Kisah ini menceritakan tentang perkawinan Raden Partajumena putra Prabu
Kresna dengan Dewi Kusumadewati putri Raden Arjuna.
Kisah ini saya olah dari sumber balungan naskah Pakem Ringgit Purwa
koleksi Museum Sonobudoyo yang dirangkum oleh Ki Rudy Wiratama, dengan disertai
pengembangan seperlunya.
Kediri, 20 April 2018
Heri Purwanto
Untuk daftar judul lakon wayang lainnya, klik di sini
Raden Partajumena. |
------------------------------
ooo ------------------------------
PRABU KRESNA HENDAK MENIKAHKAN RADEN PARTAJUMENA
Prabu Kresna Wasudewa di
Kerajaan Dwarawati sedang memimpin pertemuan dan menerima kedatangan sang
kakak, yaitu Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura. Dalam pertemuan itu, Prabu
Kresna membahas tentang rencana menikahkan Raden Partajumena dengan Dewi
Kusumadewati, putri Raden Arjuna di Kesatrian Madukara.
Raden Partajumena adalah putra
Prabu Kresna yang lahir dari Dewi Rukmini. Ia jarang tinggal di istana
Dwarawati karena lebih suka berkelana mencari ilmu kesaktian, mirip seperti ayahnya
semasa muda dulu, yaitu saat masih bernama Raden Narayana. Di antara para putra
Prabu Kresna, Raden Partajumena adalah yang paling sakti. Meskipun demikian, ia
sama sekali tidak tertarik untuk memanfaatkan kesaktiannya demi mendapatkan
kedudukan sebagai putra mahkota. Lagipula, Raden Partajumena sangat menghormati
keputusan sang ayah yang telah menetapkan kakaknya, yaitu Raden Samba sebagai
calon raja Dwarawati kelak.
Prabu Kresna merasa sudah
cukup Raden Partajumena berkelana mencari pengalaman. Kini tiba waktunya bagi putranya
itu untuk mengabdikan ilmu demi kepentingan negara. Untuk itu, Prabu Kresna pun
berniat menikahkan Raden Partajumena dengan putri Raden Arjuna yang bernama
Dewi Kusumadewati. Dengan memiliki istri, maka kehidupan Raden Partajumena
diharapkan bisa lebih baik dan lebih dewasa dalam bersikap karena adanya
pendamping hidup.
Prabu Baladewa menyetujui
rencana Prabu Kresna tersebut. Ia pun menawarkan diri untuk menjadi pelamar ke
Kesatrian Madukara. Prabu Kresna berterima kasih dan mengajak Prabu Baladewa
untuk makan bersama terlebih dahulu. Namun, Prabu Baladewa menolak karena
urusan makan bisa dilakukan nanti apabila sudah selesai urusan perjodohan.
Setelah dirasa cukup, Prabu
Baladewa pamit berangkat menuju Kesatrian Madukara di Kerajaan Amarta. Prabu
Kresna pun memerintahkan Arya Setyaki agar ikut menemani perjalanan sang kakak.
PRABU KLANAWASESA INGIN MENIKAHI DEWI KUSUMADEWATI
Tersebutlah seorang raja
bernama Prabu Klanawasesa dari Kerajaan Simbarmanyura. Hari itu ia memanggil
panakawan Kyai Togog dan Bilung Sarahita untuk dimintai keterangan tentang
mimpinya. Semalam Prabu Klanawasesa mimpi bertemu seorang gadis cantik bernama
Dewi Kusumadewati. Gadis itu mengaku sebagai putri Raden Arjuna di Kesatrian
Madukara. Prabu Klanawasesa seketika jatuh cinta kepada gadis dalam mimpinya tersebut,
dan bertanya kepada Kyai Togog di mana letak Kesatrian Madukara.
Kyai Togog pun bercerita bahwa
Kesatrian Madukara berada di wilayah Kerajaan Amarta. Raden Arjuna sendiri
adalah kesatria nomor tiga dari Pandawa Lima yang termasyhur namanya. Jika
gadis bernama Dewi Kusumadewati yang ditemui Prabu Klanawasesa dalam mimpi
berparas cantik, hal itu sangat wajar karena Raden Arjuna sendiri juga terkenal
sebagai manusia paling tampan di muka bumi.
Prabu Klanawasesa semakin
tertarik mendengarnya. Ia pun membulatkan tekad untuk menikahi Dewi
Kusumadewati. Apabila Raden Arjuna tidak mengabulkan lamarannya, maka Kesatrian
Madukara akan ia hancurkan rata dengan tanah. Kyai Togog dan Bilung menasihati
Prabu Klanawasesa agar jangan bertindak gegabah, karena para Pandawa bukanlah
manusia sembarangan. Jika Prabu Klanawasesa hendak mencari perkara dengan Raden
Arjuna, maka itu namanya mencari mati. Prabu Klanawasesa tidak gentar sama
sekali. Ia pun menyiapkan pasukan dan berangkat menuju Kerajaan Amarta.
PASUKAN SIMBARMANYURA BENTROK DENGAN ROMBONGAN DARI DWARAWATI
Prabu Klanawasesa dan
pasukannya telah meninggalkan Kerajaan Simbarmanyura menuju Kesatrian Madukara
di Kerajaan Amarta. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan rombongan dari Kerajaan
Dwarawati, di mana Arya Setyaki berada paling depan. Setelah mengetahui bahwa
tujuan Prabu Klanawasesa hendak melamar Dewi Kusumadewati, Arya Setyaki pun
berusaha menggagalkannya. Maka, terjadilah pertempuran antara kedua rombongan
tersebut.
Meskipun jumlah pasukan
Simbarmanyura lebih banyak, namun Arya Setyaki mampu memporak-porandakan
mereka. Prabu Klanawasesa marah melihat pasukannya diobrak-abrik. Ia pun maju
menyerang Arya Setyaki. Kali ini ganti Arya Setyaki yang terdesak. Melihat itu,
Prabu Baladewa segera turun dari punggung Gajah Puspadenta dan bertarung
menghadapi Prabu Klanawasesa.
Prabu Klanawasesa terdesak
menghadapi serangan Prabu Baladewa yang khas disertai makian menggelegar. Ia
pun memerintahkan pasukannya yang tersisa untuk mundur kembali ke Kerajaan
Simbarmanyura, sedangkan ia sendiri melanjutkan perjalanan menuju Kesatrian
Madukara untuk menculik Dewi Kusumadewati.
DANGHYANG DRUNA MELAMAR DEWI KUSUMADEWATI UNTUK RADEN LESMANA
MANDRAKUMARA
Di Kesatrian Madukara, Raden
Arjuna menerima kedatangan gurunya, yaitu Danghyang Druna yang ditemani Patih
Sangkuni. Keduanya datang atas perintah Prabu Duryudana di Kerajaan Hastina
yang ingin menikahkan putra mahkota Raden Lesmana Mandrakumara dengan Dewi
Kusumadewati. Danghyang Druna berharap Raden Arjuna menerima lamaran tersebut
sehingga para Pandawa dan Kurawa bisa mempererat persaudaraan.
Raden Arjuna belum menjawab,
tiba-tiba datang Prabu Baladewa bersama Arya Setyaki. Sama seperti rombongan
dari Kerajaan Hastina, Prabu Baladewa pun datang untuk menyampaikan lamaran
Prabu Kresna terhadap Dewi Kusumadewati sebagai calon istri Raden Partajumena.
Danghyang Druna menyela, bahwa
yang pertama datang melamar adalah pihaknya, maka seharusnya lamaran mereka
yang diterima. Prabu Baladewa berkata, lamaran pihak Hastina belum mendapat
jawaban dari sang tuan rumah, itu artinya orang lain masih mempunyai kesempatan
yang sama. Patih Sangkuni menyindir, sejak dulu Prabu Baladewa selalu
melamarkan anak orang lain, kadang anak Prabu Duryudana, kadang anak Prabu
Kresna, tetapi anak sendiri belum dinikahkan. Prabu Baladewa semakin marah dan
memaki Patih Sangkuni tidak perlu mencampuri urusan rumah tangganya.
Raden Arjuna melerai
pertengkaran mereka sebelum berubah menjadi perkelahian. Ia pun memanggil putrinya
yang menjadi rebutan, yaitu Dewi Kusumadewati. Gadis itu disuruh memilih,
lamaran pihak mana yang akan diterima, apakah menjadi istri Raden Lesmana
Mandrakumara, ataukah menjadi istri Raden Partajumena? Dewi Kusumadewati tidak
dapat menjawab sekarang. Ia bercerita bahwa dirinya sejak kecil suka belajar
menabuh gamelan, maka kelak jika menikah ingin rasanya pernikahannya diiringi alunan
musik gamelan Lokananta milik Kahyangan Suralaya.
Patih Sangkuni menyebut Dewi
Kusumadewati anak kecil yang suka berkhayal. Ia menjanjikan gamelan milik
Kerajaan Hastina juga merdu, tidak kalah dengan milik Kahyangan Suralaya. Di
lain pihak, Prabu Baladewa menyatakan pihak Kerajaan Dwarawati siap mewujudkan
syarat tersebut. Dulu sewaktu Raden Arjuna melamar Dewi Sumbadra, dirinya telah
mengajukan syarat-syarat berat. Sekarang jika pihak Madukara yang mengajukan
syarat seperti itu, ia siap menerima. Usai berkata, Prabu Baladewa dan Arya
Setyaki pun pamit kembali ke Kerajaan Dwarawati.
Karena sudah diputuskan
demikian, Danghyang Druna ikut pamit pula, dengan disertai Patih Sangkuni.
PRABU KRESNA MEMERINTAHKAN RADEN PARTAJUMENA MEMINTA BANTUAN KYAI SEMAR
Prabu Baladewa dan rombongan
telah kembali ke Kerajaan Dwarawati dan menceritakan apa yang menjadi syarat
pihak mempelai wanita. Prabu Kresna menyampaikan hal itu kepada Raden
Partajumena dan memerintahkannya untuk menyerahkan hidup mati kepada Kyai
Semar. Raden Partajumena mematuhi dan segera mohon pamit menuju Desa
Karangkadempel.
Sesampainya di sana, Raden
Partajumena segera menemui Kyai Semar dan menyerahkan hidup mati kepadanya.
Kyai Semar tanggap dan mengetahui pasti Prabu Kresna yang memerintahkan
demikain. Ia lalu bertanya ada masalah apa yang sedang dihadapi Raden
Partajumena. Raden Partajumena pun menceritakan tentang persyaratan yang
diajukan calon istrinya, yaitu Dewi Kusumadewati. Persyaratan tersebut ialah
harus dapat menyediakan Gamelan Lokananta dari Kahyangan Suralaya. Kyai Semar
berkata, ini hanya masalah kecil. Ia menyatakan bersedia mengantar Raden
Partajumena naik ke kahyangan.
DANGHYANG DRUNA MEMINTA BANTUAN BATARI WILOTAMA
Sementara itu, Danghyang Druna
juga sedang mencari cara bagaimana bisa mewujudkan Gamelan Lokananta yang
diminta Dewi Kusumadewati. Ia lalu duduk bersila di bawah pohon, memohon petunjuk
dewata. Tiba-tiba datang seorang bidadari turun dari langit, yaitu Batari
Wilotama.
Dahulu kala Batari Wilotama
pernah mengalami kutukan sehingga berubah menjadi kuda sembrani. Saat itu
Danghyang Druna masih bernama Bambang Kumbayana, sedang dalam perjalanan menuju
Tanah Jawa mencari sahabatnya yang bernama Raden Sucitra. Bambang Kumbayana
terhalang lautan dan ia pun dihampiri si kuda sembrani penjelmaan Batari
Wilotama.
Bambang Kumbayana lalu menunggangi
punggung kuda itu yang ternyata mampu terbang di angkasa. Ketika sedang berada
di punggung kuda, Bambang Kumbayana tertidur dan mimpi bertemu Dewi Krepi
hingga menyebabkan mimpi basah. Air maninya jatuh ke laut dan disambar oleh si
kuda sembrani. Sesampainya di Tanah Jawa, kuda sembrani itu hamil dan tidak mau
berpisah dengan Bambang Kumbayana. Hingga akhirnya, ia pun melahirkan bayi
laki-laki yang diberi nama Bambang Aswatama.
Bambang Kumbayana malu diejek
orang karena mempunyai anak dari seekor kuda, sehingga ia pun menusuk kuda
sembrani tersebut. Sungguh ajaib, si kuda sembrani berubah wujud menjadi Batari
Wilotama yang kemudian kembali ke kahyangan. Bambang Kumbayana lalu melanjutkan
perjalanan dan berjumpa dengan gadis dalam mimpinya, yaitu Dewi Krepi yang
bersedia menjadi istrinya. Dewi Krepi pun mengasuh Bambang Aswatama bagaikan
anak kandungnya sendiri.
Kini, Batari Wilotama datang
lagi di hadapan Danghyang Druna. Ia datang untuk membalas jasa karena dulu
telah dibebaskan dari kutukan. Danghyang Druna pun meminta bantuan agar
dipinjamkan Gamelan Lokananta dari Kahyangan Suralaya. Batari Wilotama bersedia
lalu ia pun segera melesat terbang ke sana.
RADEN PARTAJUMENA MENDAPATKAN GAMELAN LOKANANTA
Raden Partajumena didampingi
Kyai Semar dan para panakawan lainnya, yaitu Nala Gareng, Petruk, dan Bagong
telah sampai di Kahyangan Suralaya. Batara Indra menerima kedatangan mereka.
Raden Partajumena menyembah hormat kepada Batara Indra, sedangkan Batara Indra
menyembah kepada Kyai Semar yang merupakan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari
ayahnya (Batara Guru).
Kyai Semar pun berterus terang
bahwa kedatangan mereka ialah untuk meminjam Gamelan Lokananta sebagai syarat
pernikahan Raden Partajumena dengan Dewi Kusumadewati. Konon gamelan ini dapat
berbunyi sendiri dan suaranya menggema di angkasa. Batara Indra berkata ia
bersedia meminjamkan Gamelan Lokananta, namun setelah hajatan pernikahan
selesai, harus segera dikembalikan ke Kahyangan Suralaya. Kyai Semar dan Raden
Partajumena menyatakan bersedia.
Batara Indra lalu memasukkan
Gamelan Lokananta tersebut ke dalam sebuah kendaga (peti) pusaka. Gamelan yang
jumlahnya seperangkat itu secara ajaib bisa masuk ke dalam sebuah kotak kecil
yang kemudian diserahkan kepada Raden Partajumena. Batara Indra berpesan agar
Raden Partajumena berhati-hati karena para Kurawa pasti ingin merebut peti
tersebut.
Raden Partajumena berterima
kasih atas kemurahan hati Batara Indra. Ia dan para panakawan lalu mohon pamit
meninggalkan Kahyangan Suralaya.
RADEN PARTAJUMENA DIHADANG RAKSASA
Dalam perjalanan pulang menuju
Kerajaan Dwarawati, tiba-tiba Raden Partajumena dan para panakawan dihadang
raksasa yang mengaku bernama Ditya Wilasura. Raksasa itu berusaha merebut kotak
yang dibawa Raden Partajumena. Namun, Raden Partajumena bukanlah pemuda
sembarangan. Ia dengan cekatan mampu mengatasi raksasa itu dan membunuhnya.
Akan tetapi, Ditya Wilasura
seolah memiliki nyawa rangkap. Begitu dibunuh, ia bisa hidup kembali dan
menyerang Raden Partajumena. Berkali-kali Raden Partajumena membunuhnya, namun
raksasa itu selalu dapat hidup kembali.
Kyai Semar melihat ada yang
tidak beres. Ia pun menghampiri raksasa tersebut dan mengerahkan kentut
saktinya. Raksasa itu muntah-muntah dan berubah kembali ke wujud asal, yaitu
Batari Wilotama. Karena takut kepada Kyai Semar, Batari Wilotama pun melesat
pergi ke tempat Danghyang Druna.
PARA KURAWA MENGEROYOK RADEN PARTAJUMENA
Batari Wilotama telah tiba di
hadapan Danghyang Druna dan melaporkan kegagalannya. Ia menceritakan bahwa
Gamelan Lokananta sudah didapatkan Raden Partajumena, namun ada Kyai Semar di
samping pemuda itu. Terus terang Batari Wilotama tidak berani jika berhadapan
dengan Kyai Semar. Usai meminta maaf, bidadari itu pun terbang kembali ke
kahyangan.
Danghyang Druna merasa kecewa.
Ia segera memberi tahu Patih Sangkuni tentang kegagalan Batari Wilotama. Patih
Sangkuni lalu memerintahkan para Kurawa untuk mengeroyok Raden Partajumena dan
merebut kotak berisi Gamelan Lokananta yang dibawa pemuda itu.
Arya Dursasana, Raden Surtayu,
Raden Kartawarma, Raden Durmagati, dan para Kurawa lainnya, serta Adipati
Jayadrata dan Bambang Aswatama segera pergi menghadang Raden Partajumena dan
para panakawan. Mereka mengira Raden Partajumena seorang pemuda manja seperti
Raden Samba yang selalu mengandalkan Arya Setyaki. Kebetulan Arya Setyaki tidak
ada di situ, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh para Kurawa.
Namun, para Kurawa salah
menduga. Raden Partajumena bukanlah seorang pemuda manja yang suka hidup nyaman
di istana, melainkan gemar berkelana dan memiliki banyak pengalaman. Dengan
cekatan ia mampu mengatasi para Kurawa meskipun dikeroyok dari segala arah.
Kesaktian Raden Partajumena tidak berbeda seperti Prabu Kresna di masa muda
dulu. Justru Arya Dursasana dan adik-adiknya yang dibuat kacau balau karena
terlalu meremehkan lawan. Mereka pun berhamburan menyelamatkan diri, kembali ke
Kerajaan Hastina.
PERKAWINAN RADEN PARTAJUMENA DAN DEWI KUSUMADEWATI
Raden Arjuna di Kesatrian
Madukara telah mendapat kabar bahwa Gamelan Lokananta berhasil disediakan oleh
pihak Kerajaan Dwarawati. Dengan senang hati ia pun memberi tahu para Pandawa
lainnya dan juga para putra untuk bersama-sama mempersiapkan upacara pernikahan
antara Dewi Kusumadewati dengan Raden Partajumena.
Pada hari yang telah
ditentukan, rombongan pengantin pria datang dari Kerajaan Dwarawati. Raden
Partajumena terlihat tampan dalam busana pengantin, sangat serasi dengan Dewi
Kusumadewati yang cantik jelita. Keduanya pun dinikahkan, dengan diiringi
alunan suara Gamelan Lokananta yang berkumandang di awang-awang.
Para Pandawa sibuk menerima
para tamu, sehingga tidak menyadari ada penyusup yang berbaur di antara para
hadirin. Penyusup itu adalah Prabu Klanawasesa raja Simbarmanyura yang hendak
menculik Dewi Kusumadewati. Akan tetapi, pandangan matanya kemudian tertuju
pada Dewi Pregiwa yang sibuk mengatur keluar-masuknya hidangan. Prabu
Klanawasesa menjadi berubah pikiran. Ia tidak lagi berniat menculik Dewi
Kusumadewati, tetapi ganti menyambar Dewi Pregiwa.
Para dayang pun menjerit-jerit
karena Dewi Pregiwa diculik orang. Hal itu terdengar olah Raden Gatutkaca.
Segera Raden Gatutkaca pun terbang mengejar penculik istrinya. Dalam sekejap
Prabu Klanawasesa dapat tersusul. Prabu Klanawasesa tidak menyangka ada manusia
yang bisa terbang mengejar dirinya. Raden Gatutkaca tanpa banyak bicara
langsung melabrak raja Simbarmanyura tersebut.
Pertarungan sengit pun
terjadi. Prabu Klanawasesa sebenarnya cukup sakti, namun tidak mampu menandingi
kesaktian Raden Gatutkaca. Akhirnya ia pun tewas dengan kepala dicopot oleh
lawannya itu. Raden Gatutkaca lalu memeluk Dewi Pregiwa dan membawa istrinya
itu kembali ke tempat pesta pernikahan.
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
CATATAN : Mengenai Prabu Klanawasesa dan juga raksasa penjelmaan Batari Wilotama dalam kisah di atas adalah
tambahan dari saya.
Untuk kisah pertemuan pertama Danghyang Druna dengan Batari Wilotama dapat
dibaca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar