan tersebut cukup
lama, mereka akhirnya melihat Dewi Yukti sedang bersamadi di atas batu,
sedangkan Prabu Agniyara berusaha menyerangnya. Pada awalnya Prabu Agniyara hanya
ingin menggagalkan perkawinan Raden Basuketi. Namun, lama-lama ia tergoda
melihat kecantikan Dewi Yukti dan kini berniat untuk memerkosanya. Akan tetapi,
Dewi Yukti bersamadi dengan sangat hening hingga tubuhnya memancarkan hawa gaib
yang berguna sebagai pagar, membuat Prabu Agniyara tidak bisa mewujudkan niat
jahatnya.
Raden Basuketi terkesan
melihat kegigihan Dewi Yukti. Ia pun maju menyerang Prabu Agniyara. Terjadilah
pertarungan di antara mereka. Selang agak lama, Arya Manungkara melihat keponakannya
mulai terdesak. Ia lalu meminjamkan pusaka Sela Mertyujiwa kepada Raden
Basuketi. Dengan menggunakan batu ajaib tersebut, Raden Basuketi berhasil
melukai Prabu Agniyara yang kemudian melarikan diri meninggalkan Hutan Magada.
Raden Basuketi membangunkan
Dewi Yukti dari samadinya. Dewi Yukti sangat berterima kasih telah dibebaskan
dari sekapan Prabu Agniyara. Raden Basuketi dan Arya Manungkara lalu
mengantarkan gadis itu kembali kepada ayahnya.
DEWI YUKTI BERTEMU AYAHNYA
Sementara itu, Resi Basundara
yang telah diusir Prabu Basukiswara dan dilarang pulang ke Kerajaan Gajahoya,
kini tinggal seorang diri di tepi Hutan Pancala. Prabu Pratipa (keponakannya)
dan Patih Basusara (putranya) datang berkunjung dari Gajahoya. Prabu Pratipa
sangat kesal atas sikap Prabu Basukiswara yang sewenang-wenang menghukum Resi
Basundara melebihi kesalahannya. Bagi Prabu Pratipa, hukuman buang adalah
hukuman yang lebih hina daripada kematian.
Prabu Pratipa lantas mengajak
Resi Basundara pulang ke Gajahoya dan tidak perlu lagi menghiraukan perintah
Prabu Basukiswara. Apabila nanti Prabu Basukiswara marah dan menyerang Kerajaan
Gajahoya, maka Prabu Pratipa siap menghadapi dengan sekuat tenaga. Akan tetapi,
Resi Basundara menolak ajakan keponakannya itu. Ia tetap yakin pada keadilan
Yang Mahakuasa, bahwa suatu saat nanti Prabu Basukiswara akan menyadari
kekeliruannya.
Pada saat itulah Dewi Yukti
datang bersama Raden Basuketi dan Arya Manungkara. Resi Basundara sangat bahagia
melihat putrinya telah kembali. Ia lalu mengajak Dewi Yukti dan Raden Basuketi
melapor kepada Prabu Basukiswara di Kerajaan Wirata. Sementara itu, Prabu
Pratipa dan Patih Basusara pulang ke Gajahoya dengan memendam perasaan kesal.
PRABU BASUKISWARA MEMINTA MAAF
KEPADA RESI BASUNDARA
Prabu Basukiswara di Kerajaan
Wirata menerima kedatangan Raden Basuketi, Arya Manungkara, beserta Resi
Basundara dan Dewi Yukti. Arya Manungkara melaporkan apa yang telah
disaksikannya dan ia berani menjamin bahwa Resi Basundara sama sekali tidak
berbohong tentang hilangnya Dewi Yukti yang diculik pelangi. Arya Manungkara
pun menjelaskan bahwa pelangi itu adalah penjelmaan Prabu Agniyara dari
Kerajaan Indrapura.
Prabu Basukiswara menyadari
kekeliruannya dan segera meminta maaf kepada Resi Basundara dengan disaksikan
seluruh hadirin. Resi Basundara sangat terharu dan menerima permintaan maaf calon
besannya itu. Mereka lalu bermusyawarah untuk menentukan hari pernikahan antara
Raden Basuketi dan Dewi Yukti.
KEMATIAN PRABU AGNIYARA
Pada hari yang ditentukan
diadakanlah upacara pernikahan antara Raden Basuketi dan Dewi Yukti. Setelah
pesta berakhir, tiba-tiba Kerajaan Wirata diserang pasukan raksasa dari
Kerajaan Indrapura yang dipimpin langsung oleh Prabu Agniyara. Tujuan serangan
ini adalah untuk merebut Dewi Yukti, sekaligus menaklukkan Kerajaan Wirata serta
membalas kematian Ditya Lagna dan Dewi Lagni.
Arya Manungkara selaku
panglima angkatan perang Wirata segera memimpin pasukan menghadapi serangan
tersebut. Pertempuran sengit pun terjadi. Prabu Agniyara sangat pandai mengubah
wujud menjadi bermacam-macam bentuk. Namun, ilmu sihirnya itu tidak mampu menandingi
kesaktian Arya Manungkara. Raja Raksasa tersebut akhirnya gugur dengan kepala
pecah dihantam pusaka Sela Mertyujiwa. Sementara itu, Patih Kalabikswa juga
tewas di tangan Arya Srimadewa.
Prabu Basukiswara sangat
berterima kasih atas jasa-jasa Arya Manungkara yang telah menemani petualangan
Raden Basuketi, dan kini menghancurkan serangan musuh. Sebagai balas jasa
sekaligus mempererat persaudaraan, Prabu Basukiswara kembali mengajak Arya
Manungkara berbesan untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia ingin menjodohkan putra
bungsunya, yaitu Raden Basuketu dengan putri bungsu Arya Manungkara yang
bernama Dewi Walibrata. Arya Manungkara pun menerima lamaran tersebut dengan
senang hati.
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
kisah sebelumnya ; daftar isi ; kisah selanjutnya
Tolong gambar wayangnya ditambahin kanan cuma 1atau 2 tapi banyak
BalasHapus