Kisah ini menceritakan tentang Raden Nagatatmala putra Batara Anantaboga yang berani melarikan Dewi Mumpuni, istri Batara Yamadipati pada saat Kahyangan Suralaya menghadapi serbuan Prabu Karungkala, penjelmaan Batara Kalakutana. Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni akhirnya mendapatkan perlindungan Prabu Wisnupati di Kerajaan Purwacarita.
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa karya Ngabehi Ranggawarsita dengan sedikit pengembangan.
Heri Purwanto
ANAK BATARA KALA MENJADI RAJA MEDANG PENATARAN
Setelah Prabu Wisnupati membongkar penyamaran Batara Arnapurna dalam wujud Ratu Kresnawatari, Kerajaan Medang Penataran menjadi kosong dan rusak karena tidak ada lagi yang bertakhta di sana. Batara Kala lalu mengutus Batara Kalakutana (putranya) dan Resi Pulaha (menantunya) untuk membangun kembali Kerajaan Medang Penataran dan membalas dendam kepada para dewa atas kematian Prabu Watugunung.
Batara Kalakutana dan Resi Pulaha lalu membangun istana Medang Penataran yang baru di Desa Sepang. Setelah istana itu berdiri megah, Batara Kalakutana pun menjadi raja di sana dengan bergelar Prabu Karungkala, sedangkan Resi Pulaha menjadi menteri utama bergelar Patih Kalawerdati.
PRABU KARUNGKALA MENYERANG KAHYANGAN SURALAYA
Prabu Karungkala kemudian mengutus Patih Kalawerdati naik ke Kahyangan Suralaya untuk melamar tujuh bidadari unggulan, yaitu Batari Supraba, Batari Wilotama, Batari Warsiki, Batari Surendra, Batari Gagarmayang, Batari Irimirim, dan Batari Tunjungbiru. Lamaran tersebut secara tegas ditolak oleh Batara Indra. Namun demikian, justru inilah yang menjadi bagian dari rencana Prabu Karungkala. Penolakan terhadap lamaran tersebut bisa digunakannya sebagai alasan untuk memerangi para dewa.
Maka, terjadilah pertempuran antara pasukan dewata melawan pasukan raksasa di halaman Repat Kepanasan. Batara Indra yang turun secara langsung ke medan tempur dapat menewaskan banyak raksasa, namun ia akhirnya terdesak juga saat menghadapi kesaktian Patih Kalawerdati. Merasa tidak mampu memenangkan pertempuran, Batara Indra pun menarik mundur pasukannya dan menutup rapat-rapat gerbang Selamatangkep.
Melihat pihak dewata mengurung diri di dalam Kahyangan Suralaya, para raksasa pun mendirikan perkemahan di kaki Gunung Jamurdipa mengepung mereka. Patih Kalawerdati lalu mengirim utusan untuk melaporkan segala yang terjadi kepada Prabu Karungkala di Kerajaan Medang Penataran.
KISAH RADEN NAGATATMALA PUTRA BATARA ANANTABOGA
Di Kahyangan Saptapratala, Batara Anantaboga berpamitan kepada istri dan anaknya, yaitu Dewi Suparti dan Raden Nagatatmala untuk berangkat memenuhi panggilan Batara Indra. Rupanya demi untuk mengalahkan pasukan raksasa Medang Penataran, Batara Indra telah menyebar undangan memanggil para dewa di segenap penjuru supaya berkumpul di Kahyangan Suralaya. Raden Nagatatmala ingin ikut serta tetapi ditolak dengan tegas oleh sang ayah.
Setelah Batara Anantaboga pergi, Raden Nagatatmala meminta izin kepada ibunya supaya diperbolehkan menyusul ke Kahyangan Suralaya dengan alasan hanya ingin melihat-lihat keindahannya saja dan bukan untuk ikut berperang. Akan tetapi, Dewi Suparti tidak mengizinkannya. Kalau hanya untuk melihat-lihat keindahan Kahyangan Suralaya tidak perlu pergi ke sana, tetapi cukup melihat gambarnya saja.
Maka, Dewi Suparti lalu meminjamkan pusaka Kaca Benggala kepada Raden Nagatatmala. Melalui pusaka tersebut, Raden Nagatatmala dapat melihat secara langsung keadaan di Kahyangan Suralaya. Tampak olehnya para dewa berdatangan satu per satu memenuhi panggilan Batara Indra. Yang menarik perhatiannya adalah kedatangan Batara Yamadipati yang disertai istrinya, bernama Dewi Mumpuni.
Raden Nagatatmala seketika terpesona melihat kecantikan Dewi Mumpuni itu. Ia pun pura-pura mengantuk dan pamit tidur kepada ibunya. Akan tetapi, setelah lewat tengah malam, diam-diam pemuda itu menyelinap pergi meninggalkan Saptapratala menuju Kahyangan Suralaya.
RADEN NAGATATMALA BERSELINGKUH DENGAN DEWI MUMPUNI
Sesampainya di tempat tujuan, Raden Nagatatmala berhasil menyusup masuk dan menemukan kamar tidur Dewi Mumpuni. Ia segera memasuki kamar tersebut dan memperkenalkan dirinya kepada wanita itu. Dewi Mumpuni sendiri pada dasarnya tidak mencintai Batara Yamadipati yang berwajah bengis mengerikan, sehingga begitu melihat sosok Raden Nagatatmala yang tampan rupawan, ia langsung jatuh hati kepadanya. Karena keduanya sama-sama saling jatuh cinta, mereka pun lupa diri dan bermesraan di kamar itu.
Batara Yamadipati yang merasa gelisah tiba-tiba saja ingin menjenguk istrinya di kamar. Betapa terkejut dirinya saat memergoki Dewi Mumpuni sedang bermesraan dengan laki-laki lain. Batara Yamadipati sangat murka dan menanyakan asal-usul pemuda itu. Dengan sikap polos, Raden Nagatatmala mengaku terus terang bahwa dirinya adalah putra Batara Anantaboga dari Kahyangan Saptapratala.
Batara Yamadipati pun mengamuk hendak membunuh Raden Nagatatmala. Akan tetapi, meskipun masih muda belia namun Raden Nagatatmala sangat lincah dan mampu mengalahkan dewa berwajah bengis itu.
RADEN NAGATATMALA MENGUNGSI KE MEDANG KAMULAN
Batara Yamadipati mundur dan menghadap Batara Indra untuk melaporkan perbuatan anak Batara Anantaboga yang berani berselingkuh dengan istrinya. Batara Indra sangat marah dan segera memasukkan Batara Anantaboga ke dalam penjara. Ia lalu mengirim para dewa berilmu tinggi untuk membantu Batara Yamadipati menangkap Raden Nagatatmala. Para dewa sakti itu antara lain, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kamajaya, Batara Sambu, dan Batara Bayu.
Batara Yamadipati dan para dewa itu lalu mengepung Raden Nagatatmala dan berusaha menangkapnya. Kali ini Raden Nagatatmala merasa terdesak, namun ia berhasil meloloskan diri bersama Dewi Mumpuni meninggalkan Kahyangan Suralaya.
Batara Yamadipati dan para dewa tersebut melaporkan kegagalan mereka kepada Batara Indra. Batara Indra sendiri sangat marah karena ketika Batara Yamadipati pergi bersama para dewa sakti itu untuk menangkap Raden Nagatatmala, tiba-tiba saja Prabu Karungkala datang ke perkemahan pasukan Medang Penataran, kemudian bersama-sama Patih Kalawerdati menyerang Kahyangan Suralaya. Pihak kahyangan benar-benar terdesak, namun untungnya musuh belum dapat menembus benteng pertahanan para dewa.
Batara Indra kemudian membebaskan Batara Anantaboga dari penjara dan memerintahkannya untuk meringkus Raden Nagatatmala. Batara Anantaboga segera berangkat dan akhirnya bisa menyusul Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni. Melihat keduanya sama-sama saling mencintai, Batara Anantaboga tidak tega memisahkan mereka. Keduanya pun diperintahkan supaya meminta perlindungan kepada Prabu Wisnupati di Kerajaan Medang Kamulan. Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni mohon ampun telah menyusahkan Batara Anantaboga, lalu mereka pun berangkat melaksanakan nasihat tersebut.
RADEN SRIGATI HENDAK MEREBUT DEWI MUMPUNI
Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni telah sampai di Kerajaan Medang Kamulan dan memohon kepada Prabu Wisnupati supaya diterima mengabdi di sana. Prabu Wisnupati menerima pengabdian itu dan mengangkat Raden Nagatatmala menjadi punggawa kerajaan.
Raden Srigati (putra Prabu Wisnupati) diam-diam jatuh hati kepada Dewi Mumpuni. Pada suatu hari saat Dewi Mumpuni sedang sendirian, Raden Srigati mendatanginya dan menyampaikan kata-kata rayuan. Namun, Dewi Mumpuni menolaknya sehingga membuat Raden Srigati sangat marah. Ketika Raden Srigati memaksakan kehendaknya, Dewi Mumpuni menjerit keras sehingga terdengar oleh Raden Nagatatmala.
Raden Nagatatmala datang dan langsung melabrak Raden Srigati. Keduanya pun terlibat pertarungan yang dimenangkan oleh Raden Nagatatmala. Pada saat itulah Prabu Wisnupati datang melerai. Raden Srigati meminta sang ayah membelanya dan membantunya merebut Dewi Mumpuni.
Akan tetapi, Prabu Wisnupati dengan tegas menolak itu. Ia tidak mau bersikap tidak adil kepada Raden Nagatatmala, juga tidak mau menyakiti hati anaknya. Maka, dengan kesaktiannya, Prabu Wisnupati pun mengambil bayangan Dewi Mumpuni dan mengubahnya menjadi perempuan yang sama persis, seolah-olah Dewi Mumpuni kembar dua.
Prabu Wisnupati lalu menyerahkan Dewi Mumpuni yang tercipta dari bayangan kepada Raden Srigati, sedangkan Dewi Mumpuni yang asli diserahkan kepada Raden Nagatatmala. Raden Srigati sangat senang menerimanya dan ia pun menjadikan Raden Nagatatmala sebagai saudara angkat.
PRABU WISNUPATI MENUMPAS PRABU KARUNGKALA
Pada suatu hari Batara Narada datang ke Kerajaaan Medang Kamulan menemui Prabu Wisnupati untuk menyampaikan berita bahwa Prabu Karungkala dan Patih Kalawerdati dari Kerajaan Medang Penataran telah mengepung Kahyangan Suralaya dan mengalahkan para dewa. Batara Guru di Kahyangan Jonggringsalaka telah memberikan perintah supaya Prabu Wisnupati naik ke Kahyangan Suralaya untuk membantu Batara Indra.
Prabu Wisnupati menerima perintah tersebut lalu berangkat ditemani Patih Sriyana, Raden Srigati, dan Raden Nagatatmala. Begitu tiba di Kahyangan Suralaya, mereka langsung terjun ke medan pertempuran dan memukul mundur para raksasa. Bahkan, Prabu Wisnupati akhirnya berhasil menewaskan Prabu Karungkala dan Patih Kalawerdati menggunakan senjata Cakra Sudarsana.
BATARA INDRA MENGAMPUNI RADEN NAGATATMALA
Batara Indra menemui Prabu Wisnupati dan mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Ia pun menanyakan hadiah apa yang pantas diberikan kepada raja Medang Kamulan itu atas jasanya tersebut. Prabu Wisnupati hanya meminta supaya Batara Indra mengampuni kesalahan Raden Nagatatmala dan menyarankan kepada Batara Yamadipati agar sudi menceraikan Dewi Mumpuni yang tidak mencintainya itu.
Batara Indra mengabulkan permintaan tersebut. Ia lalu menyarankan agar Batara Yamadipati menikahi adik Dewi Mumpuni yang bernama Dewi Komini sebagai ganti. Batara Yamadipati mempertimbangkan hal itu dan akhirnya ia menyatakan setuju. Batara Indra pun menghadirkan Dewi Komini ke Kahyangan Suralaya dan menanyakan apakah ia bersedia jika dinikahi Batara Yamadipati menggantikan kakaknya. Ternyata Dewi Komini menerima lamaran tersebut, membuat semua yang menyaksikan merasa gembira.
Maka, dilaksanakanlah perkawinan antara Batara Yamadipati dengan Dewi Komini di Kahyangan Suralaya. Setelah itu, Prabu Wisnupati dan pasukannya pun mohon pamit kembali ke Kerajaan Medang Kamulan.
kembali ke: daftar isi
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa karya Ngabehi Ranggawarsita dengan sedikit pengembangan.
Kediri, 17 November 2014
Heri Purwanto
------------------------------ ooo ------------------------------
ANAK BATARA KALA MENJADI RAJA MEDANG PENATARAN
Setelah Prabu Wisnupati membongkar penyamaran Batara Arnapurna dalam wujud Ratu Kresnawatari, Kerajaan Medang Penataran menjadi kosong dan rusak karena tidak ada lagi yang bertakhta di sana. Batara Kala lalu mengutus Batara Kalakutana (putranya) dan Resi Pulaha (menantunya) untuk membangun kembali Kerajaan Medang Penataran dan membalas dendam kepada para dewa atas kematian Prabu Watugunung.
Batara Kalakutana dan Resi Pulaha lalu membangun istana Medang Penataran yang baru di Desa Sepang. Setelah istana itu berdiri megah, Batara Kalakutana pun menjadi raja di sana dengan bergelar Prabu Karungkala, sedangkan Resi Pulaha menjadi menteri utama bergelar Patih Kalawerdati.
PRABU KARUNGKALA MENYERANG KAHYANGAN SURALAYA
Prabu Karungkala kemudian mengutus Patih Kalawerdati naik ke Kahyangan Suralaya untuk melamar tujuh bidadari unggulan, yaitu Batari Supraba, Batari Wilotama, Batari Warsiki, Batari Surendra, Batari Gagarmayang, Batari Irimirim, dan Batari Tunjungbiru. Lamaran tersebut secara tegas ditolak oleh Batara Indra. Namun demikian, justru inilah yang menjadi bagian dari rencana Prabu Karungkala. Penolakan terhadap lamaran tersebut bisa digunakannya sebagai alasan untuk memerangi para dewa.
Maka, terjadilah pertempuran antara pasukan dewata melawan pasukan raksasa di halaman Repat Kepanasan. Batara Indra yang turun secara langsung ke medan tempur dapat menewaskan banyak raksasa, namun ia akhirnya terdesak juga saat menghadapi kesaktian Patih Kalawerdati. Merasa tidak mampu memenangkan pertempuran, Batara Indra pun menarik mundur pasukannya dan menutup rapat-rapat gerbang Selamatangkep.
Melihat pihak dewata mengurung diri di dalam Kahyangan Suralaya, para raksasa pun mendirikan perkemahan di kaki Gunung Jamurdipa mengepung mereka. Patih Kalawerdati lalu mengirim utusan untuk melaporkan segala yang terjadi kepada Prabu Karungkala di Kerajaan Medang Penataran.
KISAH RADEN NAGATATMALA PUTRA BATARA ANANTABOGA
Di Kahyangan Saptapratala, Batara Anantaboga berpamitan kepada istri dan anaknya, yaitu Dewi Suparti dan Raden Nagatatmala untuk berangkat memenuhi panggilan Batara Indra. Rupanya demi untuk mengalahkan pasukan raksasa Medang Penataran, Batara Indra telah menyebar undangan memanggil para dewa di segenap penjuru supaya berkumpul di Kahyangan Suralaya. Raden Nagatatmala ingin ikut serta tetapi ditolak dengan tegas oleh sang ayah.
Setelah Batara Anantaboga pergi, Raden Nagatatmala meminta izin kepada ibunya supaya diperbolehkan menyusul ke Kahyangan Suralaya dengan alasan hanya ingin melihat-lihat keindahannya saja dan bukan untuk ikut berperang. Akan tetapi, Dewi Suparti tidak mengizinkannya. Kalau hanya untuk melihat-lihat keindahan Kahyangan Suralaya tidak perlu pergi ke sana, tetapi cukup melihat gambarnya saja.
Maka, Dewi Suparti lalu meminjamkan pusaka Kaca Benggala kepada Raden Nagatatmala. Melalui pusaka tersebut, Raden Nagatatmala dapat melihat secara langsung keadaan di Kahyangan Suralaya. Tampak olehnya para dewa berdatangan satu per satu memenuhi panggilan Batara Indra. Yang menarik perhatiannya adalah kedatangan Batara Yamadipati yang disertai istrinya, bernama Dewi Mumpuni.
Raden Nagatatmala seketika terpesona melihat kecantikan Dewi Mumpuni itu. Ia pun pura-pura mengantuk dan pamit tidur kepada ibunya. Akan tetapi, setelah lewat tengah malam, diam-diam pemuda itu menyelinap pergi meninggalkan Saptapratala menuju Kahyangan Suralaya.
RADEN NAGATATMALA BERSELINGKUH DENGAN DEWI MUMPUNI
Sesampainya di tempat tujuan, Raden Nagatatmala berhasil menyusup masuk dan menemukan kamar tidur Dewi Mumpuni. Ia segera memasuki kamar tersebut dan memperkenalkan dirinya kepada wanita itu. Dewi Mumpuni sendiri pada dasarnya tidak mencintai Batara Yamadipati yang berwajah bengis mengerikan, sehingga begitu melihat sosok Raden Nagatatmala yang tampan rupawan, ia langsung jatuh hati kepadanya. Karena keduanya sama-sama saling jatuh cinta, mereka pun lupa diri dan bermesraan di kamar itu.
Batara Yamadipati yang merasa gelisah tiba-tiba saja ingin menjenguk istrinya di kamar. Betapa terkejut dirinya saat memergoki Dewi Mumpuni sedang bermesraan dengan laki-laki lain. Batara Yamadipati sangat murka dan menanyakan asal-usul pemuda itu. Dengan sikap polos, Raden Nagatatmala mengaku terus terang bahwa dirinya adalah putra Batara Anantaboga dari Kahyangan Saptapratala.
Batara Yamadipati pun mengamuk hendak membunuh Raden Nagatatmala. Akan tetapi, meskipun masih muda belia namun Raden Nagatatmala sangat lincah dan mampu mengalahkan dewa berwajah bengis itu.
RADEN NAGATATMALA MENGUNGSI KE MEDANG KAMULAN
Batara Yamadipati mundur dan menghadap Batara Indra untuk melaporkan perbuatan anak Batara Anantaboga yang berani berselingkuh dengan istrinya. Batara Indra sangat marah dan segera memasukkan Batara Anantaboga ke dalam penjara. Ia lalu mengirim para dewa berilmu tinggi untuk membantu Batara Yamadipati menangkap Raden Nagatatmala. Para dewa sakti itu antara lain, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kamajaya, Batara Sambu, dan Batara Bayu.
Batara Yamadipati dan para dewa itu lalu mengepung Raden Nagatatmala dan berusaha menangkapnya. Kali ini Raden Nagatatmala merasa terdesak, namun ia berhasil meloloskan diri bersama Dewi Mumpuni meninggalkan Kahyangan Suralaya.
Batara Yamadipati dan para dewa tersebut melaporkan kegagalan mereka kepada Batara Indra. Batara Indra sendiri sangat marah karena ketika Batara Yamadipati pergi bersama para dewa sakti itu untuk menangkap Raden Nagatatmala, tiba-tiba saja Prabu Karungkala datang ke perkemahan pasukan Medang Penataran, kemudian bersama-sama Patih Kalawerdati menyerang Kahyangan Suralaya. Pihak kahyangan benar-benar terdesak, namun untungnya musuh belum dapat menembus benteng pertahanan para dewa.
Batara Indra kemudian membebaskan Batara Anantaboga dari penjara dan memerintahkannya untuk meringkus Raden Nagatatmala. Batara Anantaboga segera berangkat dan akhirnya bisa menyusul Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni. Melihat keduanya sama-sama saling mencintai, Batara Anantaboga tidak tega memisahkan mereka. Keduanya pun diperintahkan supaya meminta perlindungan kepada Prabu Wisnupati di Kerajaan Medang Kamulan. Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni mohon ampun telah menyusahkan Batara Anantaboga, lalu mereka pun berangkat melaksanakan nasihat tersebut.
RADEN SRIGATI HENDAK MEREBUT DEWI MUMPUNI
Raden Nagatatmala dan Dewi Mumpuni telah sampai di Kerajaan Medang Kamulan dan memohon kepada Prabu Wisnupati supaya diterima mengabdi di sana. Prabu Wisnupati menerima pengabdian itu dan mengangkat Raden Nagatatmala menjadi punggawa kerajaan.
Raden Srigati (putra Prabu Wisnupati) diam-diam jatuh hati kepada Dewi Mumpuni. Pada suatu hari saat Dewi Mumpuni sedang sendirian, Raden Srigati mendatanginya dan menyampaikan kata-kata rayuan. Namun, Dewi Mumpuni menolaknya sehingga membuat Raden Srigati sangat marah. Ketika Raden Srigati memaksakan kehendaknya, Dewi Mumpuni menjerit keras sehingga terdengar oleh Raden Nagatatmala.
Raden Nagatatmala datang dan langsung melabrak Raden Srigati. Keduanya pun terlibat pertarungan yang dimenangkan oleh Raden Nagatatmala. Pada saat itulah Prabu Wisnupati datang melerai. Raden Srigati meminta sang ayah membelanya dan membantunya merebut Dewi Mumpuni.
Akan tetapi, Prabu Wisnupati dengan tegas menolak itu. Ia tidak mau bersikap tidak adil kepada Raden Nagatatmala, juga tidak mau menyakiti hati anaknya. Maka, dengan kesaktiannya, Prabu Wisnupati pun mengambil bayangan Dewi Mumpuni dan mengubahnya menjadi perempuan yang sama persis, seolah-olah Dewi Mumpuni kembar dua.
Prabu Wisnupati lalu menyerahkan Dewi Mumpuni yang tercipta dari bayangan kepada Raden Srigati, sedangkan Dewi Mumpuni yang asli diserahkan kepada Raden Nagatatmala. Raden Srigati sangat senang menerimanya dan ia pun menjadikan Raden Nagatatmala sebagai saudara angkat.
PRABU WISNUPATI MENUMPAS PRABU KARUNGKALA
Pada suatu hari Batara Narada datang ke Kerajaaan Medang Kamulan menemui Prabu Wisnupati untuk menyampaikan berita bahwa Prabu Karungkala dan Patih Kalawerdati dari Kerajaan Medang Penataran telah mengepung Kahyangan Suralaya dan mengalahkan para dewa. Batara Guru di Kahyangan Jonggringsalaka telah memberikan perintah supaya Prabu Wisnupati naik ke Kahyangan Suralaya untuk membantu Batara Indra.
Prabu Wisnupati menerima perintah tersebut lalu berangkat ditemani Patih Sriyana, Raden Srigati, dan Raden Nagatatmala. Begitu tiba di Kahyangan Suralaya, mereka langsung terjun ke medan pertempuran dan memukul mundur para raksasa. Bahkan, Prabu Wisnupati akhirnya berhasil menewaskan Prabu Karungkala dan Patih Kalawerdati menggunakan senjata Cakra Sudarsana.
BATARA INDRA MENGAMPUNI RADEN NAGATATMALA
Batara Indra menemui Prabu Wisnupati dan mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Ia pun menanyakan hadiah apa yang pantas diberikan kepada raja Medang Kamulan itu atas jasanya tersebut. Prabu Wisnupati hanya meminta supaya Batara Indra mengampuni kesalahan Raden Nagatatmala dan menyarankan kepada Batara Yamadipati agar sudi menceraikan Dewi Mumpuni yang tidak mencintainya itu.
Batara Indra mengabulkan permintaan tersebut. Ia lalu menyarankan agar Batara Yamadipati menikahi adik Dewi Mumpuni yang bernama Dewi Komini sebagai ganti. Batara Yamadipati mempertimbangkan hal itu dan akhirnya ia menyatakan setuju. Batara Indra pun menghadirkan Dewi Komini ke Kahyangan Suralaya dan menanyakan apakah ia bersedia jika dinikahi Batara Yamadipati menggantikan kakaknya. Ternyata Dewi Komini menerima lamaran tersebut, membuat semua yang menyaksikan merasa gembira.
Maka, dilaksanakanlah perkawinan antara Batara Yamadipati dengan Dewi Komini di Kahyangan Suralaya. Setelah itu, Prabu Wisnupati dan pasukannya pun mohon pamit kembali ke Kerajaan Medang Kamulan.
Batara Yamadipati |
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
kembali ke: daftar isi
wah sae banget mas pengembangan ceritanya..... kasihan raden srigati cuma dpt istri palsu
BalasHapus