Kisah ini menceritakan tentang Dewi Srikandi bertukar kelamin dengan
Resi Stunakarna yang merupakan penyamaran Raden Arjuna. Berkat pertukaran itu,
Dewi Srikandi bisa menjadi ayah dari Raden Nirbita, yang kelak menjadi Prabu
Niwatakawaca, yaitu raja raksasa musuh para dewa.
Kisah ini saya olah dari Serat Pustakaraja Purwa (Ngasinan) yang
disusun oleh Ki Tristuti Suryasaputra, yang dipadukan dengan Kumpulan Pakem
Ringgit Purwa Surakarta yang disusun oleh Ki Rudy Wiratama, dengan sedikit
pengembangan seperlunya.
Kediri, 22 Juli 2017
Heri Purwanto
Untuk daftar judul
lakon wayang lainnya, klik di sini
------------------------------
ooo ------------------------------
BATARA NARADA MENDANDANI DEWI SRIKANDI MENJADI MIRIP LAKI-LAKI
Di Kesatrian Madukara, Dewi
Srikandi sedang prihatin karena Raden Arjuna kembali menghilang tanpa kabar. Di
antara keempat istri padmi Sang Panengah Pandawa, memang hanya Dewi Srikandi
saja yang belum memiliki putra. Tentu hal ini membuatnya khawatir kalau sampai sang
suami kehilangan rasa cinta terhadap dirinya. Apalagi kali ini Raden Arjuna
pergi tanpa pamit, membuat Dewi Srikandi merasa gelisah jangan-jangan suaminya
itu hendak menikah lagi dengan perempuan lain dan semakin melupakan dirinya.
Maka, Dewi Srikandi pun
berpamitan kepada Dewi Sumbadra, Dewi Sulastri, dan Niken Larasati untuk
berangkat menyusul kepergian Raden Arjuna. Seorang diri ia berjalan tak tentu
arah, hanya mengandalkan naluri belaka. Dalam hati ia ingin segera bertemu sang
suami dan mengajaknya pulang ke Kesatrian Madukara, jangan sampai menikah lagi
untuk yang kesekian kalinya.
Di tengah jalan, tiba-tiba
Dewi Srikandi dihentikan oleh Batara Narada yang turun dari angkasa. Dewi
Srikandi menyembah hormat dan memohon petunjuk di mana kiranya ia dapat
berjumpa dengan Raden Arjuna. Batara Narada berkata bahwa dewata mengizinkan Dewi
Srikandi berjumpa dengan Raden Arjuna apabila ia menyamar sebagai laki-laki dan
pergi ke Kerajaan Ima-imantaka.
Dewi Srikandi gembira
mendengarnya dan mematuhi petunjuk Batara Narada. Dulu Batara Narada pernah
mendandani Dewi Sumbadra menjadi mirip laki-laki bernama Bambang Sintawaka saat
menyusul kepergian Raden Arjuna yang mencari turunnya Wahyu Makutarama. Kini
giliran Dewi Srikandi yang didandani menjadi mirip laki-laki. Setelah penampilannya
berubah, Dewi Srikandi pun diberi nama Bambang Kandihawa.
Setelah dirasa cukup, Batara
Narada kembali ke kahyangan, sedangkan Bambang Kandihawa bergegas melanjutkan
perjalanan menuju Kerajaan Ima-imantaka.
Batara Narada. |
PRABU JAYASUDIKYA MENOLAK LAMARAN PRABU KALASARANA
Kerajaan Ima-imantaka saat itu
dipimpin oleh Prabu Jayasudikya sebagai rajanya. Pada zaman dahulu kerajaan ini
bernama Manimantaka, didirikan oleh Prabu Kalakanda, yang merupakan keturunan
Batara Kala. Setelah Prabu Kalakanda meninggal, takhta Kerajaan Manimantaka
diwarisi oleh keponakan istrinya yang bernama Prabu Kunjanakresna. Adapun Prabu
Kunjanakresna ini adalah pelarian dari Kerajaan Tirtakadasar, setelah ia
dikalahkan oleh Resi Sakra, murid Resi Manumanasa.
Prabu Kunjanakresna kemudian
menyerang Kahyangan Suralaya karena ingin memperistri bidadari. Namun, ia gugur
di tangan Bambang Sakri, yaitu cucu Resi Manumanasa yang juga leluhur para
Pandawa. Sejak saat itu takhta Kerajaan Manimantaka diduduki oleh adik iparnya
yang juga putra Prabu Kalakanda, bernama Prabu Hiranyaka. Adapun adik tiri
Prabu Hiranyaka menjadi pendeta di Padepokan Ima-ima, bergelar Resi
Martikawata.
Prabu Hiranyaka kemudian tewas
dalam pertempuran melawan Prabu Basukiswara raja Wirata, sedangkan Resi
Martikawata menyerah takluk. Prabu Basukiswara pun mengampuninya, dan menyerahkan
Kerajaan Manimantaka kepada Ditya Mityakarda, yaitu putra Resi Martikawata.
Prabu Mityakarda lalu menggabungkan
Kerajaan Manimantaka dengan Padepokan Ima-ima menjadi satu, bernama Kerajaan
Ima-imantaka. Setelah memerintah puluhan tahun, ia pun digantikan putranya yang
bergelar Prabu Nilakawaca. Kemudian Prabu Nilakawaca digantikan putranya yang
bernama Raden Dike, bergelar Prabu Jayasudikya.
Prabu Jayasudikya adalah raja
Ima-imantaka saat ini. Meskipun wujudnya raksasa seperti para leluhur, namun ia
memiliki seorang istri cantik bernama Dewi Nitiswara. Dari perkawinan itu telah
lahir dua orang anak, yaitu Raden Durnita dan Dewi Durniti yang tampan dan
cantik seperti ibunya. Pada suatu hari, Prabu Jayasudikya menerima surat dari
Prabu Kalasarana, seorang raja raksasa di Kerajaan Lokasagara. Surat tersebut
berisi lamaran di mana Prabu Kalasarana ingin menikahi Dewi Durniti.
Prabu Jayasudikya lalu
berunding dengan Raden Durnita mengenai lamaran ini. Raden Durnita bersikeras
agar sang ayah menolak lamaran tersebut karena ia tidak ingin adiknya mempunyai
suami dari jenis raksasa. Prabu Jayasudikya tersinggung ucapan putranya karena
ia sendiri juga berwujud raksasa. Raden Durnita mohon ampun bukan berniat ingin
menyakiti perasaan sang ayah, tetapi ia hanya ingin adiknya hidup bahagia dengan
mendapatkan suami yang sepadan.
Akhirnya, ayah dan anak itu pun
mengambil keputusan, bahwa Raden Durnita akan menantang Prabu Kalasarana
bertanding satu lawan satu. Apabila raja raksasa tersebut unggul, maka Raden
Durnita bersedia merelakan Dewi Durniti menjadi istri Prabu Kalasarana. Namun,
apabila Prabu Kalasarana kalah, maka ia harus pulang kembali ke Kerajaan
Lokasagara.
Prabu Jayasudikya. |
PRABU KALASARANA DIKALAHKAN BAMBANG KANDIHAWA
Demikianlah, Raden Durnita
telah keluar dari istana Ima-imantaka untuk menantang Prabu Kalasarana
bertarung satu lawan satu. Raden Durnita berkata bahwa ia akan menyerahkan Dewi
Durniti asalkan Prabu Kalasarana dapat mengalahkan dirinya. Prabu Kalasarana
senang mendengarnya. Mereka lalu bertarung di halaman istana dengan disaksikan
kedua pihak, yaitu pasukan Ima-imantaka dan Lokasegara.
Setelah bertarung cukup lama, Raden
Durnita akhirnya terdesak menghadapi Prabu Kalasarana yang jauh lebih perkasa
daripada dirinya. Namun, ia pantang menyerah dan berniat membunuh Prabu
Kalasarana. Rupanya dalam hati Raden Durnita tumbuh perasaan cinta kepada
adiknya sendiri dan ia tidak rela jika Dewi Durniti menikah dengan orang lain.
Prabu Kalasarana merasa ada yang tidak beres karena serangan Raden Durnita
bukan lagi untuk menentukan menang atau kalah, tetapi sudah menjadi pertarungan
hidup atau mati. Maka, ia pun mengimbangi dan mengerahkan kesaktian yang lebih
dahsyat. Akibatnya, Raden Durnita pun tewas di tangan raja raksasa tersebut.
Prabu Jayasudikya terkejut
melihat putranya gugur. Ia pun membatalkan perjanjian dan mengerahkan pasukan
Ima-imantaka untuk menyerbu pasukan Lokasagara. Prabu Kalasarana marah melihat
Prabu Jayasudikya mengingkari janji. Ia mengerahkan pasukannya pula sehingga
terjadilah pertempuran di antara kedua pihak.
Pada saat itulah Bambang
Kandihawa datang. Sesuai petunjuk Batara Narada, ia langsung bergabung membantu
Prabu Jayasudikya. Dalam pertempuran itu, Bambang Kandihawa berhasil menewaskan
Prabu Kalasarana dengan panah-panahnya. Melihat sang raja gugur, pasukan
Lokasagara menjadi kocar-kacir. Ada yang tewas dibunuh pasukan Ima-imantaka,
ada yang menyerah, dan ada pula yang kabur melarikan diri.
BAMBANG KANDIHAWA DINIKAHKAN DENGAN DEWI DURNITI
Prabu Jayasudikya berterima
kasih atas bantuan Bambang Kandihawa yang datang tepat waktu. Ia lalu bertanya
ada keperluan apa pemuda tersebut mendatangi Kerajaan Ima-imantaka. Bambang
Kandihawa menjawab dengan sopan bahwa ia ingin mengabdi sebagai prajurit di
kerajaan tersebut. Prabu Jayasudikya tertarik melihat sikap sopan Bambang
Kandihawa. Karena sudah kehilangan putra, maka dalam hati pun muncul keinginan
untuk mengambil pemuda tersebut sebagai pengganti Raden Durnita.
Supaya hubungan menjadi lebih
erat, Prabu Jayasudikya pun menanyai Dewi Durniti dan Bambang Kandihawa apakah mereka
bersedia menjadi suami-istri. Dewi Durniti tersipu malu melihat pemuda tersebut
berwajah tampan dan juga pandai memanah. Ia pun menjawab bersedia. Prabu
Jayasudikya senang mendengar jawaban putrinya dan ia langsung menentapkan Bambang
Kandihawa sebagai menantu. Bambang Kandihawa bingung hendak menjawab apa,
karena dirinya adalah Dewi Srikandi yang sedang menyamar. Namun, demi bisa
bertemu Raden Arjuna, terpaksa ia menjawab bersedia pula.
Demikianlah, Bambang Kandihawa
pun resmi menikah dengan Dewi Durniti. Pernikahan tersebut berlangsung
sederhana karena Prabu Jayasudikya sedang dalam suasana berkabung atas
meninggalnya Raden Durnita.
Bambang Kandihawa. |
PRABU JAYASUDIKYA MENGUSIR BAMBANG KANDIHAWA
Malam harinya, Dewi Durniti
menyerahkan jiwa raga kepada Bambang Kandihawa. Namun, Bambang Kandihawa
menolak dengan berbagai macam alasan. Ia juga tidak bersedia membuka pakaian
sama-sekali. Dewi Durniti kecewa dan pura-pura tidur. Ketika suaminya ikut
terlelap, Dewi Durniti pun bangun dan merobek pakaian Bambang Kandihawa.
Alangkah terkejut perasaan Dewi Durniti saat mengetahui ternyata suaminya itu juga
berkelamin perempuan.
Dewi Durniti pun menangis dan
melapor kepada ayahnya. Prabu Jayasudikya marah-marah menuduh Bambang Kandihawa
telah mempermainkan keluarganya. Bambang Kandihawa bingung hendak menjawab bagaimana.
Prabu Jayasudikya sendiri tidak butuh penjelasan. Ia pun mengerahkan segenap
kekuatannya, lalu melemparkan tubuh Bambang Kandihawa sejauh-jauhnya.
BAMBANG KANDIHAWA BERTUKAR KELAMIN DENGAN RESI STUNAKARNA
Tubuh Bambang Kandihawa yang
melayang di udara akhirnya jatuh di pinggir Kerajaan Ima-imantaka, tepatnya di
lereng Gunung Amintuna. Di gunung tersebut hidup seorang petapa raksasa yang
bernama Resi Stunakarna. Karena tinggal di Gunung Amintuna, ia sering pula
dipanggil dengan sebutan Resi Mintuna.
Melihat Bambang Kandihawa
jatuh dari langit, Resi Stunakarna segera menolong dan mengobati lukanya.
Mula-mula Bambang Kandihawa takut melihat paras pendeta tersebut yang berwujud
raksasa, namun kemudian ia lega karena Resi Stunakarna ternyata sangat ramah
dan berhati lembut welas asih.
Setelah lukanya sembuh,
Bambang Kandihawa pun berterima kasih atas pertolongan sang petapa raksasa.
Resi Stunakarna bertanya bagaimana ceritanya Bambang Kandihawa bisa terlempar
di udara dan jatuh di Gunung Amintuna. Bambang Kandihawa pun bercerita dari
awal hingga akhir, bahwa ia sebenarnya bukan laki-laki asli, melainkan seorang
wanita yang menyamar sebagai laki-laki. Sebenarnya Bambang Kandihawa tidak
memiliki niat untuk menikahi Dewi Durniti, tetapi penghinaan Prabu Jayasudikya
membuatnya sakit hati teramat sangat. Bagaimanapun juga penghinaan ini harus
dapat ia balas.
Resi Stunakarna menasihati
Bambang Kandihawa agar jangan membalas dendam berdasarkan kebencian. Jika
memang harus membalas penghinaan, maka balaslah menggunakan kasih sayang.
Bambang Kandihawa heran dan berkata bahwa dirinya tidak mungkin bisa mengasihi Dewi
Durniti karena mereka sama-sama perempuan. Resi Stunakarna berkata bahwa ia
akan mengubah Bambang Kandihawa menjadi laki-laki yang sesungguhnya, yaitu
dengan cara meminjamkan alat kelaminnya kepada Bambang Kandihawa. Dengan
demikian, Prabu Jayasudikya sekeluarga tidak akan bisa menghina dirinya lagi.
Bambang Kandihawa merasa
penasaran apa mungkin di dunia bisa terjadi hal demikian. Akhirnya, ia pun
menjawab bersedia meskipun masih ragu-ragu. Resi Stunakarna lalu memintanya
untuk menutup mata. Ketika Bambang Kandihawa sudah terpejam, Resi Stunakarna
membaca mantra sakti. Setelah beberapa saat, mereka lalu sama-sama membuka
mata. Bambang Kandihawa meraba kelaminnya ternyata sudah berubah menjadi
laki-laki. Kini, ia benar-benar menjadi seorang laki-laki tulen, bukan lagi
wanita yang menyamar sebagai laki-laki.
Resi Stunakarna berkata bahwa
mereka berdua bertukar kelamin hanya untuk sementara. Kelak jika Bambang
Kandihawa sudah membalas sakit hatinya, maka kelamin mereka harus ditukar
kembali. Bambang Kandihawa mematuhi dan berterima kasih atas bantuan Resi
Stunakarna. Ia lalu mohon pamit untuk kembali ke istana Ima-imantaka.
Resi Stunakarna Amintuna. |
BAMBANG KANDIHAWA MENEMUI DEWI DURNITI
Malam harinya, Bambang
Kandihawa menyusup masuk ke dalam kamar tidur Dewi Durniti. Melihat suaminya
datang, Dewi Durniti terkejut dan hendak berteriak, namun segera ditutup
mulutnya oleh Bambang Kandihawa. Akan tetapi, meskipun kelaminnya sudah
berubah, pikiran Bambang Kandihawa masih tetap seorang perempuan. Setelah
membungkam mulut Dewi Durniti, ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Pada saat itulah roh penasaran
Raden Durnita datang dan merasuki tubuh Bambang Kandihawa. Semasa hidupnya,
Raden Durnita jatuh cinta kepada adiknya sendiri, dan kini ia hendak
menggunakan tubuh Bambang Kandihawa untuk melampiaskan hasrat yang terpendam. Karena
pikirannya sudah kerasukan, Bambang Kandihawa tidak ragu-ragu lagi untuk membuka
pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat. Dewi Durniti terkejut melihat
suaminya kini telah berubah menjadi laki-laki tulen, bukan lagi berkelamin
perempuan seperti kemarin.
Dewi Durniti sebenarnya telah jatuh
cinta kepada Bambang Kandihawa sejak pandangan pertama. Namun, kemarin ia sempat
kecewa karena sang suami ternyata seorang wanita yang menyamar. Kini suaminya itu
telah berubah menjadi laki-laki sejati, membuat Dewi Durniti merasa malu
bercampur bahagia. Ia pun ikut membuka pakaian pula dan menikmati malam pertama
yang tertunda bersama Bambang Kandihawa.
PRABU JAYASUDIKYA MENERIMA KEMBALI BAMBANG KANDIHAWA
Pagi harinya, Dewi Durniti
mengajak Bambang Kandihawa menghadap sang ayah. Prabu Jayasudikya marah-marah
menyebut Bambang Kandihawa tidak tahu malu berani datang kembali untuk menipu
keluarganya. Namun, Dewi Durniti segera menengahi dan bercerita bahwa semuanya
itu hanyalah salah paham belaka. Ia pun bersumpah bahwa suaminya kini telah
menjadi laki-laki yang sesungguhnya.
Bambang Kanidhawa juga meminta
maaf kepada Prabu Jayasudikya karena tadi malam berani menyusup dan menginap di
kamar Dewi Durniti. Namun, ia masih terikat tali perkawinan dengan istrinya itu,
sehingga Prabu Jayasudikya hendaknya sudi memberikan pengampunan.
Prabu Jayasudikya melihat
wajah putrinya merona merah, pertanda tadi malam benar-benar mengalami
peristiwa bahagia. Maka, kemarahannya pun luluh dan ia menyatakan bersedia menerima
kembali Bambang Kandihawa sebagai anggota keluarga Kerajaan Ima-imantaka. Dewi
Durniti dan Bambang Kandihawa sangat gembira dan berterima kasih atas kemurahan
hati sang ayah.
Dewi Srikandi. |
DEWI DURNITI MENINGGAL SETELAH MELAHIRKAN BAYI LAKI-LAKI
Demikianlah, Bambang Kandihawa
dan Dewi Durniti pun hidup berumah tangga dengan perasaan bahagia. Setelah
berganti kelamin menjadi laki-laki dan dirasuki roh Raden Durnita, kini Bambang
Kandihawa bagaikan lupa diri bahwa ia sebenarnya adalah Dewi Srikandi yang
sedang menyamar. Ia juga telah lupa pada tujuan awal, yaitu mencari hilangnya
Raden Arjuna. Apalagi Prabu Jayasudikya akhirnya memutuskan untuk menjadi
pendeta bergelar Bagawan Gunadarma, dan menyerahkan takhta Kerajaan
Ima-imantaka kepada Bambang Kandihawa. Hal ini membuat Bambang Kandihawa
semakin terikat dengan keluarga istrinya tersebut, dan lupa untuk mengembalikan
kelamin kepada Resi Stunakarna.
Dewi Durniti sendiri telah
mengandung dari hasil perkawinannya dengan Prabu Kandihawa. Sehari-hari mereka
saling mengasihi dan hidup berbahagia. Namun, kebahagiaan itu hanya berlangsung
singkat. Pada saat melahirkan putra mereka, Dewi Durniti meninggal dunia karena
kehilangan banyak darah.
Prabu Kandihawa sangat
berduka. Ketika Dewi Durniti meninggal, maka roh Raden Durnita ikut keluar
meninggalkan tubuh suaminya. Sementara itu, bayi yang baru saja lahir tersebut menangis
keras karena haus dan lapar. Prabu Kandihawa berusaha mencarikan ibu susu
tetapi si bayi selalu menolak apabila digendong wanita lain. Akhirnya Prabu Kandihawa
merasa putus asa. Ia pun menusuk jarinya sendiri dan meminumkan darahnya ke
mulut si bayi.
Sungguh ajaib, begitu menelan
darah ayahnya, tubuh bayi itu berangsur-angsur berubah menjadi dewasa dalam
waktu singkat. Kini ia telah tumbuh menjadi seorang pemuda berbadan gagah.
Bagawan Gunadarma yang datang berkunjung ikut merasa heran atas peristiwa ajaib
ini. Namun, ia juga bersyukur karena cucunya telah tumbuh dewasa dalam waktu
sekejap, dan ini bisa menjadi pengobat kerinduannya karena ditinggal mati Raden
Durnita dan Dewi Durniti.
Demikianlah, Prabu Kandihawa
dan Bagawan Gunadarma pun menyambut pemuda tersebut sebagai anggota baru
keluarga Ima-imantaka. Bagawan Gunadarma memberi nama cucunya itu, Raden
Nirbita. Prabu Kandihawa yang telah ditinggal pergi roh Raden Durnita kini
kembali ingat bahwa ia adalah Dewi Srikandi yang sedang menyamar. Namun,
melihat sosok Raden Nirbita, rasa keibuannya pun tergugah. Maka, ia memutuskan
untuk tetap tinggal di istana Ima-imantaka demi mengasuh Raden Nirbita sebagai
ayah sekaligus sebagai ibu pula.
Raden Nirbita. |
RADEN NIRBITA MELAMAR DEWI SUMBADRA UNTUK AYAHNYA
Sementara itu di Kerajaan
Amarta, Prabu Puntadewa dihadap ketiga adik, yaitu Arya Wrekodara, Raden
Nakula, dan Raden Sadewa. Hadir pula sang kakak sepupu, yaitu Prabu Kresna
Wasudewa dari Kerajaan Dwarawati. Dalam pertemuan itu mereka membahas tentang
Raden Arjuna yang sudah satu tahun ini menghilang dari Kesatrian Madukara. Sang
istri Dewi Srikandi berangkat mencari namun ikut menghilang pula tanpa
diketahui keberadaannya. Arya Wrekodara dan si kembar sudah mencari ke
mana-mana tetapi sampai saat ini belum juga berhasil menemukan mereka berdua.
Di tengah-tengah percakapan,
tiba-tiba muncul seorang pemuda yang mengaku bernama Raden Nirbita, putra Prabu
Kandihawa raja Ima-imantaka. Pemuda itu menyampaikan surat dari ayahnya yang
berisi pinangan, di mana Prabu Kandihawa ingin menikahi Dewi Sumbadra yang
kabarnya sudah menjadi janda.
Arya Wrekodara marah dan
menyuruh Raden Nirbita pulang ke negaranya karena Dewi Sumbadra masih sah menjadi
istri adiknya. Akan tetapi, Prabu Puntadewa berpendapat lain. Raden Arjuna
sudah satu tahun meninggalkan keluarga tanpa kabar berita, juga tidak pernah
memberikan nafkah lahir batin kepada istri-istrinya. Secara hukum Dewi Sumbadra
bisa dinyatakan telah bercerai dengan suaminya tersebut. Namun, mengenai hal
ini Prabu Puntadewa menyerahkan keputusan kepada Prabu Kresna selaku wali Dewi
Sumbadra.
Prabu Kresna mengamati sosok
Raden Nirbita dan ia pun merasa curiga. Setelah mendapatkan gagasan, ia lantas
berkata bahwa lamaran Prabu Kandihawa terhadap adiknya akan diterima, asalkan
dengan syarat harus bisa menyediakan Kayu Klepu Dewandaru yang tumbuh di
Kahyangan Suralaya.
Raden Nirbita menerima
keputusan tersebut dan segera mohon pamit meninggalkan Kerajaan Amarta. Setelah
pemuda itu pergi, Arya Wrekodara bertanya mengapa Prabu Kresna mengajukan
syarat demikian, seolah-olah Dewi Sumbadra sekarang sudah benar-benar menjadi
janda. Prabu Kresna menjawab ini hanya siasat belaka. Ia mendapat firasat bahwa
pemuda bernama Raden Nirbita tersebut akan menjadi sarana bagi kemunculan Raden
Arjuna dan Dewi Srikandi yang telah lama hilang.
Setelah mengutarakan niatnya,
Prabu Kresna pun mohon pamit kepada Prabu Puntadewa untuk kemudian mengajak
Arya Wrekodara mengawasi gerak-gerik Raden Nirbita dari kejauhan.
Prabu Puntadewa. |
RADEN NIRBITA KEHILANGAN SEBELAH MATA DAN DIKUTUK BATARI SUPRABA
MENJADI RAKSASA
Raden Nirbita yang sangat
mematuhi perintah ayahnya tidak berani pulang ke Kerajaan Ima-imantaka dengan
tangan hampa. Ia pun naik ke Kahyangan Suralaya bersama kedua pengawalnya yang
berwujud raksasa, yaitu Ditya Jayasaramba dan Ditya Jayaprakosa. Mereka takut
jika meminta Kayu Klepu Dewandaru secara terus terang kepada Batara Indra belum
tentu diizinkan. Maka, Raden Nirbita pun memutuskan untuk mencurinya saja.
Demikianlah, mereka bertiga lantas
menyusup masuk ke dalam Kahyangan Suralaya dan akhirnya menemukan taman indah
tempat para bidadari bersemayam. Tamansari tersebut dipagar dengan tembok
tinggi dan tebal. Namun, Raden Nirbita mampu melubangi tembok itu untuk
mengintip ke dalam. Ia pun terkejut dan seketika jatuh cinta menyaksikan
kecantikan pemimpin para bidadari tersebut, yang bernama Batari Supraba.
Saat itu Batari Supraba dan
adik-adiknya sedang mandi. Mereka adalah Batari Wilotama, Batari Warsiki,
Batari Surendra, Batari Gagarmayang, Batari Irim-irim, dan Batari Tunjungbiru.
Begitu menyadari ada yang sedang mengintip, Batari Supraba segera mengajak
mereka semua berpakaian. Batari Supraba lalu mendekati lubang tembok dan
menusukkan kancip, yaitu semacam pisau kecil untuk mengiris buah.
Raden Nirbita yang sedang
terkesima mengintip kecantikan Batari Supraba tidak menyadari datangnya bahaya.
Ia tidak sempat lagi menghindar, sehingga matanya tertusuk kancip tersebut. Mata
yang tertusuk itu pun terluka parah dan Raden Nirbita kini mengalami buta
sebelah.
Karena sangat marah, Raden
Nirbita meraung dan menjebol tembok taman. Bersama Ditya Jayasaramba dan Ditya
Jayaprakosa, ia mengamuk hendak menangkap Batari Supraba dan para bidadari
lainnya. Batari Supraba tidak gentar dan ia dengan tegas menyebut Raden Nirbita
sebagai seorang pemuda lancang yang tidak tahu sopan santun. Mungkin karena
memiliki dua pengawal berwujud raksasa, maka pantas jika kelakuannya pun mirip kaum
raksasa.
Ucapan Batari Supraba tersebut
ternyata mengandung kutukan. Seketika wujud Raden Nirbita pun berubah menjadi
raksasa tinggi besar, dengan mata picak sebelah. Ia semakin marah dan mengamuk
hendak menangkap Batari Supraba.
Pada saat itulah Batara Indra
datang didampingi Batara Bayu dan para dewa lainnya. Melihat amukan Raden
Nirbita, Batara Bayu segera turun tangan. Dengan kekuasaannya ia pun
mengerahkan angin dahsyat yang menggulung tubuh Raden Nirbita dan
menerbangkannya jauh-jauh meninggalkan kahyangan. Tubuh Raden Nirbita itu melayang
di angkasa, hingga akhirnya jatuh tercebur ke dalam lautan luas.
Ditya Jayasaramba dan Ditya
Jayaprakosa ketakutan mengira sang pengeran telah tewas. Mereka pun memilih
kabur melarikan diri meninggalkan Kahyangan Suralaya. Di tengah jalan mereka
bertemu Prabu Kandihawa dan Bagawan Gunadarma yang sedang dalam perjalanan
menyusul kepergian Raden Nirbita. Kedua raksasa itu pun melaporkan apa yang
telah terjadi dari awal sampai akhir, yaitu bagaimana Prabu Kresna mengajukan
syarat untuk mendapatkan Dewi Sumbadra, sampai dengan bagaimana Raden Nirbita dikutuk
menjadi raksasa dan tubuhnya dilemparkan para dewa hingga mati tenggelam di dasar
laut.
Prabu Kandihawa dan Bagawan
Gunadarma sangat marah mendengarnya. Mereka pun bergegas menyerang Kahyangan
Suralaya untuk membalas perbuatan para dewa terhadap Raden Nirbita.
Batari Supraba. |
BATARA NARADA MEMINTA RESI STUNAKARNA MENJADI JAGO KAHYANGAN
Di Padepokan Gunung Amintuna,
sang pendeta raksasa Resi Stunakarna sedang bersamadi. Tiba-tiba dari angkasa
turun Batara Narada membangunkannya. Resi Stunakarna pun membuka mata dan
menyembah hormat kepada dewa tersebut.
Batara Narada lalu bercerita
kepada Resi Stunakarna bahwa Kahyangan Suralaya sedang dalam ancaman musuh. Ada
seorang pangeran bernama Raden Nirbita berani menyusup ke sana dan berbuat
onar. Meskipun dapat disingkirkan, namun sekarang ayah dan kakeknya yang
bernama Prabu Kandihawa dan Bagawan Gunadarma datang menyerang. Menurut
petunjuk Batara Guru, yang dapat mengalahkan kedua orang itu hanyalah Resi
Stunakarna dari Padepokan Gunung Amintuna.
Resi Stunakarna heran mengapa
dirinya yang harus menghadapi kedua orang itu, bukankah ia hanya seorang
pendeta gunung, bukan kesatria sakti? Batara Narada berkata Resi Stunakarna
sebaiknya tidak perlu berpura-pura lagi, karena ia sudah tahu bahwa pendeta
raksasa tersebut tidak lain adalah penyamaran Raden Arjuna yang sudah setahun
lebih menghilang dari Kerajaan Amarta.
Resi Stunakarna terkejut dan
merasa malu. Penyamarannya kini sudah terbongkar, maka ia pun kembali ke wujud
Raden Arjuna. Sudah setahun lebih ia meninggalkan Kerajaan Amarta untuk bertapa
dalam wujud pendeta raksasa. Selama ini ia dikenal sebagai manusia berwajah
tampan rupawan, sehingga ia pun ingin mencoba bagaimana rasanya jika memiliki
wajah buruk rupa. Namun, kemudian datang Bambang Kandihawa yang kala itu baru
saja diusir Prabu Jayasudikya. Raden Arjuna pun merasa kasihan dan bertukar
kelamin dengannya.
Demikianlah, Raden Arjuna yang
kini telah membuka penyamaran namun tetap berkelamin wanita akhirnya memutuskan
untuk bersedia menjadi jago para dewa. Ia lalu berangkat bersama Batara Narada menuju
Kahyangan Suralaya.
Raden Arjuna. |
PRABU KANDIHAWA KEMBALI MENJADI DEWI SRIKANDI
Di Kahyangan Suralaya, Prabu
Kandihawa masih mengamuk menghadapi pasukan Dorandara. Tiba-tiba Raden Arjuna
muncul menghadang dan segera menghujaninya dengan anak panah. Prabu Kandihawa
sibuk menangkis hujan anak panah tersebut sehingga membuat dirinya menjadi
lengah. Kesempatan ini segera dimanfaatkan Raden Arjuna untuk membaca mantra.
Beberapa saat kemudian, kelamin mereka pun kembali bertukar seperti sediakala.
Raden Arjuna kini kembali berkelamin laki-laki, sedangkan Prabu Kandihawa
kembali berkelamin perempuan.
Setelah kembali menjadi wanita,
Prabu Kandihawa seolah terbangun dari mimpi. Sejak merawat dan mengasuh Raden
Nirbita, ia bagaikan orang mabuk yang hilang ingatan. Suatu hari alam pikiran bawah
sadarnya berkata bahwa wanita tercantik di dunia adalah Dewi Sumbadra, maka ia
pun berhasrat ingin menikahi istri utama Raden Arjuna tersebut. Rupa-rupanya
hasrat birahi yang membara ini juga muncul karena ia memakai kelamin milik
Raden Arjuna, dan ternyata ia tidak mampu untuk mengendalikan.
Prabu Kandihawa kini telah
mendapatkan kesadarannya kembali. Sekarang ia telah ingat bahwa dirinya adalah
Dewi Srikandi yang sedang menyamar, dan lawannya adalah suami sendiri. Namun,
untuk menguji cinta Raden Arjuna, terpaksa ia pura-pura tidak mengenali
suaminya itu dan tetap menantang melanjutkan pertempuran.
Raden Arjuna sendiri telah
mendapatkan kembali kejantanannya. Namun, ia tahu kalau Prabu Kandihawa adalah
samaran Dewi Srikandi. Maka, ia tidak menempuh jalan kekerasan, melainkan maju
sambil mengucapkan kata-kata rayuan berbunga-bunga. Prabu Kandihawa pun luluh dan
terlena mendengarnya. Segala penyamaran yang ada pada dirinya pun luntur, dan
ia kembali ke wujud perempuan. Raden Arjuna segera merangkul istrinya itu dan
keduanya pun berpelukan mesra saling melepas rindu.
Melihat menantunya berubah
wujud menjadi perempuan, Bagawan Gunadarma marah merasa dipermainkan. Sifat
raksasanya muncul dan ia pun menyerang Raden Arjuna. Batara Narada datang
mendekat dan berbisik di telinga Raden Arjuna agar menyempurnakan kematian
pendeta raksasa tersebut. Bagawan Gunadarma alias Prabu Jayasudikya sebenarnya
tidak jahat, namun tugasnya di dunia telah selesai dan sudah waktunya ia untuk memasuki
alam baka.
Raden Arjuna mematuhi dan
segera melepaskan Panah Sarotama sambil membaca mantra penyempurnaan. Panah
tersebut melesat dan menancap di dahi Bagawan Gunadarma. Seketika pendeta
raksasa itu pun roboh dan meninggal dunia. Jasadnya musnah seperti asap dan
rohnya melayang masuk ke alam baka.
Raden Nirbita setelah picak. |
PRABU KRESNA DAN ARYA WREKODARA MENJEMPUT PULANG RADEN ARJUNA DAN DEWI
SRIKANDI
Ditya Jayasaramba dan Ditya
Jayaprakosa menyerah dan mohon ampun kepada para dewa. Batara Guru muncul dan mengampuni
mereka berdua. Keduanya pun dipersilakan untuk pulang ke Kerajaan Ima-imantaka.
Kedua raksasa itu bingung karena kini mereka sudah tidak memiliki raja. Batara
Guru berkata bahwa Raden Nirbita belum mati. Di dasar lautan ia akan mendapat
ilmu kesaktian dan muncul kembali ke permukaan sebagai raksasa yang perkasa.
Kelak dialah yang akan menjadi raja Ima-imantaka, dengan memakai gelar Prabu
Niwatakawaca. Ditya Jayasaramba dan Ditya Jayaprakosa hendaknya mengabdi kepada
raja tersebut dan menjadi pengasuhnya. Untuk itulah, Batara Guru pun mengganti
nama mereka menjadi Ditya Mamangmurka dan Ditya Mamangdana. Kedua raksasa itu
sangat berterima kasih. Mereka lalu menyembah dan mohon pamit meninggalkan
Kahyangan Suralaya.
Setelah para raksasa pergi,
Prabu Kresna dan Arya Wrekodara muncul dari persembunyian. Sejak awal mereka telah
menyaksikan bagaimana kisah ini berlangsung. Raden Arjuna dan Dewi Srikandi pun
mengucapkan salam menyambut mereka berdua.
Prabu Kresna bertanya mengapa Raden
Arjuna pergi meninggalkan Kesatrian Madukara sampai setahun lebih. Raden Arjuna
menjawab bahwa dirinya sengaja menyamar sebagai pendeta raksasa supaya bisa
mengetahui bagaimana rasanya memiliki wajah buruk rupa. Namun kemudian, Dewi
Srikandi muncul dalam wujud Prabu Kandihawa yang baru saja dihina dan diusir
Prabu Jayasudikya. Merasa kasihan, Raden Arjuna alias Resi Stunakarna pun
meminjamkan kelaminnya untuk ditukar dengan kelamin perempuan Prabu Kandihawa.
Namun, Prabu Kandihawa lalu hilang ingatan sehingga tidak mengembalikan
kelaminnya itu hingga setahun lamanya.
Prabu Kresna bertanya mengapa
Raden Arjuna tidak mendatangi Prabu Kandihawa dan merebut kembali kelaminnya.
Raden Arjuna menjawab ini adalah suratan takdir. Selama ini ia sering menikah
di sana-sini dengan banyak wanita. Mungkin Yang Kuasa mengharuskannya memiliki
kelamin wanita selama setahun untuk mengajarkan kepadanya bagaimana rasanya
menjadi wanita. Itulah sebabnya Raden Arjuna tidak menemui Prabu Kandihawa untuk
meminta kelaminnya kembali. Ia juga tidak pulang ke Kesatrian Madukara karena tidak
mungkin menemui para para istri dengan berkelamin perempuan.
Kini Raden Arjuna dan Dewi
Srikandi sudah sama-sama pulih seperti sediakala. Mereka pun bersama-sama Prabu
Kresna dan Arya Wrekodara mohon pamit kepada Batara Guru dan para dewa lainnya,
untuk kembali ke Kerajaan Amarta.
Prabu Kresna. |
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
CATATAN : Menurut versi balungan lakon yang disusun Ki Tristuti
Suryasaputra, tokoh Raden Durnita tidak tewas di awal, tetapi meninggal di
akhir cerita bersama Prabu Jayasudikya. Saya sengaja mengubah cerita menjadi
kisah seorang kakak yang mencintai adiknya sendiri dan rohnya penasaran hingga
merasuki pikiran Prabu Kandihawa alias Dewi Srikandi. Dengan demikian, saya
menepis pandangan bahwa Dewi Srikandi seorang biseksual, karena ia bersetubuh
dengan Dewi Durniti bukan karena niatnya sendiri, melainkan karena sedang
kerasukan roh penasaran Raden Durnita. Dengan demikian saya juga menciptakan
alasan mengapa Raden Nirbita alias Prabu Niwatakawaca terlahir angkara murka,
adalah karena hubungan incest antara Dewi Durniti dengan roh Raden Durnita yang
meminjam tubuh Dewi Srikandi dan kelamin Raden Arjuna. Soal Raden Nirbita
meminum darah Prabu Kandihawa dan berubah menjadi dewasa itu juga tambahan dari
saya agar lebih dramatis.
Untuk kisah awal mula berdirinya Kerajaan Ima-imantaka dapat dibaca di sini
Untuk kisah perkawinan Dewi Srikandi belajar memanah kepada Raden
Arjuna dapat dibaca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar