Kisah ini menceritakan perkawinan Prabu Asrama raja Malawa keturunan Prabu Oya dengan Dewi Basuwati, putri sulung Prabu Basukesti, serta perkawinan Bambang Manungkara putra bungsu Resi Manonbawa dengan Dewi Basutari. Bambang Manungkara lalu diangkat pula sebagai punggawa Kerajaan Wirata.
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa (Surakarta) karya Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan Serat Pustakaraja Purwa (Ngasinan) karya Ki Tristuti Suryasaputra, dengan sedikit pengembangan.
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa (Surakarta) karya Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan Serat Pustakaraja Purwa (Ngasinan) karya Ki Tristuti Suryasaputra, dengan sedikit pengembangan.
Kediri, 07 April 2015
Heri Purwanto
------------------------------ ooo ------------------------------
PRABU BASUKESTI KEHILANGAN DEWI
BASUTARI
Prabu Basukesti di Kerajaan
Wirata dihadap putranya, yaitu Raden Basutara yang telah tumbuh remaja, serta
Patih Jayaloka, Empu Purbageni, Arya Sriati, dan para punggawa lainnya. Mereka
sedang membicarakan hilangnya Dewi Basutari, putri kedua Sang Prabu. Anehnya, tidak
seorang pun penghuni istana yang mengetahui ke mana perginya Dewi Basutari,
seolah-olah ia lenyap bagaikan diculik makhluk halus.
Pada saat itulah datang tamu
dari Kerajaan Malawa di tanah seberang, yaitu Begawan Surata bersama putranya
yang bernama Prabu Asrama. Prabu Basukesti menyambut kedatangan mereka dengan
penuh keakraban, mengingat dulu ia pernah membantu perjuangan Begawan Surata demi
mendapatkan haknya atas Kerajaan Malawa. Kini, Begawan Surata telah menjadi
brahmana dan menyerahkan takhta kepada putranya yang bergelar Prabu Asrama
tersebut.
Begawan Surata tidak pernah
melupakan jasa Prabu Basukesti terhadap dirinya dulu. Sebagai sesama keturunan
Batara Wisnu, ia ingin sekali berbesan dengan Prabu Basukesti, yaitu melalui
pernikahan antara Prabu Asrama dengan Dewi Basuwati, putri sulung Kerajaan
Wirata. Prabu Basukesti sebenarnya setuju apabila putri sulungnya itu menjadi
menantu Begawan Surata. Akan tetapi, saat ini putri keduanya, yaitu Dewi
Basutari sedang menghilang dan belum diketahui keberadaannya. Untuk itu, Prabu
Basukesti hanya dapat menerima pinangan Begawan Surata namun belum dapat
memutuskan kapan tanggal pernikahannya.
Begawan Surata dapat memaklumi
permasalahan Prabu Basukesti. Ia pun menyarankan agar putranya ikut membantu mencari
hilangnya Dewi Basutari. Prabu Asrama menyanggupi permintaan sang ayah dan
bersiap hendak berangkat. Prabu Basukesti berterima kasih dan menawarkan perjamuan
kepada mereka. Namun, Prabu Asrama menolak secara halus dan memilih mohon pamit
berangkat saat itu juga.
Prabu Basukesti lalu membubarkan
pertemuan dan masuk ke dalam kedaton bersama Begawan Surata, di mana kedua
permaisuri, yaitu Dewi Pancawati dan Dewi Sugandi telah menunggu di gapura.
PRABU ASRAMA BERTEMPUR MELAWAN
PARA GANDARWA
Prabu Asrama telah berangkat memimpin
pasukan Malawa untuk mencari hilangnya Dewi Basutari. Ikut bergabung bersama
mereka Patih Jayaloka dan Arya Sriati beserta sejumlah prajurit Wirata.
Sementara itu, tersebutlah
pemimpin para gandarwa penghuni Hutan Surateleng yang bernama Gandarwa Janjatma.
Dialah sebenarnya yang telah menculik Dewi Basutari untuk dijadikan istri. Akan
tetapi, sampai hari ini Dewi Basutari masih juga tidak mau melayani
keinginannya. Gandarwa Janjatma pun meminta bantuan adik-adiknya, yaitu
Gandarwi Parupu dan Gandarwi Prawi supaya membujuk Dewi Basutari. Namun, kedua
gandarwa perempuan itu juga tidak mampu membuat Dewi Basutari menerima cinta
kakak mereka. Gandarwa Janjatma yang kehilangan kesabaran lalu mengubah wujud
Dewi Basutari menjadi sebentuk arca batu.
Pada saat itulah datang
seorang prajurit gandarwa yang melaporkan bahwa, telah muncul pasukan gabungan
dari Malawa dan Wirata yang menggeledah Hutan Surateleng untuk mencari Dewi
Basutari. Gandarwa Janjatma sangat marah dan segera memimpin pasukannya untuk
memukul mundur pasukan tersebut.
Maka, terjadilah pertempuran
antara pasukan gabungan Malawa dan Wirata yang terdiri dari para manusia
melawan pasukan gandarwa yang terdiri dari para makhluk halus tersebut. Dalam
pertempuran itu pihak gandarwa terdesak namun mereka mampu menghilang lenyap
dari pandangan Prabu Asrama dan pasukannya.
Setelah pertempuran berakhir,
Arya Sriati mohon pamit memisahkan diri dari induk pasukan untuk pergi ke
Gunung Saptaarga meminta petunjuk ayahnya, yaitu Resi Manumanasa.
RESI MANUMANASA MERAMALKAN
JODOH DEWI BASUTARI
Arya Sriati telah sampai di Gunung
Saptaarga beramaan dengan Resi Manonbawa (pamannya) yang datang dari Desa
Gandara untuk mengunjungi Resi Manumanasa. Jika Arya Sriati melaporkan tentang
hilangnya Dewi Basutari, maka Resi Manonbawa menceritakan tentang kepergian Bambang
Manungkara, putra bungsunya.
Resi Manonbawa bercerita bahwa
sebelum pergi, Bambang Manungkara pernah mengeluh hanya dirinya saja keturunan
Prabu Parikenan yang belum menikah, karena kakaknya, yaitu Bambang Maneriya,
serta sepupunya, yaitu Resi Satrukem, Arya Sriati, Resi Manumadewa, Resi Dwapara,
dan yang lain, semuanya telah berumah tangga. Resi Manonbawa menduga Bambang
Manungkara pergi meninggalkan Desa Gandara adalah untuk bertapa supaya bisa
menemukan siapa wanita yang tepat menjadi jodohnya.
Resi Manumanasa pun
mengheningkan cipta setelah menerima kedua laporan tersebut. Petunjuk dewata
yang didapatkannya ialah, bahwa hilangnya Bambang Manungkara dari Gandara dan
Dewi Basutari dari Wirata sebenarnya saling berkaitan. Resi Manumanasa
meramalkan bahwa mereka berdua kelak akan menjadi suami-istri, sehingga hanya
Bambang Manungkara saja yang dapat menemukan hilangnya Dewi Basutari.
Untuk itu, Resi Manumanasa menyarankan
kepada Arya Sriati jika ingin menemukan Dewi Basutari, maka terlebih dahulu
harus bisa menemukan di mana Bambang Manungkara bertapa. Resi Manumanasa lalu
memberikan petunjuk kepada putra keduanya itu agar berjalan ke arah timur,
karena di sanalah ia akan bertemu Bambang Manungkara. Arya Sriati pun mohon
pamit meninggalkan Gunung Saptaarga.
ARYA SRIATI BERJUMPA BAMBANG
MANUNGKARA
Arya Sriati yang berjalan ke
arah timur akhirnya sampai di Hutan Kumbara dan bertemu Bambang Manungkara yang
sedang bertapa. Ia pun membangunkan adik sepupunya itu dan menceritakan tentang
ramalan Resi Manumanasa, bahwa jodoh Bambang Manungkara adalah Dewi Basutari,
putri kedua Prabu Basukesti.
Bambang Manungkara sangat
senang mendengar pesan yang dibawa kakak sepupunya itu. Ia lalu berangkat mencari
Dewi Basutari sendirian, sedangkan Arya Sriati kembali ke Gunung Saptaarga
untuk melapor kepada Resi Manumanasa dan Resi Manonbawa.
BAMBANG MANUNGKARA MENGALAHKAN
GANDARWA JANJATMA
Perjalanan Bambang Manungkara
akhirnya sampai di Hutan Randualas. Di sana ia bertemu kedua gandarwa wanita
adik Gandarwa Janjatma, yaitu Gandarwi Prawi dan Gandarwi Parupu. Kedua
gandarwi itu tertarik melihat ketampanan Bambang Manungkara dan mereka pun
bertengkar memperebutkannya. Bambang Manungkara melerai keduanya dengan
kata-kata manis dan berhasil menenangkan mereka.
Pada saat itulah Gandarwa Janjatma
datang dan melihat bagaimana kepandaian Bambang Manungkara merayu kedua adiknya
hingga mereka berhenti bertengkar. Ia pun tertarik dan minta tolong kepada
pemuda itu bagaimana caranya memikat perasaan perempuan yang disukainya, yaitu
Dewi Basutari.
Bambang Manungkara bersedia
mengajari Gandarwa Janjatma asalkan diberi bayaran yang pantas. Gandarwa Janjatma
pun menyerahkan pusakanya yang bernama Minyak Manihara, yang jika diusapkan
kepada seseorang maka orang itu akan berubah menjadi arca batu. Bambang
Manungkara menerimanya tetapi dianggap masih kurang. Gandarwa Janjatma lalu
menyerahkan Minyak Muksala untuk mengembalikan arca batu tadi menjadi manusia.
Bambang Manungkara menerimanya dan menganggap itu pun masih kurang. Gandarwa Janjatma
lalu menyerahkan Akar Bayura yang berkhasiat bisa menampakkan tempat tinggal
makhluk halus. Lagi-lagi Bambang Manungkara mengaku masih kurang.
Gandarwa Janjatma yang semakin
bernafsu lantas menyerahkan pusaka Kantong Arumba untuk mengantongi segala
benda. Bambang Manungkara tetap saja menjawab masih kurang. Maka, Gandarwa Janjatma
pun menyerahkan pusaka terakhirnya, yaitu Sela Mertyujiwa yang berbentuk batu
untuk mengalahkan makhluk halus. Begitu menerima pusaka yang terakhir tersebut,
Bambang Manungkara langsung memukulkannya di kepala Gandarwa Janjatma. Seketika
Gandarwa Janjatma roboh dan ia bertanya mengapa dirinya dipukul. Bambang
Manungkara pun menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Kerajaan Wirata yang
ditugasi mencari Dewi Basutari.
Gandarwa Janjatma marah merasa
dikhianati. Ia berusaha bangkit untuk melawan, namun Bambang Manungkara segera mengusapnya
dengan Minyak Manihara hingga membuat gandarwa itu berubah menjadi arca batu.
Gandarwi Prawi dan Gandarwi Parupu marah melihat kakak mereka ditipu. Keduanya
pun menyerang Bambang Manungkara. Namun, Bambang Manungkara menakut-nakuti
kedua gandarwi itu dengan Sela Mertyujiwa, membuat keduanya gentar dan melarikan
diri.
Setelah keadaan aman, Bambang
Manungkara berusaha mencari di mana Dewi Basutari disembunyikan. Ia lalu
memukuli pepohonan di sekitar situ dengan menggunakan Akar Bayura. Seketika
terlihatlah arca batu berwujud putri raja yang disembunyikan di dalam sebatang
pohon. Bambang Manungkara yakin kalau arca batu tersebut adalah perwujudan Dewi
Basutari yang diubah oleh Gandarwa Janjatma menggunakan Minyak Manihara.
Bambang Manungkara lalu
mengusap arca batu itu menggunakan Minyak Muksala, sehingga Dewi Basutari pun
berubah kembali ke wujud manusia. Dewi Basutari sangat berterima kasih atas
bantuan Bambang Manungkara yang telah membebaskannya dari pengaruh sihir Gandarwa
Janjatma. Ia pun semakin senang setelah mengetahui bahwa pahlawan penolongnya ini
ternyata masih kerabat sendiri, yaitu putra kedua Resi Manonbawa dari Desa Gandara.
Bambang Manungkara lalu memasukkan
patung penjelmaan Gandarwa Janjatma ke dalam Kantong Arumba, kemudian mengajak
Dewi Basutari meninggalkan Hutan Randualas, kembali ke Kerajaan Wirata.
BAMBANG MANUNGKARA BERTEMU
ROMBONGAN PRABU ASRAMA
Di tengah perjalanan, Bambang
Manungkara dan Dewi Basutari bertemu pasukan gabungan Wirata dan Malawa. Patih
Jayaloka yang mengenali Dewi Basutari segera memberi tahu Prabu Asrama. Tanpa
banyak bertanya, Prabu Asrama langsung menyerang Bambang Manungkara karena mengira
pemuda itu adalah pelaku penculikan terhadap Dewi Basutari. Bambang Manungkara
pun melawan untuk membela diri, sehingga terjadilah pertarungan di antara
mereka.
Pada saat itulah datang Arya
Sriati bersama Resi Manonbawa dan langsung melerai mereka. Arya Sriati
menjelaskan bahwa Bambang Manungkara adalah adik sepupunya dan bukan penculik
Dewi Basutari. Dewi Basutari juga ikut membenarkan apa yang disampaikan Arya
Sriati, bahwa yang menculik dirinya adalah Gandarwa Janjatma yang saat ini telah
berubah menjadi patung.
Prabu Asrama merasa malu dan
segera meminta maaf atas kesalahpahaman tadi. Bambang Manungkara pun memaafkan raja
Malawa tersebut. Bersama-sama mereka lalu berangkat menuju Kerajaan Wirata.
PRABU BASUKESTI MENGGELAR
PERNIKAHAN
Prabu Basukesti dan Begawan
Surata di Kerajaan Wirata sangat senang melihat Dewi Basutari telah ditemukan
dalam keadaan selamat. Ia pun bertanya kepada Bambang Manungkara siapa pelaku
penculikan putrinya. Bambang Manungkara lalu membuka Kantong Arumba dan
mengeluarkan patung penjelmaan Gandarwa Janjatma. Prabu Basukesti semakin
penasaran dan meminta Bambang Manungkara supaya mengembalikannya ke wujud
semula.
Bambang Manungkara segera
mengoleskan Minyak Muksala kepada patung tersebut. Seketika patung itu berubah kembali
menjadi Gandarwa Janjatma. Melihat keberadaan Bambang Manungkara, Gandarwa
Janjatma langsung mengamuk dan menyerangnya. Resi Manonbawa segera turun tangan
membantu putranya. Ia pun mengerahkan Aji Danurdara, membuat Gandarwa Janjatma merasa
lemas dan jatuh terkulai di tanah.
Gandarwa Janjatma mohon ampun
kepada Prabu Basukesti atas segala kesalahannya menculik Dewi Basutari. Prabu
Basukesti pun mengampuninya, dengan syarat Gandarwa Janjatma harus pergi
sejauh-jauhnya dari wilayah Kerajaan Wirata. Gandarwa Janjatma menurut. Ia pun
undur diri meninggalkan tempat itu.
Dengan ditemukannya Dewi
Basutari, maka permasalahan di Kerajaan Wirata telah terselesaikan. Sesuai
janjinya, Prabu Basukesti segera menyelenggarakan upacara pernikahan putri
sulungnya, yaitu Dewi Basuwati dengan Prabu Asrama, putra Begawan Surata.
Beberapa bulan kemudian, Prabu Basukesti menikahkan pula Dewi Basutari dengan pahlawan penolongnya, yaitu Bambang Manungkara. Selain itu, Bambang Manungkara juga diangkat menjadi punggawa Kerajaan Wirata, bergelar Arya Manungkara.
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
kembali ke : daftar isi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar