Kisah ini menceritakan tentang perkawinan antara Raden Bratalaras putra
Raden Arjuna dengan Dewi Karnawati putri Adipati Karna.
Kisah ini saya olah dan saya kembangkan dari sumber tulisan di forum
Kaskus, dengan sedikit pengembangan seperlunya.
Kediri, 10 Februari 2018
Heri Purwanto
Untuk daftar judul lakon wayang lainnya, klik di sini
Raden Bratalaras |
------------------------------
ooo ------------------------------
RADEN BRATALARAS INGIN MENIKAH DENGAN DEWI KARNAWATI
Di Kesatrian Madukara, Raden
Arjuna dihadap putranya yang lahir dari Niken Larasati, yaitu Raden Bratalaras.
Hadir pula para panakawan, yaitu Kyai Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong.
Dalam penghadapan itu, Raden Bratalaras menyampaikan keinginannya kepada sang
ayah, yaitu ia ingin menikah dengan putri bungsu Adipati Karna di Awangga, yang
bernama Dewi Karnawati.
Raden Arjuna terkejut
mendengar itu. Seketika ia langsung menolak mentah-mentah keinginan putranya. Menurut
pendapatnya, Raden Bratalaras boleh menikah dengan siapa saja, tetapi jangan
dengan anak Adipati Karna. Alasannya ialah, Adipati Karna selaku kakak tertua para
Pandawa justru lebih suka berdiri di pihak musuh, yaitu bersahabat dengan para
Kurawa. Yang kedua, Raden Arjuna masih sakit hati pada peristiwa beberapa bulan
yang lalu, yaitu putranya yang bernama Bambang Danasalira dibunuh tanpa
pengadilan oleh Adipati Karna. Meskipun Bambang Danasalira telah dihidupkan
kembali oleh Resi Anoman, namun sakit hati Raden Arjuna sampai sekarang belum sirna.
Raden Bratalaras sangat kecewa
keinginannya ditolak sang ayah. Kyai Semar selaku pamong pun menyela ikut
bicara. Ia bertanya apakah Raden Bratalaras dan Dewi Karnawati saling
mencintai. Raden Bratalaras menjawab ya. Ia bercerita bahwa dirinya pertama
kali berkenalan dengan Dewi Karnawati adalah pada saat menghadiri perkawinan
Raden Warsakusuma dengan Dewi Lesmanawati beberapa bulan lalu. Waktu itu Raden
Bratalaras berniat menyusul para Pandawa ke Awangga. Tak disangka Raden Arjuna
ternyata sudah pulang lebih dulu bersama Raden Gatutkaca dan Bambang
Danasalira. Raden Bratalaras hanya bertemu Dewi Kunti, Prabu Puntadewa, Arya
Wrekodara, dan Raden Antareja di sana. Namun demikian, ada hikmah lain dari
kehadirannya, yaitu ia bisa berkenalan dengan Dewi Karnawati, putri bungsu Adipati
Karna.
Perkenalan itu pun berlanjut
dengan hubungan asmara di mana Raden Bratalaras dan Dewi Karnawati sama-sama
saling mencintai. Sudah beberapa kali Raden Bratalaras diam-diam pergi ke
Kadipaten Awangga untuk menemui kekasihnya. Untung saja pertemuan itu tidak
sampai ketahuan Adipati Karna ataupun putra-putranya.
Raden Arjuna justru semakin marah
mendengar cerita itu. Ia menyatakan tidak sudi berbesan dengan Adipati Karna.
Ia juga melarang keras Raden Bratalaras untuk pergi lagi ke Kadipaten Awangga.
Kyai Semar menasihati Raden Arjuna agar jangan terbawa amarah. Janganlah hanya
karena sakit hati lantas mengorbankan perasaan anak. Apabila Raden Bratalaras
dan Dewi Karnawati memang benar saling mencintai, maka lebih baik mereka
disatukan dalam perkawinan, bukannya malah dipisahkan.
Raden Arjuna tetap kukuh tidak
sudi merestui niat Raden Bratalaras. Kyai Semar pun bertanya, apakah Raden
Bratalaras tetap ingin menikah dengan Dewi Karnawati? Raden Bratalaras
mengangguk. Raden Arjuna marah dan mengusir Raden Bratalaras pergi dari
Kesatrian Madukara. Kyai Semar dengan tegas menyatakan Raden Bratalaras berada
dalam perlindungannya. Mereka pun pergi semua meninggalkan Raden Arjuna.
Raden Arjuna. |
PRABU BALADEWA DAN PETRUK MELAMAR DEWI KARNAWATI
Di Kadipaten Awangga, Adipati
Karna duduk dihadap kedua putranya, yaitu Raden Warsasena dan Raden
Warsakusuma, serta Patih Adimanggala, Arya Druwa, dan Arya Jayarata. Tidak lama
kemudian datanglah rombongan dari Kerajaan Hastina yang dipimpin Prabu
Baladewa, Danghyang Druna, dan Patih Sangkuni. Adipati Karna pun menyambut
mereka dengan penuh penghormatan.
Prabu Baladewa mengatakan
bahwa dirinya datang mewakili Prabu Duryudana untuk meminang Dewi Karnawati
sebagai istri Raden Lesmana Mandrakumara. Beberapa bulan yang lalu Dewi Lesmanawati
dan Raden Warsakusuma sudah dinikahkan. Hubungan persaudaraan antara Adipati
Karna dengan Prabu Duryudana tentu akan lebih erat lagi apabila Raden Lesmana
pun dinikahkan dengan Dewi Karnawati.
Belum sempat Adipati Karna
menjawab, tiba-tiba datang panakawan Petruk membawa hasil bumi berupa palawija
dan buah-buahan. Petruk pun menyembah hormat kepada tuan rumah dan para tamu,
kemudian menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin meminang Dewi Karnawati
sebagai calon istri Raden Bratalaras. Prabu Baladewa marah-marah mendengar itu.
Ia berkata bahwa Dewi Karnawati sudah menjadi calon istri Raden Lesmana
Mandrakumara, maka sebaiknya Petruk pulang saja. Raden Bratalaras suruh saja
mencari istri yang lain.
Petruk balik bertanya apakah
Adipati Karna sudah mengabulkan lamaran pihak Kerajaan Hastina. Prabu Baladewa
menjawab belum, tetapi ia tahu Adipati Karna pasti akan menerima pinangan dari
Prabu Duryudana, yang merupakan sahabat karibnya dan juga sesama menantu Prabu
Salya. Petruk berkata, tidak ada jaminan Adipati Karna pasti menerima. Yang
hendak menjalani rumah tangga bukan Adipati Karna dan Prabu Baladewa, tetapi
Dewi Karnawati. Karena keputusan belum diambil, maka sebaiknya Adipati Karna
memanggil Dewi Karnawati saja untuk disuruh memilih antara Raden Lesmana
Mandrakumara, ataukah Raden Bratalaras?
Prabu Baladewa marah-marah ada
hak apa Petruk berani memerintah Adipati Karna. Petruk balik bertanya ada hak
apa Prabu Baladewa berani marah-marah di Kadipaten Awangga. Prabu Baladewa
menjawab dirinya adalah raja, maka berhak memarahi rakyat jelata semacam
Petruk. Petruk pun membela diri. Prabu Baladewa memang raja tetapi jika berada
di Kerajaan Mandura. Petruk memang rakyat jelata apabila berada di Kerajaan
Amarta. Namun, apabila berada di Kadipaten Awangga, maka kedudukan mereka
sama-sama menjadi tamu yang diutus untuk melamar putri sang tuan rumah.
Prabu Baladewa semakin marah
karena derajatnya disamakan dengan Petruk. Ia pun kehilangan kesabaran dan
menarik tubuh Petruk keluar istana.
Danghyang Druna dan Patih
Sangkuni hanya tertawa melihat ulah Prabu Baladewa yang terbawa amarah hanya demi
melayani Petruk. Mereka lalu bertanya kepada Adipati Karna apakah lamaran Prabu
Duryudana bisa diterima. Adipati Karna menjawab belum bisa. Meskipun dirinya
bersahabat akrab dengan Prabu Duryudana, namun urusan pernikahan harus meminta
kesediaan putrinya terlebih dulu. Yang kedua, Adipati Karna hanya bisa menjawab
lamaran kepada Prabu Baladewa, karena dialah yang diutus Prabu Duryudana, bukan
kepada Danghyang Druna dan Patih Sangkuni.
Danghyang Druna dan Patih
Sangkuni tersinggung mendengarnya. Mereka pun segera keluar menyusul Prabu
Baladewa. Adipati Karna lalu memerintahkan Raden Warsasena dan Raden
Warsakusuma untuk bersiaga apabila terjadi keributan, sedangkan dirinya masuk
ke dalam untuk menanyai Dewi Karnawati.
Adipati Karna. |
DEWI KARNAWATI MENGADAKAN SAYEMBARA
Sementara itu di halaman
kadipaten, para Kurawa melihat Prabu Baladewa berselisih dengan Petruk. Mereka
segera ikut mengepung si panakawan. Tiba-tiba muncul pula putra-putra Arya
Wrekodara, yaitu Raden Antareja, Raden Gatutkaca, dan Raden Antasena. Rupanya mereka
bertiga mendapat tugas dari Kyai Semar untuk menjaga Petruk.
Maka, terjadilah perkelahian
antara para Kurawa melawan ketiga pemuda itu. Putra-putra Arya Wrekodara tersebut
bukanlah pemuda sembarangan. Jelas para Kurawa tidak akan mampu mengalahkan
mereka. Melihat itu, Prabu Baladewa pun maju dan mengamuk. Raden Antareja dan
Raden Gatutkaca mundur karena merasa segan kepada sang uwak. Tinggal Raden
Antasena yang berdiri mencegat Prabu Baladewa. Namun demikian, Raden Antasena
sama sekali tidak membalas sewaktu Prabu Baladewa memukuli dirinya. Sebaliknya,
Prabu Baladewa justru merasa tangannya sakit sendiri karena memukuli pemuda
itu.
Adipati Karna akhirnya muncul
melerai kedua pihak yang sedang bertempur. Di sampingnya tampak seorang gadis
cantik, yang tidak lain adalah Dewi Karnawati. Prabu Baladewa dan Petruk
sama-sama bertanya, siapa di antara mereka yang diterima pinangannya. Adipati
Karna pun bercerita bahwa ia baru saja bertanya kepada putrinya, siapa yang
akan dipilih. Dewi Karnawati merasa bimbang. Di satu sisi, ia lebih mencintai
Raden Bratalaras, namun di sisi lain ia merasa tidak enak dengan keluarga Prabu
Duryudana yang selama ini selalu baik kepadanya.
Oleh sebab itu, Dewi Karnawati
pun memutuskan untuk mengambil jalan tengah, yaitu mengadakan sayembara. Patih
Sangkuni menyindir ada anak seorang adipati berlagak seperti putri raja besar,
mengadakan sayembara segala. Petruk balas menyindir Patih Sangkuni bahwa pihak
Kurawa itu sudah berkali-kali kalah sayembara, sehingga kini mudah gentar kalau
mendengar kata “sayembara”. Patih Sangkuni terdiam tidak bicara lagi.
Prabu Baladewa bertanya, apa
kiranya isi sayembara tersebut. Dewi Karnawati dengan malu-malu menjawab, ia
sudah lama kagum mendengar kisah tentang tajamnya Kuku Pancanaka milik sang
paman, yaitu Arya Wrekodara. Oleh sebab itu, ia pun ingin saat menikah nanti,
rambut sinomnya di dahi dicukur dan dirapikan memakai kuku pusaka tersebut.
Prabu Baladewa dan Petruk
sama-sama menyanggupi. Mereka segera mohon pamit kembali ke kubu masing-masing.
Prabu Baladewa. |
ARYA WREKODARA MENYANGGUPI PERMINTAAN PRABU BALADEWA
Di Kesatrian Jodipati, Arya
Wrekodara duduk dihadap Patih Gagakbaka dan Patih Dandangminangsi. Tiba-tiba
datang Prabu Baladewa, Danghyang Druna, dan Patih Sangkuni. Setelah saling
memberi salam dan bertanya kabar, Prabu Baladewa pun menyampaikan maksud dan
tujuannya, yaitu ingin meminta pertolongan Arya Wrekodara.
Arya Wrekodara bersedia
membantu asalkan dirinya sanggup. Prabu Baladewa pun bercerita bahwa dirinya
mewakili Prabu Duryudana melamar Dewi Karnawati sebagai calon istri Raden
Lesmana Mandrakumara. Arya Wrekodara menjawab, jika ingin melamar Dewi
Karnawati tempatnya di Kadipaten Awangga, bukan di Kesatrian Jodipati. Prabu
Baladewa meminta agar ucapannya jangan dipotong dulu. Ia lalu menceritakan
semuanya bahwa Petruk juga datang melamar, yaitu mewakili Raden Bratalaras.
Karena bingung memilih, Dewi Karnawati akhirnya mengadakan sayembara ingin dirapikan
rambut sinomnya menggunakan Kuku Pancanaka.
Arya Wrekodara merasa
keberatan jika dirinya harus mencukur rambut sinom Dewi Karnawati. Ia merasa
sebagai kesatria petarung, bukannya tukang cukur. Prabu Baladewa berusaha
membujuk Arya Wrekodara, namun sepupunya itu bersikukuh menolak.
Danghyang Druna ikut bicara.
Ia berusaha membujuk Arya Wrekodara agar bersedia menjadi perias Dewi
Karnawati. Arya Wrekodara tetap saja keberatan. Patih Sangkuni pun
menyindirnya. Jelas-jelas Arya Wrekodara pernah menjadi murid Danghyang Druna
dan Prabu Baladewa, namun kini berani menolak perintah kedua gurunya tersebut. Padahal,
kedudukan guru sama seperti orangtua. Melanggar perintah guru itu sama saja
melanggar perintah ayah dan ibu.
Arya Wrekodara termakan ucapan
Patih Sangkuni. Setelah diam sejenak, ia akhirnya menyatakan setuju menjadi
tukang rias pengantin wanita. Prabu Baladewa dan Danghyang Druna pun berterima
kasih kepadanya.
Tiba-tiba datanglah Raden
Bratalaras dan Raden Gatutkaca. Keduanya menyembah Arya Wrekodara dan
menyampaikan maksud ingin meminta bantuan untuk merias Dewi Karnawati. Patih
Sangkuni menyela, bahwa sudah terlambat mereka datang karena Arya Wrekodara
sudah menyatakan bersedia membantu pihak Raden Lesmana Mandrakumara. Selain
itu, Arya Wrekodara juga belum tentu bersedia mengabulkan permintaan anak-anak
macam mereka. Lain halnya jika yang meminta adalah Danghyang Druna dan Prabu
Baladewa yang merupakan kedua gurunya, sudah tentu Arya Wrekodara tidak akan menolak.
Raden Gatutkaca bertanya
kepada ayahnya apakah benar demikian. Arya Wrekodara menjawab benar, bahwa
dirinya sudah terlanjur menyanggupi permintaan Prabu Baladewa dan Danghyang
Druna. Ia pun menyarankan agar Raden Bratalaras mencari calon istri yang lain
saja. Usai berkata demikian, Arya Wrekodara lalu ikut rombongan Prabu Baladewa menuju
Kerajaan Hastina.
Arya Wrekodara. |
BAMBANG WISANGGENI MUNCUL MEMBANTU RADEN BRATALARAS
Setelah orang-orang itu pergi,
Raden Bratalaras jatuh terduduk di lantai. Ia merasa putus asa karena gagal
menikah dengan kekasihnya. Raden Gatutkaca berusaha menghibur adik sepupunya
itu namun tidak berhasil. Raden Bratalaras sudah kehilangan semangat untuk
memperjuangkan cintanya.
Raden Antareja dan Raden
Antasena ikut masuk dan bertanya apa yang terjadi. Raden Gatutkaca menjelaskan
semuanya, bahwa ayah mereka sudah terlanjur mengabulkan permintaan Prabu
Baladewa dan Danghyang Druna. Itulah sebabnya kini Raden Bratalaras merasa
putus asa dan kehilangan semangat.
Raden Antareja berniat
mengejar rombongan Kerajaan Hastina dan merebut ayahnya. Raden Antasena berkata
itu rencana konyol karena ayah mereka bukanlah benda yang bisa direbut ke sana
kemari. Raden Antareja balas bertanya bagaimana caranya membantu kesulitan
Raden Bratalaras. Raden Antasena menjawab tidak tahu, tetapi sepupunya yang sangat
cerdas pasti tahu. Usai berkata demikian, ia lalu mengheningkan cipta
mengerahkan Aji Pameling sambil menyebut nama Bambang Wisanggeni (putra Raden Arjuna dengan Dewi Dresanala).
Seketika Bambang Wisanggeni
pun hadir di hadapan mereka. Setelah saling memberi salam, Raden Antasena menceritakan
semuanya dari awal hingga akhir. Bambang Wisanggeni berkata kalau begitu hal
ini tidak bisa ditunda-tunda lagi. Ia menyarankan agar saudara-saudaranya itu
segera kembali ke Desa Karangkadempel untuk mempersiapkan pernikahan Raden
Bratalaras, sedangkan dirinya akan menghadirkan Resi Anoman ke sana.
Raden Antareja bertanya ada urusan
apa Resi Anoman dihadirkan? Bambang Wisanggeni menjawab nanti juga mereka akan
tahu. Ia lalu mengheningkan cipta dan mengerahkan Aji Pameling, sambil mengubah
suaranya menjadi mirip suara Kyai Semar untuk memanggil Resi Anoman agar segera
datang ke Desa Karangkadempel.
Usai melakukan itu, Bambang
Wisanggeni pun mengajak yang lain untuk segera menuju ke tempat Kyai Semar.
Raden Antasena. |
PETRUK DIDANDANI MENJADI ARYA WREKODARA
Di Desa Karangkadempel, Kyai Semar
dihadap Nala Gareng dan Bagong. Tidak lama kemudian Petruk datang melaporkan
apa yang ia alami di Kadipaten Awangga. Bahwasanya pinangan Raden Bratalaras
belum dapat diterima karena Raden Lesmana Mandrakumara juga mengajukan lamaran
terhadap Dewi Karnawati. Oleh sebab itu, Dewi Karnawati pun mengadakan
sayembara, barangsiapa bisa menghadirkan Arya Wrekodara untuk mencukur rambut
sinom Dewi Karnawati menggunakan Kuku Pancanaka, maka dialah yang akan menjadi
menantu Adipati Karna. Raden Bratalaras bersama ketiga sepupunya segera melaju ke
Kesatrian Jodipati, sedangkan Petruk pulang melapor ke Karangkadempel.
Tiba-tiba Resi Anoman datang
menghadap Kyai Semar. Setelah memberi salam, ia bertanya ada keperluan apa Kyai
Semar memanggil dirinya. Kyai Semar tidak merasa mengerahkan Aji Pameling. Resi
Anoman menduga pasti ada yang main-main dengannya. Kyai Semar memintanya
bersabar dulu karena ia mempunyai firasat bahwa orang itu sebentar lagi akan
datang.
Benar juga ucapan Kyai Semar.
Tidak lama kemudian Bambang Wisanggeni datang beserta rombongan Raden
Bratalaras. Ia mengaku dirinya memang telah mengerahkan Aji Pameling dengan
pura-pura menirukan suara Kyai Semar. Ia tahu bahwa meskipun Resi Anoman
seorang pendeta, namun sejak dulu sangat menghormati Kyai Semar yang penjelmaan
dewa. Jika Bambang Wisanggeni menggunakan suara asli, belum tentu Resi Anoman
bersedia datang. Tetapi jika menggunakan suara Kyai Semar, sudah pasti pendeta
wanara itu bergegas datang.
Resi Anoman bertanya ada perlu
apa Bambang Wisanggeni mendatangkan dirinya dengan meniru suara Kyai Semar
segala. Bambang Wisanggeni pun menceritakan apa yang dialami Raden Bratalaras,
yaitu hendak menikah dengan Dewi Karnawati di mana si pengantin wanita
mengajukan syarat ingin dicukur rambut sinomnya oleh Arya Wrekodara menggunakan
Kuku Pancanaka. Akan tetapi, Arya Wrekodara sudah terlanjur mengabulkan
permintaan untuk membantu pihak Raden Lesmana Mandrakumara. Itulah sebabnya,
Bambang Wisanggeni menghadirkan Resi Anoman adalah untuk meminjam Kuku
Pancanaka. Kuku tersebut akan dipasangnya di tangan Petruk yang akan didandani
sebagai Arya Wrekodara palsu.
Resi Anoman terkejut mendengar
rencana Bambang Wisanggeni yang aneh itu. Akan tetapi, meskipun sudah menjadi
pendeta tetap saja sifat dasarnya adalah kera. Sebagai kera, Resi Anoman
memiliki watak nakal dan suka iseng. Ia penasaran ingin tahu seperti apa cara
Bambang Wisanggeni mengerjai Adipati Karna dan para Kurawa. Maka, Resi Anoman pun
menyatakan sanggup untuk meminjamkan Kuku Pancanaka di jarinya kepada Petruk. Namun
demikian, setelah sehari semalam, kuku tersebut akan kembali sendiri ke jari
Resi Anoman.
Bambang Wisanggeni tidak
keberatan karena waktu 24 jam sudah cukup untuk memenangkan kakaknya (Raden
Bratalaras). Ia lalu memerintahkan Petruk untuk bersiap. Petruk tidak berani
karena takut mendapat marah Arya Wrekodara yang asli. Bambang Wisanggeni
berjanji dirinya yang akan bertanggung jawab soal ini. Petruk akhirnya
bersedia. Bambang Wisanggeni pun mengerahkan kesaktiannya dan mengubah wujud
Petruk menjadi sama persis dengan Arya Wrekodara. Resi Anoman lalu mengheningkan
cipta pula dan Kuku Pancanaka di jarinya seketika berpindah ke tangan Arya
Wrekodara palsu tersebut.
Setelah semuanya selesai,
Bambang Wisanggeni meminta Kyai Semar untuk segera mengiringkan Raden
Bratalaras sebagai pengantin, sedangkan dirinya akan berusaha mengganggu
perjalanan rombongan Kerajaan Hastina agar mereka terlambat datang di Kadipaten Awangga. Raden Bratalaras sangat berterima kasih
kepada Bambang Wisanggeni, adiknya lain ibu tersebut. Bambang Wisanggeni
menjawab tidak perlu seperti itu karena sesama saudara wajib untuk saling membantu.
Petruk. |
BAMBANG WISANGGENI MENGGANGGU ROMBONGAN KERAJAAN HASTINA
Sementara itu, Prabu Baladewa,
Danghyang Druna, Patih Sangkuni, dan Arya Wrekodara telah sampai di Kerajaan
Hastina. Prabu Duryudana menyambut mereka dengan gembira. Ia lalu mengajak
mereka semua untuk langsung bergerak menuju Kadipaten Awangga, mengiringkan
calon pengantin Raden Lesmana Mandrakumara.
Bambang Wisanggeni yang
berniat menghambat perjalanan mereka segera mengubah wujud menjadi raksasa
tinggi besar, dengan memakai nama Ditya Waharu. Ia menghadang rombongan dari
Kerajaan Hastina tersebut di tengah jalan. Para Kurawa beramai-ramai maju mengeroyoknya,
namun semuanya dibuat kalang kabut oleh Ditya Waharu. Arya Wrekodara ikut maju
menghadapinya. Namun, dengan lincah raksasa itu berhasil menghindar dan menculik
Raden Lesmana.
Raden Lesmana meraung-raung
minta tolong. Arya Wrekodara segera mengejar raksasa itu. Rombongan pengantin
dari Kerajaan Hastina menjadi kacau balau. Ditya Waharu merasa sudah cukup
menghambat laju mereka. Ia pun meletakkan tubuh Raden Lesmana dan mengikatnya
di sebatang pohon besar, kemudian pergi sendiri. Jika ia mau, ia bisa
menyembunyikan Raden Lesmana untuk selamanya. Namun, biarlah sepupunya itu
mudah ditemukan agar rombongan Prabu Duryudana tetap berangkat ke Kadipaten
Awangga untuk menyaksikan Raden Bratalaras dan Dewi Karnawati duduk di
pelaminan. Itu lebih seru.
Arya Wrekodara akhirnya berhasil
menemukan Raden Lesmana dan membebaskannya. Ia lalu membawa keponakannya itu kembali
ke tempat Prabu Duryudana menunggu.
Raden Lesmana Mandrakumara. |
ADIPATI KARNA MENERIMA RADEN BRATALARAS
Di Kadipaten Awangga, Adipati
Karna beserta keluarga menerima kedatangan Kyai Semar yang memimpin rombongan
pengantin pria, Raden Bratalaras. Setelah saling mengucapkan salam, Kyai Semar
lalu meminta Arya Wrekodara (palsu) untuk mulai mencukur rambut sinom di dahi
Dewi Karnawati.
Arya Wrekodara pun maju dan
meminta izin kepada Adipati Karna. Setelah mendapatkan izin, ia mulai bekerja.
Dengan teliti dan seksama, ia mencukur rambut sinom di dahi Dewi Karnawati.
Setelah selesai, ia pun menyerahkan kembali gadis tersebut kepada Adipati
Karna.
Adipati Karna melihat wajah putrinya
berseri-seri sangat bahagia. Ia pun ikut merasa senang dan mengumumkan bahwa
pemenang sayembara adalah Raden Bratalaras. Dengan demikian, Raden Bratalaras
hari ini juga bisa menikah dengan Dewi Karnawati.
Kyai Semar. |
ARYA WREKODARA MENGEJAR KEMBARAN PALSUNYA
Ketika Raden Bratalaras dan
Dewi Karnawati duduk bersanding di pelaminan sebagai sepasang pengantin,
tiba-tiba datang rombongan pengantin dari Kerajaan Hastina. Raden Lesmana
menangis merengek-rengek melihat calon istrinya lagi-lagi bersanding dengan
pria lain. Prabu Duryudana pun marah-marah menuduh Adipati Karna mengingkari
janji. Adipati Karna merasa tidak bersalah karena jelas-jelas tadi putrinya
telah dirias oleh Arya Wrekodara menggunakan Kuku Pancanaka. Itu artinya, pihak
Raden Bratalaras yang memenangkan sayembara.
Arya Wrekodara maju dan
bertanya siapa yang berani memalsukan dirinya. Kyai Semar menjawab bahwa tidak
ada yang memalsukannya, justru dia sendiri yang palsu. Arya Wrekodara marah dan
menyerang Arya Wrekodara palsu yang berdiri di belakang Kyai Semar. Arya
Wrekodara palsu berniat melawan, tetapi Kuku Pancanaka di jarinya tiba-tiba
lepas dan melayang sendiri menuju ke arah Resi Anoman yang menunggu di
persembunyian. Rupanya waktu 24 jam sudah habis.
Arya Wrekodara palsu yang
diperankan Petruk itu pun ketakutan dan berusaha kabur. Ia berteriak menagih
janji Bambang Wisanggeni yang berjanji akan melindunginya. Bambang Wisanggeni tiba-tiba
muncul dan segera mengembalikan wujud Arya Wrekodara palsu menjadi Petruk. Arya
Wrekodara asli datang dan kehilangan jejak. Ia bingung mencari ke mana
hilangnya Arya Wrekodara palsu. Yang ia lihat hanyalah Bambang Wisanggeni dan
Petruk serius bermain catur.
Arya Wrekodara marah merasa
dipermainkan. Ia pun melampiaskan kemarahannya kepada sang pengantin berdua. Raden
Bratalaras dan Dewi Karnawati segera turun dari pelaminan dan berlutut di
hadapan Arya Wrekodara. Raden Bratalaras berkata dirinya siap dibunuh apabila
itu bisa meredakan kemarahan sang uwak. Dewi Karnawati pun ikut suaminya,
sehidup semati mereka bersama.
Tiba-tiba Raden Arjuna datang di
tempat itu. Ia segera menyuruh kedua pengantin untuk bangun dan biarlah dirinya
saja yang menggantikan mati. Rupanya Raden Arjuna telah menyesali perbuatannya
yang lebih mementingkan gengsi, hingga mengorbankan kebahagiaan putranya
sendiri. Arya Wrekodara bertanya mengapa adiknya berkata demikian. Raden Arjuna
menjawab dirinya bersalah telah menuruti hawa nafsu, hingga menolak untuk
merestui hubungan Raden Bratalaras dan Dewi Karnawati.
Arya Wrekodara gemetar karena
teringat bahwa dulu percintaannya dengan Dewi Arimbi pun ditentang oleh mendiang
Prabu Arimba. Karena nasibnya dengan Raden Bratalaras sama-sama tidak direstui,
maka ia merasa tidak sepantasnya marah-marah seperti ini. Raden Arjuna pun
disuruhnya bangun kembali. Ia lalu memberikan restu kepada Raden Bratalaras dan
Dewi Karnawati.
Raden Arjuna pun telah bangkit
dan memeluk Raden Bratalaras. Ia meminta maaf atas sikapnya yang kasar dan sama
sekali tidak membantu pernikahan putranya itu. Raden Bratalaras terharu dan
berkata bahwa kedatangan ayahnya pada saat yang genting seperti ini sudah
sangat istimewa baginya.
Resi Anoman. |
ADIPATI KARNA MENOLAK RADEN BRATALARAS
Tiba-tiba Adipati Karna datang
dengan marah-marah karena merasa dipermainkan. Ia menyatakan perkawinan Raden
Bratalaras dan putrinya batal karena yang mencukur rambut sinom Dewi Karnawati
adalah Arya Wrekodara palsu. Dewi Karnawati menolak keputusan sang ayah. Ia
berkata bahwa dirinya dan Raden Bratalaras sama-sama saling mencintai. Apabila
mereka dipaksa harus bercerai, maka lebih baik Dewi Karnawati mati bunuh diri.
Adipati Karna tertegun, merasa
ini adalah balasan dari Yang Mahakuasa karena dulu pernikahannya dengan sang
istri, yaitu Dewi Srutikanti juga tidak mendapat restu dari Prabu Salya. Maka,
ia lalu berkata kepada Dewi Karnawati bahwa putrinya itu boleh melanjutkan
rumah tangga dengan Raden Bratalaras. Namun, apabila kelak Perang Bratayuda
yang ditetapkan para dewa menjadi kenyataan, maka Adipati Karna tidak akan
segan-segan untuk membunuh menantunya sendiri.
Mendengar ancaman itu, Raden
Arjuna membalas perkataan bahwa ia juga tidak akan segan-segan membunuh Adipati
Karna apabila kakaknya itu tetap memihak para Kurawa. Adipati Karna menerima
tantangan tersebut dan segera kembali ke tempat Prabu Duryudana.
Raden Arjuna lalu berterima
kasih kepada Kyai Semar dan Bambang Wisanggeni yang sudah banyak berjasa atas
pernikahan Raden Bratalaras dengan Dewi Karnawati. Ia lalu mengajak mereka
semua untuk mengadakan pesta syukuran di Kesatrian Madukara.
Bambang Wisanggeni. |
------------------------------
TANCEB KAYON ------------------------------
Untuk kisah perkawinan Raden Arjuna dengan Niken Larasati dapat dibaca di sini
Untuk kisah kelahiran Raden Bratalaras dapat dibaca di sini
Untuk kisah pertemuan Arya Wrekodara dengan Dewi Arimbi dapat dibaca di sini
Untuk kisah pertemuan Arya Wrekodara dengan Dewi Arimbi dapat dibaca di sini
visit me
BalasHapusvisit me
visit me
visit me
visit me
Josss
BalasHapus