Kisah ini menceritakan tentang Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu yang
diculik musuh dan disembunyikan di dalam hutan, lalu mereka diganti oleh Dewi
Juwitaningrat dan Raden Senggoto yang menyamar dan masuk ke dalam Kesatrian
Madukara. Raden Abimanyu kemudian tumbuh menjadi remaja bernama Jaka Pengalasan
yang akhirnya berhasil bertemu kembali dengan ayahnya.
Kisah ini saya olah dari sumber balungan Serat Pustakaraja Purwa
(Ngasinan) yang disusun Ki Tristuti Suryasaputra, dengan disertai penambahan
dan pengembangan seperlunya.
Kediri, 06 Juni 2017
Heri Purwanto
Untuk daftar judul
lakon wayang lainnya, klik di sini
------------------------------
ooo ------------------------------
Raden Abimanyu menjadi Jaka Pengalasan. |
RADEN ABIMANYU BERUBAH MENJADI RAKSASA
Di Kerajaan Dwarawati, Prabu
Kresna Wasudewa dihadap Raden Samba Wisnubrata (putra mahkota), Arya Setyaki
(adik ipar), dan juga Patih Udawa. Hadir pula sang kakak dari Kerajaan Mandura,
yaitu Prabu Baladewa. Dalam pertemuan itu mereka membahas tentang kabar berita
dari Kesatrian Madukara, bahwa Dewi Sumbadra kini mempunyai kegemaran baru,
yaitu suka memakan daging mentah, sedangkan Raden Abimanyu berubah wujud menjadi
bocah raksasa.
Prabu Baladewa heran dan
bertanya mengapa bisa demikian. Prabu Kresna sendiri kurang tahu bagaimana hal
ini bisa terjadi. Konon kisahnya berawal saat Raden Arjuna diculik Patih
Kalagambira dari Kerajaan Parangkencana. Raden Arjuna berontak dan berhasil
menewaskan penculiknya, tetapi ia sendiri terluka dan jatuh pingsan. Setelah
ditolong dan dirawat oleh Resi Pamintajati dan Endang Pamegatsih di Padepokan
Argabinatur, ia pun pulih kembali dan kemudian pulang ke Kesatrian Madukara.
Saat itu Kerajaan Amarta sedang menghadapi serangan Prabu Suryaasmara dari
Kerajaan Parangkencana. Setelah tahu duduk permasalahan yang sebenarnya, Raden
Arjuna pun bersedia dibawa ke Parangkencana untuk mengorbankan darahnya.
Rupanya negeri yang dipimpin Prabu Suryaasmara sedang dilanda wabah penyakit,
dan menurut petunjuk dewata hanya bisa dipulihkan dengan tetesan darah kesatria
Panengah Pandawa tersebut.
Demikianlah, ketika Raden
Arjuna kembali ke Kesatrian Madukara setelah mengorbankan darahnya, tiba-tiba
Raden Abimanyu sudah berubah paras menjadi bocah raksasa, sedangkan Dewi
Sumbadra sudah memiliki kegemaran baru, yaitu suka memakan daging mentah.
Prabu Baladewa semakin heran
dan mengajak Prabu Kresna untuk mengunjungi adik bungsu mereka itu. Semoga saja
kedatangan mereka dapat membantu memulihkan Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu
menjadi seperti sediakala. Prabu Kresna setuju dan kemudian membubarkan
pertemuan.
Prabu Kresna lalu masuk ke
dalam kedaton untuk berpamitan kepada ketiga permaisuri, yaitu Dewi Jembawati,
Dewi Rukmini, dan Dewi Setyaboma. Setelah itu ia berangkat bersama Prabu
Baladewa dan Arya Setyaki menuju Kerajaan Amarta.
Arya Setyaki, Prabu Baladewa, Raden Samba, dan Prabu Kresna. |
RESI KALASWARA DAN PATIH KALAMARGANGSA MENCARI PRABU KALAMARDEWA.
Tersebutlah negeri para
raksasa bernama Kerajaan Guaseluman, yang rajanya bernama Prabu Kalamardewa.
Selama beberapa hari ini sang raja menghilang dari istana, sehingga urusan
negara untuk sementara ditangani Patih Kalamargangsa.
Hari itu guru dari Prabu
Kalamardewa yang bernama Resi Kalaswara datang berkunjung untuk menanyakan
keberadaan muridnya tersebut. Patih Kalamargangsa menyembah dan bercerita bahwa
sudah beberapa hari ini Prabu Kalamardewa menghilang dari istana. Awalnya ialah
Prabu Kalamardewa mendapat pengaduan dari adiknya yang bernama Dewi
Juwitaningrat, yang kehilangan suami karena dibunuh orang. Adapun suami Dewi
Juwitaningrat ini tidak lain adalah Patih Kalagambira yang mengabdi di Kerajaan
Parangkencana.
Patih Kalamargangsa
menyaksikan bagaimana Dewi Juwitaningrat meminta kepada Prabu Kalamardewa agar
membalas kematian suaminya yang mati dibunuh Raden Arjuna. Prabu Kalamardewa
bersedia dan hendak berangkat menyerang tempat tinggal si pembunuh tersebut.
Akan tetapi, Dewi Juwitaningrat mempunyai rencana lain. Ia mendengar kabar bahwa
Raden Arjuna sangat tampan tiada banding dan memiliki istri kesayangan bernama
Dewi Sumbadra. Dewi Juwitaningrat meminta Prabu Kalamardewa untuk menculik wanita
tersebut sekaligus beserta putranya yang bernama Raden Abimanyu. Dewi
Juwitaningrat kemudian berniat menyamar sebagai Dewi Sumbadra palsu dan menyusup
masuk ke dalam Kesatrian Madukara bersama putranya yang telah yatim, bernama
Raden Senggoto. Dengan demikian, Raden Arjuna tanpa sadar akan menebus kematian
Patih Kalamargangsa dengan cara menafkahi istri dan anaknya itu.
Demikianlah yang diketahui
Patih Kalamargangsa. Setelah Prabu Kalamardewa dan Dewi Juwitaningrat pergi menuju
Kesatrian Madukara, keduanya tidak terdengar lagi beritanya. Resi Kalaswara
merasa waswas atas keselamatan muridnya itu dan mengajak Patih Kalamargangsa
berangkat menyusul ke sana.
Dewi Juwitaningrat. |
PASUKAN GUASELUMAN BERTEMPUR MELAWAN PASUKAN DWARAWATI
Setelah mengambil keputusan demikian,
Resi Kalaswara dan Patih Kalamargangsa pun berangkat menuju Kesatrian Madukara
dengan membawa pasukan secukupnya. Di tengah jalan mereka berpapasan dengan
rombongan dari Kerajaan Dwarawati. Arya Setyaki yang berada di ujung barisan
curiga mengetahui niat Patih Kalamargangsa hendak mendatangi Kesatrian
Madukara. Maka, terjadilah pertempuran di antara mereka.
Resi Kalaswara melihat Patih
Kalamargangsa terdesak menghadapi ketangkasan Arya Setyaki. Pasukan Guaseluman
juga kocar-kacir digempur pasukan Dwarawati. Resi Kalaswara pun maju
mengerahkan kesaktiannya. Arya Setyaki ganti terdesak dan meminta pertolongan
Prabu Baladewa. Prabu Baladewa turun dari punggung Gajah Puspadenta menghadapi
Resi Kalaswara. Keduanya bertarung seimbang. Karena lengah, Prabu Baladewa
terkena sihir lawan dan terdesak mundur.
Melihat itu, Prabu Kresna
akhirnya maju dan melumpuhkan ilmu kesaktian Resi Kalaswara. Akhirnya, Resi
Kalaswara dan Patih Kalamargangsa pun terhempas angin topan yang keluar dari
bunyi tetabuhan Gong Pancajanya. Tubuh mereka terbawa angin dan jatuh entah di
mana.
Resi Kalaswara. |
PRABU KRESNA MENASIHATI RADEN ARJUNA AGAR BERSABAR
Rombongan Kerajaan Dwarawati
kemudian melanjutkan perjalanan dan sampai di Kesatrian Madukara. Tampak Raden
Arjuna didampingi Dewi Sumbadra (palsu) bersama para Pandawa lainnya menyambut
kedatangan mereka. Raden Arjuna tertunduk lesu karena setelah pulang dari
Kerajaan Parangkencana membantu kesulitan Prabu Suryaasmara, tiba-tiba saja
Dewi Sumbadra sudah berubah kegemaran, sedangkan Raden Abimanyu berubah wujud menjadi
bocah raksasa.
Dewi Sumbadra lalu memanggil
Raden Abimanyu agar keluar menemui Prabu Kresna, Prabu Baladewa, dan Arya
Setyaki. Melihat wujud sang keponakan saat ini, mereka bertiga terkejut heran.
Prabu Baladewa dan Arya Setyaki merasa jijik, sedangkan Prabu Kresna tampak mengamati
dengan seksama. Rupanya Prabu Kresna mendapat firasat bahwa keduanya adalah
Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu palsu. Akan tetapi, ia tidak boleh membongkar
penyamaran mereka, karena hati nuraninya berbisik bahwa Dewi Sumbadra dan Raden
Abimanyu yang asli saat ini baik-baik saja, dan mereka memang harus menjalani
nasib buruk untuk memperkuat jiwa dan raga.
Maka, Prabu Kresna pun
menasihati Raden Arjuna agar tetap tabah dan sabar menjalani cobaan ini. Apabila
adik iparnya itu tetap tabah, maka dewata akan memberikan berkah yang lebih
besar kepadanya. Arya Wrekodara menyela ikut bicara, bahwa yang memberikan nama
Abimanyu untuk putra Raden Arjuna dan Dewi Sumbadra adalah dirinya. Kini saat
melihat wujud sang keponakan yang juga telah menjadi putra angkatnya itu berubah
menjadi jelek, ia merasa sayang jika nama Abimanyu tetap digunakan. Oleh sebab
itu, ia meminta agar nama tersebut dilepas dan hendaknya diganti dengan nama
yang lain.
Dewi Sumbadra palsu merasa
senang mendengar usulan Arya Wrekodara yang sesuai dengan keinginannya. Ia pun
mengusulkan agar Raden Abimanyu mulai saat ini diganti namanya menjadi Raden Senggoto
saja. Arya Wrekodara setuju, begitu pula dengan Prabu Kresna. Karena kedua
kakaknya mendukung usulan tersebut, maka Raden Arjuna pun bersedia memakai nama
itu untuk putranya yang telah berubah wujud. Rupa-rupanya ia tidak tahu kalau
Raden Senggoto adalah nama asli putra Dewi Juwitaningrat (Dewi Sumbadra palsu)
dengan mendiang Patih Kalagambira.
Raden Senggoto. |
DEWI SUMBADRA DISELAMATKAN RADEN BURISRAWA
Sementara itu, Dewi Sumbadra
dan Raden Abimanyu yang asli saat ini sedang disekap Prabu Kalamardewa di Hutan
Krendawahana. Prabu Kalamardewa bercerita bahwa ia hanya membantu adiknya yang
bernama Dewi Juwitaningrat untuk membalas kematian Patih Kalagambira, yaitu
suami dari adiknya tersebut, yang mati dibunuh Raden Arjuna. Dewi Juwitaningrat
sudah didandani menjadi Dewi Sumbadra palsu dan masuk ke dalam Kesatrian
Madukara bersama putranya yang bernama Raden Senggoto. Dengan demikian, Raden
Arjuna tanpa sadar akan menghidupi janda dan anak dari orang yang telah ia
bunuh.
Dewi Sumbadra marah mengetahui
rencana jahat Prabu Kalamardewa. Melihat perempuan itu marah dan bertambah
cantik, Prabu Kalamardewa pun terpikat dan hendak berbuat jahat kepadanya. Ia
mengancam akan membunuh Raden Abimanyu apabila Dewi Sumbadra tidak menuruti nafsunya.
Dewi Sumbadra merasa
serbasalah. Ia pun berteriak meminta tolong, namun Prabu Kalamardewa mengejek
bahwa tempat mereka berada saat ini adalah hutan belantara yang lebat, dan tentunya
tidak seorang pun akan mendengar jeritannya.
Akan tetapi, Prabu Kalamardewa
salah perhitungan. Tiba-tiba saja muncul Raden Burisrawa menyerang dirinya.
Rupanya Prabu Kalamardewa tidak tahu jika Hutan Krendawahana adalah wilayah
kekuasaan Batari Durga. Begitu mengetahui Dewi Sumbadra disekap di dalam hutan
tersebut, Batari Durga segera memberi tahu Raden Burisrawa yang sudah lama
menjadi muridnya. Teringat pada cinta lamanya, Raden Burisrawa pun berangkat
untuk menyelamatkan sang kekasih.
Maka, terjadilah pertarungan
antara Raden Burisrawa melawan Prabu Kalamardewa. Setelah bertarung agak lama, Raden
Burisrawa yang kini bertambah sakti berkat bimbingan Batari Durga akhirnya berhasil
menewaskan raja raksasa dari Guaseluman tersebut.
Raden Burisrawa. |
DEWI SUMBADRA DIRAWAT RESI MANDARASA
Setelah Prabu Kalamardewa
terbunuh, Raden Burisrawa terkejut karena Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu
sudah tidak ada. Rupanya ibu dan anak itu telah melarikan diri dan berusaha
keluar dari Hutan Krendawahana. Dewi Sumbadra paham apabila Raden Burisrawa
berhasil merebut dirinya dari tangan Prabu Kalamardewa, itu sama saja dengan
lolos dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.
Dewi Sumbadra yang menggendong
Raden Abimanyu berlari tak tentu arah. Di belakangnya Raden Burisrawa tampak
mengejar tanpa lelah. Samar-samar di depan terlihat dua orang sedang berjalan.
Dewi Sumbadra pun berteriak meminta tolong. Kedua orang di depannya itu segera
membantu. Yang satu seorang pendeta tua, dan yang satunya seorang pemuda gagah.
Si pemuda segera menerjang maju ke arah Raden Burisrawa. Keduanya pun berkelahi
seru, hingga akhirnya Raden Burisrawa kalah dan melarikan diri jauh-jauh.
Kedua penolong tersebut
memperkenalkan diri. Sang pendeta tua mengaku bernama Resi Mandarasa dari
Padepokan Argapudya, sedangkan yang muda adalah muridnya, bernama Putut
Aribawa. Dewi Sumbadra juga memperkenalkan dirinya. Terus terang ia merasa
heran mengapa wujud Putut Aribawa sangat mirip dengan keponakannya yang bernama
Raden Gatutkaca.
Resi Mandarasa pun bercerita
bahwa Putut Aribawa memang ia ciptakan dari ari-ari Raden Gatutkaca. Saat itu
ketika Raden Gatutkaca masih kecil, tali pusarnya dipotong oleh Raden Arjuna
menggunakan warangka pusaka Kuntadruwasa. Ari-ari milik Raden Gatutkaca itu
kemudian dihanyutkan di sungai oleh Arya Wrekodara dan Dewi Arimbi. Kebetulan
Resi Mandarasa sedang bertapa di tepi sungai dan memungut ari-ari tersebut. Ia
lalu mendengar suara dari langit bahwa ari-ari ini adalah milik kesatria sakti
bernama Raden Gatutkaca yang saat itu sedang menjadi jago kahyangan menghadapi
Prabu Kalapracona dan Patih Sekiputantra. Atas izin dewata, Resi Mandarasa pun
mengubah ari-ari tersebut menjadi seorang pemuda gagah, diberi nama Putut
Aribawa.
Dewi Sumbadra terkesan
mendengar cerita Resi Mandarasa. Sebenarnya ia ingin diantarkan pulang ke
Kesatrian Madukara, tetapi kemudian berubah pikiran. Dewi Sumbadra merasa ada
baiknya jika Raden Abimanyu dibesarkan di tengah hutan daripada hidup dalam
kemewahan di istana. Kelak jika dewata mengizinkan, maka ia dan putranya pasti
dapat berkumpul kembali dengan Raden Arjuna.
Resi Mandarasa kagum pada niat
baik Dewi Sumbadra. Ia pun menawarkan tempat menginap untuk wanita itu dan juga
Raden Abimanyu. Dewi Sumbadra berterima kasih dan merasa sangat beruntung.
Mulai hari itu, Resi Mandarasa pun mengangkat Dewi Sumbadra sebagai putrinya,
dengan diberi nama samaran Endang Cahyaningsih, sedangkan Raden Abimanyu
dijadikan sebagai cucu, dengan nama samaran Jaka Pengalasan.
Dewi Sumbadra. |
JAKA PENGALASAN DAN PUTUT ARIBAWA MENYABUNG AYAM DENGAN RADEN SENGGOTO
Tidak terasa sudah lima tahun
lamanya Endang Cahyaningsih tinggal di Padepokan Argapudya. Jaka Pengalasan pun
kini telah berusia tiga belas tahun. Pada suatu hari ia merasa bosan tinggal di
padepokan dan mengajak Putut Aribawa berjalan-jalan ke kota sambil membawa ayam
jago kesayangannya. Putut Aribawa tidak berani tetapi juga tidak kuasa menolak
ajakan adik angkatnya tersebut. Mereka lalu bersama-sama berangkat tanpa
meminta izin terlebih dulu kepada Resi Mandarasa dan Endang Cahyaningsih.
Perjalanan Jaka Pengalasan dan
Putut Aribawa akhirnya sampai di pasar Kerajaan Amarta. Di tempat itu mereka
melihat sejumlah laki-laki sedang menyabung ayam. Tampak salah satunya adalah
Raden Senggoto yang disebut-sebut sebagai putra Raden Arjuna. Dalam acara aduan
itu, ayam jago milik Raden Senggoto selalu unggul mengalahkan lawan-lawannya.
Raden Senggoto kemudian
melihat Jaka Pengalasan juga membawa seekor ayam jago. Ia pun menantang remaja
tersebut untuk menyabung ayam mereka. Jaka Pengalasan menolak karena ayamnya
bukan untuk diadu. Raden Senggoto memaksa dan mengejek Jaka Pengalasan sebagai
pengecut. Jaka Pengalasan tersinggung dan akhirnya menerima tantangan itu.
Kedua ayam mereka pun diadu, dengan disaksikan orang-orang di pasar yang
bersorak-sorak ramai.
Maka, terjadilah pertarungan
seru antara ayam Jaka Pengalasan melawan ayam Raden Senggoto. Selang agak lama,
ayam milik Raden Senggoto pun tewas kehabisan darah karena terluka oleh paruh,
cakar, dan taji lawan. Raden Senggoto marah dan menangkap ayam milik Jaka
Pengalasan, lalu menggigit lehernya hingga mati. Tidak hanya itu, Raden Senggoto
juga berniat menggigit Jaka Pengalasan untuk melampiaskan kekesalan.
Putut Aribawa segera maju
melindungi adik angkatnya. Ia pun menempeleng wajah Raden Senggoto hingga
raksasa muda itu jatuh dan tewas seketika.
Putut Aribawa. |
RADEN GATUTKACA BERSATU DENGAN PUTUT ARIBAWA
Orang-orang di pasar pun bubar
ketakutan melihat putra Raden Arjuna terbunuh. Kebetulan Raden Gatutkaca sedang
meronda keamanan dan lewat di tempat itu. Melihat sepupunya tewas, ia segera
maju menyerang Putut Aribawa. Keduanya pun terlibat pertarungan sengit.
Raden Gatutkaca heran melihat
sosok Putut Aribawa yang mirip dengan dirinya. Mereka bertarung sengit, sama-sama
gagah, sama-sama kuat dan perkasa. Namun, karena Raden Gatutkaca bisa terbang,
lama-lama Putut Aribawa pun terdesak kalah dan akhirnya roboh tak berdaya.
Tenaganya habis dan sepertinya ia tidak dapat hidup lebih lama lagi.
Menjelang ajal tiba, Putut Aribawa
bertanya siapa nama pemuda yang berhasil mengalahkannya. Raden Gatutkaca pun
memperkenalkan dirinya. Putut Aribawa terkejut mendengar nama itu dan berkata
bahwa sesungguhnya mereka masih bersaudara. Putut Aribawa menjelaskan bahwa ia tercipta
dari ari-ari Raden Gatutkaca sendiri yang dihanyutkan di sungai, dan ditemukan
oleh Resi Mandarasa.
Raden Gatutkaca antara percaya
dan tidak percaya mendengarnya. Putut Aribawa lalu bercerita tentang Raden Senggoto
yang baru saja tewas sebenarnya bukan putra Raden Arjuna, tetapi anak musuh
yang disusupkan ke dalam Kesatrian Madukara. Adapun Raden Abimanyu yang asli
adalah Jaka Pengalasan yang ada bersamanya. Raden Gatutkaca mengamat-amati
wujud Jaka Pengalasan ternyata memang mirip dengan Raden Abimanyu yang sejak
kecil sering ia temani bermain. Maka, ia pun mulai percaya pada ucapan Putut
Aribawa tadi. Namun, Putut Aribawa sendiri sudah semakin lemah. Raden Gatutkaca
merasa bersalah pada saudaranya itu dan berniat memeluknya. Akan tetapi, ketika
tubuh mereka berpadu, tiba-tiba Putut Aribawa musnah menjadi asap dan terhisap
masuk ke dalam dada Raden Gatutkaca.
Raden Gatutkaca bangkit
berdiri dan merasa tenaganya menjadi lebih besar. Rupa-rupanya Putut Aribawa telah
bersatu jiwa raga dengannya dan membuat kekuatannya meningkat beberapa kali
lipat dibanding sebelumnya. Ia sangat terharu dan berterima kasih atas
pengorbanan saudaranya tersebut.
Raden Gatutkaca. |
RADEN ARJUNA BERTEMU DEWI SUMBADRA YANG ASLI
Raden Gatutkaca lalu
menghampiri Jaka Pengalasan dan memeluk adik sepupunya itu dengan penuh
kerinduan. Tidak lama kemudian Raden Arjuna datang karena mendapat laporan
bahwa putranya telah tewas dibunuh orang. Ia pun bertanya kepada Raden
Gatutkaca siapa orangnya yang berani membunuh Raden Senggoto. Raden Gatutkaca memasang
badan bahwa yang membunuh Raden Senggoto adalah dirinya. Namun, ia juga
menjelaskan bahwa sesungguhnya bocah raksasa tersebut bukanlah putra Raden
Arjuna, melainkan anak musuh yang disusupkan masuk ke dalam Kesatrian Madukara.
Ia juga menjelaskan bahwa putra Raden Arjuna yang sebenarnya adalah Jaka
Pengalasan, yang sekarang ada di dekatnya.
Raden Arjuna terkejut dan
marah mendapat jawaban demikian. Ia pun mengeluarkan panah Sarotama dan berniat
membunuh Raden Gatutkaca dan Jaka Pengalasan untuk menegakkan keadilan. Raden
Gatutkaca gentar harus berhadapan dengan paman sendiri. Maka, ia pun menyambar
tubuh Jaka Pengalasan untuk dibawa terbang jauh. Raden Arjuna tidak mau
menyerah dan segera mengejar mereka berdua menggunakan Aji Seipi Angin.
Raden Gatutkaca terbang di
angkasa sambil meminta petunjuk Jaka Pengalasan, di mana tempat tinggal Dewi
Sumbadra saat ini. Akhirnya, mereka pun sampai di Padepokan Argapudya. Resi
Mandarasa dan Endang Cahyaningsih terkejut melihat Jaka Pengalasan pulang
bersama Raden Gatutkaca, dan kemudian muncul pula Raden Arjuna mengejar mereka.
Resi Mandarasa mencoba
menyabarkan Raden Arjuna dan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Namun,
Raden Arjuna sudah terbakar amarah dan berniat mengamuk mengobrak-abrik isi
padepokan. Endang Cahyaningsih maju sambil memanggil Raden Arjuna dengan
sebutan “bapakne kulup”. Raden Arjuna terkejut karena hanya Dewi Sumbadra yang
selalu memanggilnya demikian. Di antara mereka ada panggilan sayang, yaitu
“bapakne kulup” dan “ibune kulup”. Raden Arjuna merasa heran mengapa Endang
Cahyaningsih bisa mengetahui panggilan itu, sedangkan Dewi Sumbadra yang
tinggal di Kesatrian Madukara sudah lama tidak memanggilnya demikian.
Resi Mandarasa pun menjelaskan
bahwa Endang Cahyaningsih sesungguhnya adalah Dewi Sumbadra yang asli, begitu
pula dengan Jaka Pengalasan adalah Raden Abimanyu yang asli. Adapun Dewi
Sumbadra yang saat ini berada di Kesatrian Madukara adalah penyamaran Dewi
Juwitaningrat, yaitu istri Patih Kalagambira yang ingin membalas dendam atas kematian
suaminya. Adapun Raden Senggoto juga bukan putra Raden Arjuna, melainkan putra
Patih Kalagambira dan Dewi Juwitaningrat.
Raden Arjuna terharu bercampur
malu, dan segera memeluk Endang Cahyaningsih bersama Jaka Pengalasan. Ia
bertanya mengapa Dewi Sumbadra tidak muncul sejak dulu untuk membongkar
penyamaran Dewi Juwitaningrat. Dewi Sumbadra menjawab dirinya sengaja
bersembunyi di Padepokan Argapudya agar Raden Arjuna bisa menebus dosa karena
telah membunuh Patih Kalagambira dengan cara merawat janda dan anaknya. Jika
dewata sudah menganggap dosa tersebut lunas, pastilah Raden Arjuna akan
dipertemukan kembali dengan Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu yang asli.
Lagipula, penyamaran Raden Abimanyu menjadi Jaka Pengalasan juga ada himahnya,
yaitu membuatnya menjadi lebih tangguh dan mandiri, jauh lebih baik daripada hidup
nyaman di dalam Kesatrian Madukara yang penuh kenikmatan.
Raden Arjuna terharu mendengar
ketulusan istrinya. Ia lalu mohon pamit kepada Resi Mandarasa dan berterima
kasih banyak atas segala pertolongannya selama ini. Raden Gatutkaca juga mohon
pamit dan meminta maaf karena Putut Aribawa sudah tidak ada lagi di dunia, karena
sudah bersatu jiwa raga dengan dirinya. Resi Mandarasa menjawab memang
sebaiknya begitu, karena Putut Aribawa tercipta dari ari-ari Raden Gatutkaca,
sehingga wajar jika kini kembali bersatu dengannya.
Raden Arjuna. |
DEWI JUWITANINGRAT TEWAS DI TANGAN DEWI SRIKANDI
Raden Arjuna, Dewi Sumbadra,
Raden Abimanyu, dan Raden Gatutkaca telah kembali ke Kesatrian Madukara.
Kedatangan mereka pun disambut Dewi Srikandi, Dewi Sulastri, dan Niken
Larasati. Ketiga wanita itu heran melihat Dewi Sumbadra datang bersama Raden
Arjuna, sedangkan di dapur juga ada Dewi Sumbadra satu lagi sedang lahap
menyantap daging mentah. Raden Arjuna pun menjelaskan bahwa yang di dapur
adalah Dewi Sumbadra palsu, yaitu penyamaran Dewi Juwitaningrat.
Dewi Srikandi tanggap dan
segera pergi ke dapur untuk menyeret Dewi Sumbadra palsu. Dewi Sumbadra palsu
terkejut menyadari penyamarannya telah terbongkar. Ia pun kembali ke wujud
raksasi dan menyerang Dewi Srikandi. Kedua wanita itu lalu bertarung sengit.
Dewi Srikandi yang sudah bersiaga dapat memenangkan pertarungan. Dengan panahnya
yang ampuh, ia pun berhasil menewaskan Dewi Juwitaningrat.
Prabu Puntadewa, Arya
Wrekodara, dan si kembar Raden Nakula-Raden Sadewa datang setelah mendengar
keributan di Kesatrian Madukara. Mereka ikut bersyukur dan bersuka cita karena
masalah yang dihadapi Raden Arjuna telah teratasi. Raden Arjuna pun mengadakan
pesta syukuran untuk menyambut kepulangan Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu yang
kini telah tumbuh menjadi remaja tangguh.
Dewi Srikandi. |
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
CATATAN : Menurut naskah Serat Pustakaraja Purwa versi Ngasinan, lakon
di atas adalah alternatif kisah kelahiran Raden Abimanyu. Lakon ini sebenarnya
diadaptasi dari cerita rakyat berjudul Cindelaras. Dikisahkan bahwa Raden
Abimanyu lahir di hutan, dan ari-arinya diubah menjadi pemuda pengasuh bernama
Putut Aribawa.
Karena saya telah menceritakan kelahiran Raden Abimanyu dalam cerita
Wahyu Panuntun, maka cerita Jaka Pengalasan pun saya ubah menjadi kelanjutan
lakon Sumitra Lahir. Saya kisahkan bahwa Dewi Juwitaningrat adalah wanita
raksasa yang membalas dendam atas kematian Patih Kalagambira. Adapun Putut
Aribawa saya ubah ceritanya menjadi ari ari Raden Gatutkaca, sehingga cerita
ini dapat pula menjadi sambungan lakon Gatutkaca Lahir.
Untuk kisah kelahiran Raden Gatutkaca dapat dibaca di sini
Untuk kisah kelahiran Raden Abimanyu dapat dibaca di sini
Untuk kisah Raden Gatutkaca mengasuh Raden Abimanyu kecil dapat dibaca di sini
Untuk kisah Raden Arjuna membunuh Patih Kalagambira dapat dibaca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar