Kisah ini menceritakan
tewasnya Prabu Hastimurti raja Gajahoya di tangan Prabu Daneswara raja Medang
Kamulan. Tokoh Prabu Hastimurti ini merupakan kakek buyut dari Resiwara Bisma,
yang kelak menjadi senapati para Kurawa dalam perang Baratayuda.
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa (Surakarta) karya Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan Serat Pustakaraja Purwa (Ngasinan) karya Ki Tristuti Suryasaputra, dengan sedikit pengembangan.
Kediri, 31 Maret 2015
Heri Purwanto
------------------------------ ooo ------------------------------
Prabu Hastimurti |
PRABU HASTIMURTI MENYERANG
KERAJAAN MEDANG KAMULAN
Prabu Hastimurti di Kerajaan
Gajahoya dihadap Resi Basunanda (mertua), Patih Basundara (adik ipar),
serta Raden Wasanta (putra). Mereka membicarakan putusnya hubungan antara
Kerajaan Gajahoya dengan Kerajaan Wirata yang sudah berlangsung sekian lama,
yaitu sejak meninggalnya Prabu Basumurti. Resi Basunanda menyarankan supaya
Prabu Hastimurti sebagai pihak yang lebih muda sudi memperbaiki hubungan dengan
sang paman, yaitu Prabu Basukesti di Wirata. Apalagi sejak dulu Prabu Basukesti
selalu menganggap Prabu Hastimurti seperti anak sendiri. Akan tetapi, Prabu
Hastimurti menolak saran tersebut. Sampai sekarang ia masih memendam sakit hati
karena pamannya itu dianggap telah merebut takhta Wirata yang seharusnya ia
warisi.
Pada saat itulah Arya
Basusara, putra Patih Basundara datang menghadap dan melaporkan bahwa kini
telah muncul sebuah kerajaan baru bernama Medang Kamulan, dengan rajanya yang
bernama Prabu Daneswara. Kerajaan ini menurut penyelidikan telah melanggar
batas-batas wilayah Kerajaan Gajahoya.
Prabu Hastimurti sangat marah
mendengar laporan itu. Ia merasa Prabu Daneswara telah merongrong wibawanya
sebagai raja negeri Gajahoya. Resi Basunanda pun menceritakan riwayat Kerajaan
Medang Kamulan sebagaimana yang ia ketahui. Dahulu kala Kerajaan Medang Kamulan
pernah berjaya menguasai Tanah Jawa saat dipimpin Sri Maharaja Purwacandra
(saudara sepupu Dewi Awanti, ibu kandung Resi Basunanda). Sri Maharaja
Purwacandra lalu dikalahkan oleh Brahmana Wisaka tanpa menggunakan kekerasan.
Brahmana Wisaka pun menjadi raja Medang Kamulan dan memerdekakan tiga negeri
bawahan, yaitu Gilingwesi, Purwacarita, dan Wirata. Setelah dua tahun berlalu,
Sri Maharaja Wisaka menyerahkan takhta Medang Kamulan kepada putra angkatnya,
yang bergelar Prabu Sriwahana. Setelah Prabu Sriwahana meninggal, Kerajaan
Medang Kamulan tidak terdengar lagi kabarnya, hingga kemudian dibangun kembali
oleh Prabu Daneswara tersebut.
Prabu Hastimurti sendiri tidak
tahu-menahu dari mana asal-usul Prabu Daneswara itu, namun ia ingin sekali
memberikan pelajaran terhadap raja baru tersebut. Pertemuan lalu dibubarkan dan
Patih Basundara pun diperintahkan untuk mempersiapkan pasukan guna menggempur
Kerajaan Medang Kamulan.
PERANG ANTARA GAJAHOYA DAN
MEDANG KAMULAN
Sementara itu, Prabu Daneswara
di Kerajaan Medang Kamulan sedang dihadap para menteri dan punggawa yang
dipimpin Patih Citradana. Prabu Daneswara ini tidak lain adalah putra Resi Kuswala
yang dulu tewas di tangan Prabu Basukesti saat mengacau Kerajaan Wirata. Adapun
Resi Kuswala adalah titisan Sri Maharaja Purwacandra, raja Medang Kamulan
terdahulu. Setelah berjuang keras dan mengumpulkan banyak pengikut, Prabu
Daneswara akhirnya berhasil membangun kembali Kerajaan Medang Kamulan yang
sudah lama menjadi kota mati tersebut.
Tidak lama kemudian, datanglah
serangan dari Kerajaan Gajahoya yang dipimpin Raden Wasanta, Patih Basundara,
dan Arya Basusara. Prabu Daneswara pun menghadapi serangan tersebut dengan
mengerahkan segenap pasukannya. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua
pihak. Raden Wasanta yang bertarung melawan Prabu Daneswara tampak kewalahan
dan akhirnya terlempar oleh kesaktian raja Medang Kamulan tersebut entah ke
mana. Melihat sang pangeran menghilang, Patih Basundara dan Arya Basusara pun
menarik mundur pasukan Gajahoya.
Sepeninggal mereka, Prabu
Daneswara memerintahkan Ditya Kalayaksa untuk mencari Raden Wasanta dan
menangkapnya hidup atau mati. Ditya Kalayaksa pun mohon pamit melaksanakan
tugas tersebut.
RADEN WASANTA BERTEMU
BAMBANG SATRUKEM
Raden Wasanta sendiri jatuh di
Hutan Minangsraya akibat lemparan Prabu Daneswara tadi. Setelah bangun dari
pingsan, ia merasa tersesat dan tidak tahu harus pergi ke mana. Pada saat
itulah datang Ditya Kalayaksa yang dikirim untuk menangkapnya. Perkelahian di
antara mereka pun terjadi. Raden Wasanta yang masih letih itu terdesak dan
mencoba untuk melarikan diri.
Kebetulan putra sulung Resi
Manumanasa, yaitu Bambang Satrukem yang didampingi Janggan Smara lewat di hutan
itu. Bambang Satrukem langsung turun tangan membantu Raden Wasanta. Setelah
bertarung beberapa lama, Ditya Kalayaksa akhirnya tewas terkena panah Sarotama.
Raden Wasanta berterima kasih
atas bantuan Bambang Satrukem dan mereka pun saling memperkenalkan diri.
Sungguh lega perasaan Bambang Satrukem setelah mengetahui kalau pemuda itu
masih terhitung keponakannya sendiri. Hal itu karena Raden Wasanta adalah cucu
Prabu Basumurti yang merupakan saudara sepupu Resi Manumanasa. Raden Wasanta
juga gembira bisa bertemu pamannya. Ia pun menceritakan tentang ayahnya yang
saat ini sedang berperang melawan musuh hebat bernama Prabu Daneswara dari
Kerajaan Medang Kamulan.
Mendengar berita tersebut,
Bambang Satrukem merasa ingin membantu. Ia pun mengajak Janggan Smara
mendampingi Raden Wasanta kembali ke Kerajaan Gajahoya.
PRABU HASTIMURTI GUGUR
DALAM PEPERANGAN
Sementara itu, Prabu
Hastimurti di Kerajaan Gajahoya yang telah menerima laporan dari Patih
Basundara merasa sangat prihatin atas hilangnya Raden Wasanta. Ia berharap
putra tunggalnya itu tetap selamat meskipun nasibnya belum diketahui. Tidak
lama kemudian terdengar berita bahwa pasukan Medang Kamulan yang dipimpin
langsung oleh Prabu Daneswara telah memasuki wilayah Kerajaan Gajahoya untuk
melakukan serangan balasan. Pasukan ini besar sekali, membuat Prabu Hastimurti
merasa ragu untuk menghadapinya.
Resi Basunanda pun menyarankan
agar Prabu Hastimurti meminta pertolongan kepada Prabu Basukesti di Kerajaan
Wirata. Akan tetapi, Prabu Hastimurti merasa lebih baik mati daripada memohon
kepada pamannya itu. Ia pun nekat maju perang menghadapi Prabu Daneswara.
Setelah bertempur cukup lama, Prabu Hastimurti akhirnya tewas terkena panah
Sarapamungkas yang dilepaskan Prabu Daneswara.
RESI BASUNANDA MEMINTA
BANTUAN PRABU BASUKESTI
Kerajaan Gajahoya kini telah
jatuh ke tangan musuh. Resi Basunanda yang berhasil lolos segera pergi ke
Kerajaan Wirata untuk melaporkan hal itu kepada Prabu Basukesti, yang merupakan
kakaknya lain ibu. Prabu Basukesti menyambut ramah kedatangan adiknya ini.
Mereka sudah lama tidak bertemu karena Resi Basunanda pergi meninggalkan
Kerajaan Wirata untuk membimbing menantunya di Gajahoya. Resi Basunanda sendiri
meminta maaf atas kesalahannya dulu yang menentang pelantikan Prabu Basukesti
sebagai raja Wirata. Kini keadaan sedang genting. Kerajaan Gajahoya telah
diserang musuh dari Medang Kamulan, sedangkan Prabu Hastimurti tewas di tangan
Prabu Daneswara.
Prabu Basukesti sangat marah
mendengar berita duka tersebut. Meskipun Prabu Hastimurti telah lama memutuskan
hubungan kekeluargaan dengannya, namun ia tetap menganggap keponakannya itu
seperti anak sendiri. Kini, begitu mendengar Prabu Hastimurti telah tewas, ia
pun memimpin langsung pasukan Wirata untuk menggempur kekuatan Prabu Daneswara.
PRABU DANESWARA DITANGKAP
BAMBANG SATRUKEM
Sementara itu, Prabu Daneswara
dan pasukannya sedang sibuk menguras kekayaan Kerajaan Gajahoya untuk diangkut
menuju Medang Kamulan. Tidak lama kemudian datanglah pasukan Wirata yang
dipimpin Prabu Basukesti menyerang mereka. Pertempuran sengit di antara kedua
pihak pun tak terhindarkan lagi.
Sementara itu, Bambang
Satrukem dan Raden Wasanta beserta Janggan Smara juga telah tiba di sana.
Mereka segera terjun ke medan pertempuran membantu pihak Wirata. Prabu
Basukesti sendiri tampak terdesak menghadapi kesaktian Prabu Daneswara yang
lebih muda dan ilmunya meningkat pesat dibanding dulu saat ia mengacau Kerajaan
Wirata bersama ayahnya (Resi Kuswala).
Dengan hadirnya Bambang
Satrukem, keadaan menjadi berbalik. Kali ini ganti Prabu Daneswara yang
terdesak kalah. Ia lalu melepaskan panah Sarapamungkas, namun dapat ditangkis
menggunakan panah Sarotama milik Bambang Satrukem. Akhirnya, Prabu Daneswara
pun tertangkap dan dihadapkan kepada Prabu Basukesti.
RADEN WASANTA MENJADI RAJA
GAJAHOYA
Prabu Basukesti sangat senang
melihat keberhasilan Bambang Satrukem. Sebenarnya ia berniat membunuh Prabu
Daneswara, namun raja Medang Kamulan itu memohon ampun dengan alasan ia hanya
membela diri. Ia menjelaskan bahwa Kerajaan Gajahoya adalah pihak yang memulai
serangan lebih dulu. Prabu Basukesti pun bertanya kepada Resi Basunanda dan
ternyata adiknya itu membenarkan bahwa Prabu Hastimurti memang lebih dulu
mengirim serangan kepada pihak Medang Kamulan.
Prabu Basukesti akhirnya
membebaskan Prabu Daneswara dengan syarat harus mengucapkan sumpah setia kepada
Kerajaan Wirata. Prabu Daneswara pun mematuhi perintah tersebut. Maka, sejak
saat itu Kerajaan Medang Kamulan menjadi bawahan Kerajaan Wirata.
Prabu Basukesti lalu memanggil
Raden Wasanta yang masih terhitung cucunya. Karena saat ini Prabu Hastimurti
telah gugur, maka takhta Kerajaan Gajahoya pun diserahkan kepada putra
tunggalnya tersebut. Namun demikian, sejak hari itu Kerajaan Gajahoya harus
tunduk dan menjadi bawahan Kerajaan Wirata. Raden Wasanta mematuhi perintah
tersebut, tetapi ia merasa belum siap menjadi raja sehingga menyerahkan takhta
Gajahoya kepada sang kakek, yaitu Resi Basunanda.
Atas keputusan tersebut, Prabu
Basukesti pun menetapkan Resi Basunanda sebagai raja wakil di Gajahoya sampai
kelak Raden Wasanta merasa sanggup menjalankan pemerintahan. Resi Basunanda
mematuhi dan menyatakan sumpah setia kepada Kerajaan Wirata.
Setelah keadaan damai kembali,
Bambang Satrukem dan Janggan Smara mohon pamit kembali ke Gunung Saptaarga.
Prabu Basukesti sangat berterima kasih atas bantuan mereka dan memberikan
hadiah berupa sejumlah uang sebagai bekal hidup untuk tinggal di pertapaan.
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
kembali ke : daftar isi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar