Kisah ini menceritakan tentang perkawinan Raden Nakula dengan Dewi
Suyati dari Kerajaan Awu-awulangit, serta perkawinan Raden Sadewa dengan Dewi
Rasawulan dari Kerajaan Selamirah.
Kisah ini saya olah dari sumber Serat Pedhalangan Ringgit Purwa yang
disusun oleh Sri Mangkunagara VII dengan sedikit pengembangan seperlunya.
Kediri, 08 Juli 2017
Heri Purwanto
Untuk daftar judul
lakon wayang lainnya, klik di sini
Raden Nakula dan Raden Sadewa. |
------------------------------
ooo ------------------------------
PRABU PUNTADEWA MEMINTA PETUNJUK PRABU KRESNA ATAS HILANGNYA SI KEMBAR
Di Kerajaan Amarta, Prabu
Puntadewa dihadap kedua adik, yaitu Arya Wrekodara dari Kesatrian Jodipati dan
Raden Arjuna dari Kesatrian Madukara, serta Patih Tambakganggeng dan Raden
Gatutkaca. Hadir pula sang kakak sepupu dari Kerajaan Dwarawati, yaitu Prabu
Kresna Wasudewa yang ditemani Arya Setyaki.
Prabu Kresna sengaja datang ke
istana Indraprasta setelah menerima surat yang dikirimkan Prabu Puntadewa.
Surat tersebut berisi kabar bahwa si kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa telah
menghilang dari Kerajaan Amarta bersama para panakawan. Arya Wrekodara dan
Raden Arjuna sudah berusaha mencari tetapi tidak berhasil menemukan mereka.
Oleh sebab itu, Prabu Puntadewa pun mengundang kehadiran Prabu Kresna untuk
meminta petunjuk mengenai keberadaan kedua adik tersebut. Apalagi selama
beberapa hari ini sang ibu selalu menangis memikirkan nasib mereka, karena dalam
pandangan Dewi Kunti, si kembar selalu tampak masih seperti anak-anak.
Prabu Kresna berkata bahwa
Raden Nakula dan Raden Sadewa sudah dewasa, maka sudah pantas jika memiliki
pasangan hidup. Melihat ketiga kakaknya sudah menikah dan memiliki keturunan,
tentunya mereka pun menginginkan demikian. Oleh sebab itu, Prabu Kresna sangat yakin
bahwa si kembar menghilang dari Kerajaan Amarta adalah untuk mencari di mana
jodoh mereka berada.
Prabu Puntadewa merasa ucapan
Prabu Kresna masuk akal. Ia lalu bertanya di mana kira-kira Raden Nakula dan
Raden Sadewa dapat bertemu jodoh masing-masing. Prabu Kresna menjawab, menurut penerawangannya,
si kembar akan mendapat istri di Kerajaan Selamirah. Ada kabar beredar bahwa,
raja Selamirah yang bernama Prabu Rasadewa sedang mengadakan sayembara untuk
mencari jodoh bagi putrinya yang bernama Dewi Rasawulan. Sayembara tersebut bukan
berupa sayembara tanding, tetapi sayembara menjawab pertanyaan Dewi Rasawulan.
Barangsiapa mampu menerjemahkan makna cinta sejati, maka orang itulah yang akan
diterima sebagai suami.
Prabu Puntadewa dan yang lain
tertarik mendengarnya. Mereka pun bertanya siapa di antara Raden Nakula dan
Raden Sadewa yang kira-kira bisa memenangkan sayembara tersebut. Prabu Kresna
tidak berani mendahului takdir, maka ia hanya menjawab, sebaiknya mereka
berangkat untuk menyusul ke sana.
Karena sudah mendapatkan titik
terang, Prabu Puntadewa pun mengajak Prabu Kresna untuk berangkat bersama menuju
Kerajaan Selamirah. Arya Wrekodara, Arya Setyaki, dan Raden Gatutkaca diminta
untuk ikut mengawal, sedangkan Raden Arjuna dan Patih Tambakganggeng ditugasi
menjaga keamanan istana. Prabu Kresna sangat setuju apabila Raden Arjuna menunggu
istana, karena jika berangkat ke sana, bisa-bisa ia justru ikut memasuki
sayembara. Raden Arjuna tersipu malu dan bersedia mematuhi perintah sang kakak
sulung.
Setelah dirasa cukup, Prabu
Puntadewa pun membubarkan pertemuan, kemudian masuk ke dalam kedaton untuk
berpamitan terlebih dahulu kepada sang permaisuri Dewi Drupadi, dan juga sang
ibu Dewi Kunti.
Prabu Puntadewa. |
PRABU BRAJAWIJAYA BERANGKAT MENGIKUTI SAYEMBARA DI KERAJAAN SELAMIRAH
Tersebutlah seorang raja bernama
Prabu Brajawijaya dari Kerajaan Selabentar yang masih muda dan perkasa. Hari
itu ia mendapat surat undangan dari Kerajaan Selamirah untuk mengikuti
sayembara memperebutkan Dewi Rasawulan. Prabu Brajawijaya penasaran
membayangkan putri yang bernama Dewi Rasawulan pastilah sangat cantik, hingga membuat
sayembara aneh berupa tanya jawab tentang cinta. Berpikir demikian membuatnya
merasa tertarik mengikuti sayembara, apalagi nama kerajaan mereka hampir mirip,
Prabu Brajawijaya pun berkhayal jangan-jangan mereka ditakdirkan berjodoh.
Prabu Brajawijaya lalu berangkat
dengan membawa pasukan secukupnya. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan
rombongan dari Kerajaan Amarta. Arya Setyaki yang berada di ujung barisan
terlibat salah paham dengan Prabu Brajawijaya. Maka, terjadilah pertempuran di antara
kedua pihak. Arya Setyaki, Arya Wrekodara, dan Raden Gatutkaca hanya bertiga tetapi
berhasil memukul mundur pasukan dari Selabentar tersebut.
Prabu Brajawijaya gentar
melihat pasukannya terdesak. Ia pun memutuskan untuk menghindar dan mencari
jalan lain menuju Kerajaan Selamirah. Pasukannya diperintahkan untuk pulang,
sedangkan ia sendiri berjalan cepat menuju negeri tersebut.
Sementara itu, Prabu Kresna
dan Prabu Puntadewa juga telah mengajak rombongan untuk melanjutkan perjalanan.
Arya Setyaki. |
RADEN NAKULA DAN RADEN SADEWA MENDAPAT PETUNJUK DEWA
Si kembar Raden Nakula dan
Raden Sadewa yang sedang dicari-cari saat ini ternyata bertapa di dalam Gua
Paminta, di tengah Hutan Pringgabaya. Para panakawan Kyai Semar, Nala Gareng,
Petruk, dan Bagong tampak berjaga di luar gua sambil bermain-main menghilangkan
kejenuhan.
Tiba-tiba dari angkasa turun
seberkas cahaya masuk ke dalam gua. Cahaya tersebut kemudian menjelma menjadi
sepasang dewa kembar, yaitu Batara Aswan dan Batara Aswin. Kedua dewa tersebut
masing-masing adalah ayah angkat Raden Nakula dan Raden Sadewa, yang dahulu
pernah menolong Dewi Madrim saat melahirkan mereka.
Raden Nakula dan Raden Sadewa
pun membuka mata lalu menyembah hormat pada kedua dewa tersebut. Batara Aswan
dan Batara Aswin sengaja datang untuk mengabulkan apa yang menjadi permintaan
mereka. Kedua kesatria kembar tersebut tidak meminta apa-apa, hanya memohon
petunjuk siapakah kiranya yang menjadi jodoh mereka. Batara Aswin bertanya
balik mengapa mereka harus bertapa hanya demi untuk meminta jodoh. Raden Nakula
dan Raden Sadewa adalah dua pangeran dari Kerajaan Amarta yang berwajah tampan.
Jika mereka ingin menikah tinggal tunjuk saja, mau pilih perempuan mana, sudah
pasti akan diterima.
Raden Nakula menjawab, ia dan
saudara kembarnya bertapa bukan untuk meminta jodoh, tetapi mohon petunjuk siapa
dan di mana jodoh sejati mereka berada. Batara Aswan berkata, untuk apa
bertanya soal jodoh segala. Mereka berdua tinggal melamar perempuan mana yang
diinginkan, maka perempuan itu pasti akan menjadi istri mereka. Raden Sadewa
menjawab, yang mereka cari adalah pasangan jiwa, bukan sekadar istri. Mencari
istri mudah, namun apakah yang dinikahi benar-benar pasangan jiwa atau bukan, itu
yang sulit.
Batara Aswin heran mendengarnya
dan ia pun bertanya apa bedanya istri dengan pasangan jiwa. Raden Sadewa mohon
maaf lalu menjawab bahwa pengertian istri dengan pasangan jiwa tentu berbeda.
Manusia dapat menikah dengan siapa saja, tetapi belum tentu yang ia nikahi
adalah pasangan jiwanya yang sejati. Yang dimaksud dengan istri adalah
seseorang yang sudah sah dinikahi, sedangkan pasangan jiwa adalah seseorang
yang bisa membuat mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan juga lebih matang.
Pasangan jiwa adalah orang yang selalu siap mendampingi dalam suka maupun duka,
memberi selamat di saat jaya, atau memberi semangat di saat jatuh.
Ada sebagian orang yang menikah
hanya karena menuruti hawa nafsu belaka, sehingga yang dicari hanyalah lawan
jenis yang cantik jelita, ataupun yang kaya raya. Ada pula yang menikah karena tidak
kuat pada tekanan masyarakat, karena takut dibilang tidak laku, sehingga yang
penting menikah dengan siapa saja, tanpa berpikir bagaimana kelak masa depan
mereka. Akibatnya, banyak kehidupan rumah tangga yang tidak bahagia, karena
yang dinikahi bukan pasangan jiwa yang sejati. Bahkan, banyak pula rumah tangga
yang berantakan dan harus berakhir dengan perceraian. Jika sudah begitu, apa
gunanya menikah kalau hanya untuk membuat sakit hati?
Batara Aswan dan Batara Aswin
terkesan mendengar jawaban si kembar. Mereka pun berkata bahwa pertanyaan tadi
hanyalah ujian belaka. Tujuan kedua dewa tersebut turun dari kahyangan adalah untuk
memberikan petunjuk kepada Raden Nakula dan Raden Sadewa, di mana mereka bisa
bertemu dengan pasangan jiwa masing-masing. Raden Sadewa dapat bertemu dengan
jodohnya apabila mengikuti sayembara yang diadakan Dewi Rasawulan di Kerajaan
Selamirah. Sayembara tersebut ialah menjawab pertanyaan putri tersebut tentang
apa makna dari cinta sejati.
Batara Aswin lalu memerintahkan
Raden Nakula agar mengawal kepergian Raden Sadewa. Apabila Raden Nakula bisa
menyisihkan ego sebagai kakak, dan bersedia melindungi adiknya itu dengan tulus
ikhlas, maka ia pun akan bertemu dengan pasangan jiwanya pula di Kerajaan
Selamirah. Raden Nakula menjawab bersedia. Soal menjadi pengawal adiknya, ia merasa
tidak keberatan sama sekali. Sejak kecil ia pun sudah menyadari kalau Raden
Sadewa jauh lebih pandai dibanding dirinya. Maka, ia merasa adiknya itu jauh
lebih pantas dalam mengikuti sayembara dibanding dirinya.
Raden Sadewa keberatan disebut
lebih pandai dibanding kakaknya. Mereka berdua saudara kembar, dilahirkan dari
rahim yang sama, tentunya memiliki kemampuan yang sama pula. Raden Nakula
menjawab tidaklah demikian. Meskipun mereka kembar, tetapi Raden Sadewa lebih
rajin membaca dan menambah wawasan. Adapun Raden Nakula mengaku dirinya pemalas
dan lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain-main bersama hewan peliharaan.
Batara Aswan dan Batara Aswin
melarang mereka berdebat saling mengalah. Keduanya memiliki kelebihan
masing-masing, jadi tidak perlu bersaing siapa yang lebih bodoh. Kedua dewa itu
pun memerintahkan mereka untuk segera berangkat menuju Kerajaan Selamirah. Raden
Nakula dan Raden Sadewa mohon doa restu, kemudian berangkat disertai para
panakawan.
Batara Aswan - Batara Aswin. |
RADEN NAKULA MENGALAHKAN PRABU BRAJAWIJAYA
Raden Nakula dan Raden Sadewa
beserta rombongan telah meninggalkan Hutan Pringgabaya. Di tengah jalan mereka
berjumpa dengan Prabu Brajawijaya yang mencari jalan lain untuk menghindari
rombongan dari Kerajaan Amarta. Begitu mengetahui ternyata kesatria kembar yang
ada di hadapannya juga orang Amarta, seketika amarah Prabu Brajawijaya pun
bangkit. Lebih-lebih lagi ketika mengetahui bahwa Raden Sadewa hendak mengikuti
sayembara di Kerajaan Selamirah, raja tersebut pun semakin marah dan berniat
membunuh mereka.
Prabu Brajawijaya pun
menyerang Raden Sadewa untuk mengurangi saingan. Raden Nakula yang sudah
bersumpah untuk menjadi pengawal adiknya segera maju menghalangi. Ia pun
bertarung melawan raja tersebut. Keduanya bertarung sengit di tempat sepi itu.
Prabu Brajawijaya yang sudah berniat membunuh justru terdesak, bahkan akhirnya ia
tewas terkena kerisnya sendiri, berkat keterampilan tangan Raden Nakula yang
cekatan.
Setelah musuh mati akibat
ulahnya sendiri, Raden Nakula pun mengajak rombongan melanjutkan perjalanan.
Prabu Brajawijaya. |
PRABU DURYUDANA MENGIRIM ARYA DURSASANA MENGIKUTI SAYEMBARA DI KERAJAAN
SELAMIRAH
Sementara itu di Kerajaan
Hastina, Prabu Duryudana dihadap Patih Sangkuni dan Arya Dursasana. Hari itu
Arya Dursasana memohon izin untuk pergi ke Kerajaan Selamirah, mengikuti
sayembara memperebutkan Dewi Rasawulan. Prabu Duryudana telah mendengar berita
tersebut dan berharap adiknya bisa memenangkan sayembara. Bagaimanapun juga
Arya Dursasana sudah menjadi perjaka tua. Sudah berkali-kali adik nomor duanya
itu melamar perempuan tetapi selalu saja kandas di tengah jalan.
Patih Sangkuni berkata bahwa
sayembara memperebutkan Dewi Rasawulan berupa tanya jawab, yaitu barangsiapa
mampu menjelaskan tentang makna cinta sejati, maka dialah yang bisa menjadi
suami gadis tersebut. Prabu Duryudana merasa sayembara ini aneh, bukannya
sayembara tanding seperti yang sudah sering ada. Namun, ia sangat yakin segalanya
bisa dibeli. Arya Dursasana pun diberinya bekal emas permata banyak sekali.
Hendaknya emas permata itu diserahkan kepada Dewi Rasawulan sehingga tidak
perlu lagi ada sayembara tanya jawab segala. Di dunia ini mana mungkin ada
perempuan yang bisa menolak emas permata? Arya Dursasana berterima kasih kepada
sang kakak lalu berangkat bersama Patih Sangkuni dan para Kurawa lainnya.
Prabu Duryudana. |
RADEN INDRAKERATA HENDAK MENGIKUTI SAYEMBARA DI KERAJAAN SELAMIRAH
Tersebutlah seorang raja
bernama Prabu Kridamarkata dari Kerajaan Awu-awulangit. Ia memiliki dua orang
anak, yaitu laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki bernama Raden Indrakerata,
sedangkan yang perempuan bernama Dewi Suyati. Hari itu Raden Indrakerata mohon
doa restu kepada sang ayah untuk pergi mengikuti sayembara di Kerajaan Selamirah,
memperebutkan Dewi Rasawulan.
Prabu Kridamarkata memberikan
restunya. Ketika Raden Indrakerata hendak berangkat, ternyata Dewi Suyati minta
diizinkan ikut serta. Ia penasaran ingin melihat bagaimana kakaknya memenangkan
sayembara dan memboyong calon istri. Raden Indrakerata yang sangat menyayangi
adiknya tidak kuasa menolak. Ia pun mengajak serta Dewi Suyati dan bersama-sama
pergi dengan mengendarai satu kereta.
Patih Sangkuni. |
ARYA DURSASANA GAGAL MEMENANGKAN DEWI RASAWULAN
Di Kerajaan Selamirah, Prabu
Rasadewa menerima kedatangan Patih Sangkuni bersama para Kurawa. Patih Sangkuni
sebagai pimpinan rombongan hari itu mengajukan lamaran terhadap Dewi Rasawulan
sebagai calon istri Arya Dursasana. Patih Sangkuni berkata bahwa keponakannya
ini adalah pangeran nomor dua di Kerajaan Hastina, dan merupakan adik
kesayangan Prabu Duryudana, raja paling kaya di dunia saat ini. Apa pun yang
diminta Arya Dursasana, pasti dikabulkan oleh Prabu Duryudana. Maka dari itu,
bisa menjadi istri Arya Dursasana merupakan keberuntungan istimewa bagi Dewi
Rasawulan. Kesempatan langka seperti ini jangan sampai disia-siakan. Hendaknya
sayembara tanya jawab soal cinta dibatalkan saja, dan Dewi Rasawulan segera
memilih Arya Dursasana sebagai suami.
Prabu Rasadewa berkata dirinya
sebagai orang tua hanyalah merestui apa yang menjadi keinginan anak. Ia lalu
menawarkan apa yang disampaikan Patih Sangkuni tadi kepada Dewi Rasawulan. Sudah
banyak pelamar yang kecewa dan pulang dengan tangan hampa, karena gagal
menjawab pertanyaan putrinya. Alangkah baiknya, lamaran Arya Dursasana ini
langsung diterima saja, tanpa perlu melalui sayembara segala. Namun, Dewi
Rasawulan tetap pada pendiriannya, yaitu hanya bersedia menikah dengan orang
yang bisa menerjemahkan apa yang dimaksud dengan cinta sejati. Tidak peduli
siapa pun itu, meski dia seorang rakyat jelata yang miskin papa, asalkan
berhasil pasti diterima sebagai suami Dewi Rasawulan. Apabila Arya Dursasana
tidak berani mengikuti sayembara dan lebih suka menggunakan uang, itu artinya
ia tidak sedang mencari istri, tetapi hendak membeli istri.
Arya Dursasana tersinggung
mendengar ucapan Dewi Rasawulan dan ia pun maju mengikuti sayembara. Dewi
Rasawulan bertanya kepadanya, apa makna dari cinta sejati. Arya Dursasana
menjawab, cinta adalah perasaan suka terhadap lawan jenis. Rasa suka ini harus
diperjuangkan untuk bisa memilikinya. Siapa pun yang jadi penghalang harus
dilibas, jika perlu dilenyapkan. Cinta hanya bisa disebut cinta apabila
dimenangkan.
Dewi Suyati kurang berkenan
terhadap jawaban Arya Dursasana. Ia pun menolak lamaran kesatria dari
Banjarjunut tersebut. Arya Dursasana kecewa dan keluar meninggalkan istana
Selamirah, diikuti Patih Sangkuni dan yang lain.
Arya Dursasana. |
RADEN SADEWA MENJAWAB PERTANYAAN DEWI RASAWULAN
Setelah rombongan dari
Kerajaan Hastina pergi, datanglah si kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa
menghadap Prabu Rasadewa. Raden Nakula menyampaikan maksud kedatangan mereka
adalah untuk mengikuti sayembara, di mana adiknya, yaitu Raden Sadewa yang akan
menjawab pertanyaan Dewi Rasawulan. Prabu Rasadewa segera menyampaikan hal ini kepada
putrinya, namun Dewi Rasawulan seolah sudah bisa menebak bahwa memang Raden
Sadewa yang akan melamar dirinya, bukan Raden Nakula.
Dewi Rasawulan mengamati kedua
pangeran yang baru datang tersebut. Keduanya kembar dan sama persis. Hanya
saja, Raden Nakula lebih rapi dalam berdandan dibanding Raden Sadewa yang
penampilannya biasa saja. Namun demikian, wajah Raden Sadewa tampak lebih
tenang dan bercahaya, pertanda ilmunya lebih mendalam dibandingkan saudara
kembarnya tersebut.
Dewi Rasawulan pun
mempersilakan Raden Sadewa menjawab pertanyaannya, yaitu apa yang dimaksud
dengan cinta sejati. Raden Sadewa menjawab cinta adalah berkah pemberian Tuhan
Yang Mahakuasa agar makhluk hidup di dunia, khususnya manusia, memiliki semangat
untuk meneruskan kelestarian jenisnya. Cinta juga menjadi sumber semangat bagi
manusia untuk bekerja dan berkarya. Namun, sayangnya banyak yang menyalahpahami
makna cinta. Banyak yang tidak bisa membedakan cinta dengan nafsu. Padahal,
keduanya memiliki perbedaan. Cinta adalah perasaan ingin memberi, sedangkan
nafsu adalah perasaan ingin menguasai.
Itulah sebabnya ada istilah
cinta sejati, yang berbeda dengan cinta bersyarat. Cinta yang dilandasi nafsu
akan melahirkan cinta bersyarat, yaitu perasaan ingin memberi disertai ingin
menerima. Aku memberi apa, aku mendapatkan apa. Sementara itu, cinta sejati
hanya ingin memberi dan memberi. Dalam cinta sejati tidak ada lagi kata “aku”,
karena yang ada di hati hanyalah kebahagiaan sang kekasih belaka. Apa yang
menjadi kebahagiaan kekasihnya, itulah yang menjadi kebahagiaannya. Cinta
bersyarat sifatnya mengekang jiwa, sedangkan cinta sejati justru memerdekakan
jiwa.
Dewi Rasawulan tertarik mendengar
penuturan Raden Sadewa yang berbeda dengan para pelamar sebelumnya. Ia pun
bertanya apa yang mendasari munculnya cinta sejati. Raden Sadewa menjawab,
cinta sejati tumbuh dari lubuk hati, bukan karena harta, juga bukan karena
rupa. Seperti dalam syair berbunyi “gagaraning wong akrami, dudu bandha, dudu
rupa, amung hati pawitane,” begitulah datangnya cinta sejati. Adakalanya terhadap
seseorang yang wajahnya biasa-biasa saja, bahkan tubuhnya tidak sempurna, namun
entah mengapa tumbuh cinta kepada orang itu. Ada istilah, “Bukan cantik yang
membuat orang jatuh cinta, tetapi cinta yang membuat sang kekasih terlihat
cantik.” Demikianlah, makna cinta sejati menurut Raden Sadewa.
Dewi Rasawulan semakin penasaran,
mengapa seseorang bisa jatuh cinta terhadap kekasihnya yang tidak tampan, tidak
cantik, juga tidak kaya. Apa mungkin cinta bisa tumbuh begitu saja tanpa sebab?
Apa mungkin cinta bisa tumbuh begitu saja tanpa alasan? Apa mungkin di dunia
ini ada akibat tanpa didahului sebab?
Prabu Rasadewa dan Raden
Nakula merasa pertanyaan Dewi Rasawulan kali ini sangat sulit dijawab. Mereka
berdua merasa sayang apabila Raden Sadewa sampai gagal di tahap ini. Namun, Raden
Sadewa tampak tenang dan menjawab, segala sesuatu di dunia ini terikat hukum
sebab-akibat. Ada akibat, pasti ada sebab. Cinta sejati yang tumbuh dalam hati
pun ada sebabnya, tidak mungkin tumbuh begitu saja tanpa sebab.
Dewi Rasawulan bingung atas
jawaban ini, karena di awal tadi Raden Sadewa berkata bahwa cinta sejati bukan
disebabkan karena wajah cantik ataupun harta melimpah, tetapi karena tumbuh
karena dorongan hati. Namun, mengapa kini Raden Sadewa berkata bahwa cinta
sejati pun datang karena sebab? Bukankah ini namanya mengingkari ucapan sendiri?
Raden Sadewa menjawab, setiap
manusia ditakdirkan memiliki pasangan jiwa. Sebelum manusia dilahirkan ke dunia,
setiap roh sudah ditentukan pasangannya. Namun, ketika sudah berada di dunia, manusia
diberi kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya. Yang sering terjadi ialah, manusia
lebih menuruti hawa nafsu daripada mengikuti bisikan hati nurani. Adakalanya
manusia mati-matian mengejar lawan jenis yang bukan pasangan jiwanya, hanya
karena tertarik pada paras yang cantik ataupun harta yang melimpah. Meskipun
pasangan jiwa sudah ditentukan di alam roh, namun ketika hidup di dunia,
manusia diberi kebebasan untuk memilih, apakah memilih menuruti hawa nafsu,
ataukah memilih mengikuti hati nurani. Semakin manusia mengumbar hawa nafsu,
maka semakin sulit pula baginya untuk mendengar suara kalbu.
Dewi Rasawulan bertanya apa
sekarang ini masih ada orang yang bisa mendengar suara kalbunya. Raden Sadewa
menjawab ada, contohnya adalah Dewi Rasawulan sendiri. Sejak awal Dewi Rasawulan
sudah tahu kalau Raden Sadewa adalah pasangan jiwanya, namun tetap mengajukan
syarat harus bisa memenangkan sayembara terlebih dahulu, demi membuktikan apakah
benar laki-laki ini adalah jodoh pilihan Tuhan untuknya atau bukan.
Seketika tubuh Dewi Rasawulan
gemetar karena Raden Sadewa dapat menebak isi hatinya. Memang sejak awal ia
sudah terkesan kepada pangeran tersebut. Raden Nakula dan Raden Sadewa kembar sama
persis, tetapi pandangan Dewi Rasawulan selalu tertuju pada Raden Sadewa saja.
Meskipun Raden Nakula berdandan rapi dan lebih menjaga penampilan, namun hati
nurani Dewi Rasawulan selalu berbisik bahwa Raden Sadewa adalah jodoh
sejatinya. Bahkan, sebelum Raden Nakula mengutarakan maksud kedatangan mereka,
bahwa Raden Sadewa yang akan mengikuti sayembara, Dewi Rasawulan sudah lebih
dulu dapat menebak hal itu.
Prabu Rasadewa melihat Dewi
Rasawulan tersipu malu, dan ia pun paham bahwa putrinya itu telah menentukan
pilihan. Maka, ia segera menetapkan Raden Sadewa sebagai pemenang sayembara dan
diumumkan sebagai calon menantunya.
Raden Sadewa. |
RADEN INDRAKERATA HENDAK MEREBUT DEWI RASAWULAN
Raden Nakula mengucapkan
selamat atas keberhasilan adiknya dalam memenangkan sayembara. Raden Sadewa
sendiri merasa segan, karena dirinya lebih muda tetapi lebih dulu mendapatkan
jodoh dibanding sang kakak. Raden Nakula menjawab dirinya sama sekali tidak iri
pada keberhasilan Raden Sadewa. Justru ia sangat senang karena adiknya itu mendapatkan
jodoh terbaik, yaitu bertemu dengan pasangan jiwa sejati.
Prabu Rasadewa senang melihat
ketulusan hati Raden Nakula. Andai saja ia memiliki seorang anak perempuan
lagi, pasti dijodohkan dengan saudara kembar Raden Sadewa tersebut. Kyai Semar
teringat pesan Batara Aswan dan Batara Aswin. Maka, ia pun berbisik kepada
Raden Sadewa, semoga Raden Nakula tetap tulus ikhlas selamanya, maka jodohnya
sebentar lagi akan datang.
Tidak lama kemudian datanglah
Raden Indrakerata bersama Dewi Suyati menghadap Prabu Rasadewa. Raden
Indrakerata mohon izin mengikuti sayembara, namun Prabu Rasadewa berkata bahwa
sayembara sudah ditutup dan putrinya sudah menentukan pilihan. Raden
Indrakerata kecewa apalagi melihat Raden Sadewa si pemenang sayembara ternyata
berbadan kecil, tidak lebih gagah daripada dirinya.
Raden Indrakerata pun
menantang Raden Sadewa untuk bertanding secara jantan. Ia menyindir Raden
Sadewa adalah laki-laki, maka harus bisa menunjukkan kejantanan, jangan hanya
pandai bicara merayu perempuan saja. Raden Nakula tidak ingin kebahagiaan
adiknya terganggu. Ia pun maju mewakili Raden Sadewa untuk bertarung dengan Raden
Indrakerata. Raden Sadewa keberatan karena tantangan tersebut ditujukan kepada
dirinya. Namun, Raden Nakula tetap maju ke depan, karena ia sudah berjanji
kepada Batara Aswan dan Batara Aswin menjadi pengawal Raden Sadewa.
Raden Nakula lalu menjawab
tantangan Raden Indrakerata bahwa dirinya yang akan bertanding mewakili sang
adik. Ia berkata bahwa Raden Sadewa jauh lebih sakti daripada dirinya, sehingga
tidak perlu repot-repot turun tangan hanya untuk melawan manusia sombong macam
Raden Indrakerata.
Raden Indrakerata tersinggung
dan menarik Raden Nakula keluar istana. Keduanya lalu bertarung di halaman.
Raden Nakula sudah bersumpah akan selalu melindungi adiknya sehingga ia pun bertanding
sekuat tenaga. Karena sudah diniatkan demikian, kekuatannya menjadi berlipat
ganda. Raden Indrakerata akhirnya terdesak dan roboh di tanah. Melihat kakaknya
kalah, Dewi Suyati segera maju untuk memohon kepada Raden Nakula agar
mengampuni nyawa Raden Indrakerata.
Ketika mata Raden Nakula dan
Dewi Suyati saling berpandangan, tiba-tiba hati masing-masing terasa bergetar.
Raden Indrakerata pun menyadari hal itu. Perasaannya kepada Raden Nakula
seketika berubah menjadi persaudaraan. Ia lalu berkata bahwa dirinya akan
sangat bahagia apabila Raden Nakula berjodoh dengan Dewi Suyati. Mendengar
kakaknya berterus terang, Dewi Suyati tersipu malu, sedangkan Raden Nakula
mengangguk setuju.
Raden Sadewa datang mendekat dan
memeluk Raden Nakula. Ia mengatakan bahwa kakaknya itu telah lulus ujian sehingga
dapat bertemu jodoh sejati, yaitu Dewi Suyati. Hal ini sesuai dengan apa yang
tadi disampaikan oleh Batara Aswan dan Batara Aswin. Raden Sadewa pun bersumpah
semoga kelak ganti anaknya yang selalu melayani anak Raden Nakula.
Demikianlah, suasana
permusuhan kini berubah menjadi persaudaraan. Raden Indrakerata mohon pamit
pulang lebih dulu ke Kerajaan Awu-awulangit untuk menyampaikan hal ini kepada
sang ayah, yaitu Prabu Kridamarkata agar mempersiapkan upacara pernikahan bagi Raden
Nakula dengan Dewi Suyati.
Raden Nakula. |
ARYA WREKODARA MENGUSIR PARA KURAWA DARI KERAJAAN SELAMIRAH
Sementara itu, Patih Sangkuni
dan para Kurawa masih berkemah di luar ibu kota Kerajaan Selamirah. Begitu mendengar
sayembara Dewi Rasawulan dimenangkan oleh Raden Sadewa, seketika para Kurawa
menjadi gempar. Andai saja yang memenangkan adalah orang lain, mungkin mereka
tidak terlalu peduli. Namun, karena yang menang adalah anggota Pandawa, mereka
menjadi marah besar. Arya Dursasana pun mengajak adik-adiknya menggempur
Kerajaan Selamirah, merebut Dewi Rasawulan.
Kedatangan para Kurawa
bersamaan dengan datangnya rombongan Prabu Kresna dan Prabu Puntadewa. Arya
Wrekodara, Arya Setyaki, dan Raden Gatutkaca segera tampil menghadang Arya
Dursasana dan para saudara. Pertempuran berlangsung singkat, di mana para
Kurawa berhamburan karena diterjang tiga kesatria tersebut.
Setelah keadaan tenang
kembali, Prabu Kresna dan Prabu Puntadewa mengucapkan selamat kepada Raden Nakula
dan Raden Sadewa atas keberhasilan mereka menemukan jodoh yang sejati. Prabu
Rasadewa pun menyambut kedua raja tersebut, lalu mengadakan perjamuan dan pesta
syukuran atas terselesaikannya sayembara Dewi Rasawulan ini.
Arya Wrekodara. |
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
CATATAN : Kisah pernikahan Raden Nakula dan Raden Sadewa sebenarnya
adalah dua lakon yang berbeda. Saya sengaja menggabungkan kedua lakon tersebut
menjadi satu judul untuk lebih mendramatisasi cerita, terutama untuk
mengisahkan kedekatan hubungan antara Raden Nakula dan Raden Sadewa.
Untuk kisah kelahiran Raden Nakula dan Raden Sadewa dapat dibaca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar