Kisah ini menceritakan lahirnya Dewi Gendari yang kelak menjadi istri
Adipati Dretarastra dan melahirkan Seratus Kurawa, serta kelahiran Raden Suman
yang kelak bergelar Patih Sangkuni, yaitu tokoh licik yang mengadu domba para
Kurawa dan Pandawa sehingga meletus Perang Bratayuda.
Kisah ini saya susun berdasarkan informasi dari kawan-kawan pecinta
wayang di media sosial, yang kemudian saya olah dengan kitab Mahabharata karya
Resi Wyasa dan Serat Pustakaraja Purwa (Ngasinan) karya Ki Tristuti
Suryosaputro.
Kediri, 18 November 2015
Heri Purwanto
------------------------------
ooo ------------------------------
SILSILAH PRABU KISWARA DAN ARYA KISTAWA
Kerajaan Gandaradesa yang dulu
didirikan oleh Prabu Basukiswara raja Wirata, pada awalnya dipimpin oleh Prabu
Maneriya (putra Resi Manonbawa, atau cucu Prabu Parikenan). Setelah Prabu
Maneriya meninggal, ia digantikan putranya yang bernama Prabu Mandara. Kemudian
Prabu Mandara digantikan putranya yang bernama Prabu Mandararya. Karena Prabu
Mandararya tidak memiliki anak laki-laki, maka ketika ia meninggal takhta
Gandaradesa pun diwarisi menantunya yang bergelar Prabu Kiswara (suami Dewi
Mandarawati).
Prabu Kiswara ini sesungguhnya
masih keturunan Batara Wisnu. Ia adalah putra sulung Resi Swakuthasta dari
Padepokan Andongdadapan. Resi Swakuthasta adalah putra dari pasangan Resi
Kistira dan Batari Ganggastini. Adapun Resi Kistira adalah putra Resi Sakra (yaitu
sepupu sekaligus murid Resi Manumanasa, pendiri Padepokan Saptaarga). Resi
Sakra adalah putra Prabu Srikala (raja Purwacarita). Prabu Srikala adalah putra
Prabu Srimahawan, sedangkan Prabu Srimahawan adalah putra Prabu Sri
Mahapunggung, atau cucu Batara Wisnu.
Pada mulanya Prabu Mandararya raja
Gandaradesa berguru kepada Resi Swakuthasta di Padepokan Andongdadapan.
Hubungan mereka menjadi lebih erat setelah putri Prabu Mandararya, yaitu Dewi
Mandarawati dinikahkan dengan Bambang Kiswara, putra sulung Resi Swakuthasta.
Karena Prabu Mandararya tidak memiliki anak laki-laki, maka Bambang Kiswara
sekaligus ditetapkan sebagai ahli waris Kerajaan Gandaradesa.
Adapun putra bungsu Resi
Swakuthasta yang bernama Bambang Kistawa juga ikut mengabdi ke Kerajaan
Gandaradesa sebagai punggawa, bergelar Arya Kistawa. Selain itu, Resi
Swakuthasta juga memiliki dua orang anak asuh bernama Dewi Kesru dan Raden
Prahasana yang ditemukannya sekitar dua puluh tahun silam. Pada saat itu Resi
Swakuthasta menolong seorang wanita hamil bernama Dewi Sundari yang
disembunyikan di alam siluman oleh musuhnya. Dewi Sundari ini tidak lain adalah
istri Prabu Swarka raja Awuawu yang diculik wanita sakti buruk rupa bernama
Endang Suyati.
Setelah dibebaskan oleh Resi
Swakuthasta dan dikembalikan ke alam nyata, Dewi Sundari pun melahirkan bayi
perempuan dan laki-laki sekaligus, namun ia sendiri meninggal dunia karena
pendarahan. Resi Swakuthasta lalu mengasuh kedua bayi itu dan memberi mereka
nama Dewi Kesru dan Raden Prahasana.
Kini kedua anak asuh itu telah
tumbuh dewasa. Dewi Kesru pun dinikahkan dengan Arya Kistawa, putra bungsu Resi
Swakuthasta, sedangkan Raden Prahasana ikut pula mengabdi di Kerajaan
Gandaradesa bersama kakak iparnya tersebut.
KELAHIRAN RADEN GENDARA DAN DEWI GENDARI
Pada suatu hari Prabu Kiswara
di Kerajaan Gandaradesa dihadap Patih Mandasrawa, Arya Kistawa, dan Arya
Prahasana, serta para punggawa lainnya. Arya Kistawa melaporkan bahwa istrinya,
yaitu Dewi Kesru baru saja melahirkan bayi laki-laki dan perempuan, dan ia
memohon kepada sang kakak supaya memberikan nama kepada mereka. Prabu Kiswara
sangat bahagia mendengarnya dan memberi nama untuk kedua keponakannya itu, Raden
Gendara dan Dewi Gendari. Makna dari nama tersebut adalah “putra dan putri yang
dilahirkan di Kerajaan Gandaradesa”.
Ketika Prabu Kiswara hendak
membubarkan pertemuan untuk menengok dua keponakannya yang baru lahir,
tiba-tiba muncul sesosok makhluk halus yang mengaku bernama Gandarwa Sutibar,
utusan Prabu Siswandakala dari Kerajaan Selamangleng. Kedatangan Gandarwa
Sutibar adalah untuk menyampaikan surat lamaran dari rajanya yang ingin
menikahi Dewi Kesru, istri Arya Kistawa.
Arya Kistawa sangat marah dan
mengatakan bahwa ia tidak akan menyerahkan istrinya kepada Gandarwa Sutibar. Ia
pun menantang Gandarwa Sutibar supaya melangkahi mayatnya terlebih dahulu jika
ingin merebut Dewi Kesru. Gandarwa Sutibar menerima tantangan tersebut dan kemudian
undur diri menunggu Arya Kistawa di luar istana.
Prabu Kiswara berpesan agar Arya
Kistawa berhati-hati menghadapi Gandarwa Sutibar yang berasal dari golongan
makhluk halus tersebut. Patih Mandasrawa dan Arya Prahasana pun diperintahkan untuk
menyiagakan pasukan Gandaradesa demi membantu Arya Kistawa.
Setelah membubarkan pertemuan,
Prabu Kiswara lalu masuk ke dalam istana di mana sang permaisuri Dewi
Mandarawati telah menunggu. Sudah bertahun-tahun mereka menikah namun belum
juga memiliki anak, sehingga kelahiran Raden Gendara dan Dewi Gendari ini
membuat mereka ikut bahagia. Bahkan, Prabu Kiswara berniat mengambil Raden
Gendara sebagai anak angkat.
GANDARWA SUTIBAR MENCULIK DEWI KESRU
Sementara itu, Gandarwa
Sutibar telah kembali ke pasukannya yang menunggu di luar istana. Tidak lama
kemudian Arya Kistawa dan Patih Mandasrawa datang dengan diiringi pasukan Gandaradesa.
Pertempuran pun terjadi di antara mereka demi menjawab surat lamaran dari Prabu
Siswandakala tadi.
Gandarwa Sutibar melihat prajuritnya
banyak yang tewas di tangan Arya Kistawa dan pasukannya. Menyaksikan pihaknya
terdesak, Gandarwa Sutibar pun menghilang lenyap dari pandangan. Ia lalu masuk
ke dalam kaputren dan menculik Dewi Kesru yang sedang beristirahat.
Prabu Kiswara dan Dewi
Mandarawati yang masing-masing sedang menggendong bayi Raden Gendara dan Dewi
Gendari sangat terkejut melihat Dewi Kesru tiba-tiba lenyap dari pandangan. Arya
Kistawa yang telah memukul mundur pasukan musuh pun ikut terkejut begitu
mendengar laporan. Ia segera mencari ke seluruh pelosok istana tetapi tidak
juga menemukan keberadaan istrinya.
Prabu Kiswara menasihati adiknya
untuk tetap tenang. Ia menyarankan agar Arya Kistawa meminta petunjuk tentang
hilangnya Dewi Kesru kepada Resi Abyasa yang kini telah menjadi raja Hastina,
bergelar Prabu Kresna Dwipayana. Arya Kistawa menurut dan segera berangkat
meninggalkan Kerajaan Gandaradesa.
ARYA KISTAWA MENDAPAT BANTUAN GANDARWARAJA SWALA
Prabu Kresna Dwipayana di
Kerajaan Hastina sedang memimpin pertemuan yang dihadiri Resiwara Bisma, Patih Jayayatna,
Arya Banduwangka, Arya Bargawa, dan Arya Bilawa. Tiba-tiba datang Arya Kistawa yang
memohon untuk dibantu mengatasi permasalahannya. Berdasarkan silsilah Resi
Manumanasa dan Resi Sakra, maka Prabu Kresna Dwipayana pun memanggil “kakak”
kepada Arya Kistawa. Mendengar berita penculikan Dewi Kesru tersebut, Prabu
Kresna Dwipayana merasa prihatin. Ia lalu mengheningkan cipta dan mendapatkan
petunjuk dari dewata bahwa Dewi Kesru hilang karena diculik Gandarwa Sutibar.
Karena yang menculik adalah
bangsa gandarwa, maka Prabu Kresna Dwipayana segera bersiul mengundang sahabat
ayahnya, yaitu Gandarwaraja Swala (ayah kandung panakawan Petruk). Raja makhluk
halus itu seketika datang, siap melaksanakan tugas. Prabu Kresna Dwipayana pun
meminta tolong kepada Gandarwaraja Swala untuk membantu Arya Kistawa menemukan
istrinya yang diculik Gandarwa Sutibar.
Gandarwaraja Swala menjelaskan
bahwa Gandarwa Sutibar adalah bekas anak buahnya yang berkhianat dan kini mengabdi
kepada Prabu Siswandakala, raja raksasa dari Kerajaan Selamangleng.
Gandarwaraja Swala pun bersedia membantu Arya Kistawa, sekaligus untuk
memberikan hukuman kepada Gandarwa Sutibar. Keduanya lalu mohon pamit
berangkat. Prabu Kresna Dwipayana memerintahkan panakawan Petruk dan Bagong untuk
ikut bersama mereka. Ia sendiri mengajak Resiwara Bisma beserta Kyai Semar dan
Nala Gareng pergi mengunjungi Prabu Kiswara di Kerajaan Gandaradesa.
GANDARWA SUTIBAR MEMERKOSA DEWI KESRU
Sementara itu, Gandarwa
Sutibar sedang menyekap Dewi Kesru di dalam Hutan Tikbrasara. Pada mulanya, ia berniat
menghadapkan Dewi Kesru kepada Prabu Siswandakala yang ingin sekali
menikahinya. Akan tetapi, begitu menyaksikan kecantikan istri Arya Kistawa
tersebut, Gandarwa Sutibar menjadi terpikat dan ingin memilikinya untuk diri sendiri,
atau istilahnya “melik nggendong lali”.
Melihat keadaan Dewi Kesru
yang masih lemah karena baru saja melahirkan dua bayi sekaligus, Gandarwa
Sutibar tidak kekurangan akal. Ia pun mengerahkan ilmu sihirnya untuk
menyembuhkan perempuan itu sehingga menjadi sehat seperti sediakala. Gandarwa
Sutibar lalu meminta Dewi Kesru untuk menjadi istrinya. Dewi Kesru menolak
dengan tegas. Karena kesehatannya sudah pulih, ia pun meronta dan berusaha
melarikan diri dari sekapan Gandarwa Sutibar.
Gandarwa Sutibar marah dan
hasratnya semakin memuncak. Ia pun mengejar Dewi Kesru dan berhasil menangkapnya,
lalu memerkosa wanita itu demi melampiaskan nafsu birahinya.
GANDARWARAJA SWALA MEMBUNUH GANDARWA SUTIBAR
Gandarwaraja Swala dan Arya
Kistawa telah sampai di Hutan Tikbrasara. Mereka sangat marah melihat ulah
Gandarwa Sutibar. Tanpa banyak bicara, Gandarwaraja Swala langsung menghajar
bekas anak buahnya itu dan terjadilah pertarungan di antara mereka.
Setelah bertarung cukup lama,
Gandarwaraja Swala akhirnya berhasil membunuh Gandarwa Sutibar. Ia lalu bersama
Arya Kistawa membawa Dewi Kesru pulang ke Kerajaan Gandaradesa.
DEWI KESRU MELAHIRKAN BAYI LAKI-LAKI
Arya Kistawa, Dewi Kesru, dan
Gandarwaraja Swala telah tiba di Kerajaan Gandaradesa. Di hadapan Prabu Kiswara
dan anggota keluarga lainnya, Dewi Kesru berterus terang bahwa dirinya baru
saja diperkosa oleh Gandarwa Sutibar. Ia merasa sangat sedih dan berniat bunuh
diri. Namun, Arya Kistawa mencegahnya karena menganggap apa yang telah terjadi
adalah suratan takdir di luar kehendak manusia.
Prabu Kiswara membenarkan
ucapan adiknya. Namun demikian, ia tidak rela jika Dewi Kesru sampai mengandung
anak Gandarwa Sutibar hasil pemerkosaan tersebut. Prabu Kiswara pun meminta
tolong kepada Gandarwaraja Swala untuk memeriksa rahim adik iparnya itu dan mengeluarkan
benih yang tertanam akibat ulah Gandarwa Sutibar, tanpa menyakiti Dewi Kesru. Gandarwaraja
Swala segera maju untuk memenuhi permintaan tersebut.
Sementara itu, arwah penasaran
Resi Dwapara sedang melayang-layang di atas Kerajaan Gandaradesa. Dahulu kala,
Resi Dwapara tewas di tangan sepupunya sendiri, yaitu Resi Satrukem (kakek
buyut Prabu Kresna Dwipayana) saat ia menyerang Gunung Saptaarga. Arwahnya pun
penasaran dan bertekad ingin membalas dendam dengan cara menghancurkan
keturunan Resi Satrukem. Atas petunjuk Batara Kala, arwah Resi Dwapara harus
menitis ke dalam rahim Dewi Kesru jika ingin mewujudkan keinginan tersebut.
Maka, begitu sampai di
Kerajaan Gandaradesa, arwah Resi Dwapara segera masuk ke dalam rahim Dewi
Kesru. Di sisi lain, Gandarwaraja Swala yang sedang mengerahkan kesaktiannya tidak
menyadari kehadiran arwah penasaran tersebut. Ia sendiri sibuk berusaha
mengeluarkan benih yang ditanam Gandarwa Sutibar. Akan tetapi, benih dalam
rahim Dewi Kesru itu kini dilindungi oleh arwah Resi Dwapara. Perpaduan
kesaktian dari kedua makhluk halus tersebut membuat si janin bukannya gugur keluar,
melainkan justru berkembang makin lama makin besar. Arwah Resi Dwapara kemudian
bersatu jiwa raga dengan janin tersebut yang kini siap dilahirkan.
Sungguh ajaib, kandungan Dewi
Kesru telah matang hanya dalam waktu sehari dan kini ia pun melahirkan seorang
bayi laki-laki.
KEMATIAN PRABU KISWARA
Pemandangan ajaib itu membuat
heran semua yang menyaksikannya. Prabu Kiswara tidak peduli dan ia berniat
membunuh bayi laki-laki anak gandarwa tersebut. Namun, Arya Kistawa mencegah kakaknya
karena tidak tega melihat wajah polos si bayi. Entah mengapa, Arya Kistawa
merasa kasihan terhadap bayi itu dan ingin merawatnya sebagai anak sendiri.
Tidak lama kemudian datanglah Prabu
Kresna Dwipayana dan Resiwara Bisma dari Kerajaan Hastina. Prabu Kiswara
menyambut kedatangan mereka dan menceritakan keanehan yang dialami adik iparnya.
Prabu Kresna Dwipayana mendapatkan firasat bahwa bayi laki-laki yang baru lahir
ini akan menjadi sumber kekacauan di masa depan. Namun, itu semua sudah menjadi
kehendak Yang Mahakuasa sebagai sarana untuk membersihkan bumi dari angkara
murka. Itu sebabnya, bayi laki-laki ini tidak ditakdirkan untuk mati sekarang.
Prabu Kresna Dwipayana pun tunduk pada suratan takdir dan ia hanya bisa berusaha
menyabarkan kemarahan Prabu Kiswara.
Pada saat itulah datang Patih
Mandasrawa yang melaporkan bahwa raja raksasa Prabu Siswandakala dari Kerajaan
Selamangleng telah menyerbu Kerajaan Gandaradesa karena lamarannya ditolak.
Prabu Kiswara yang masih dibakar amarah langung maju ke medan perang untuk
menyambut datangnya musuh. Karena perasaannya sedang bingung, ia menjadi kurang
waspada sehingga lengah dan menemui ajal di tangan Prabu Siswandakala dalam
pertempuran tersebut.
Melihat sang tuan rumah
terbunuh, Resiwara Bisma tidak bisa tinggal diam begitu saja. Ia pun terjun ke
medan perang menghadapi musuh. Dalam pertempuran itu, ia berhasil menewaskan
Prabu Siswandakala dan menghancurkan pasukan Selamangleng.
ARYA KISTAWA MENJADI RAJA GANDARADESA
Kerajaan Gandaradesa kini berduka
karena kehilangan rajanya. Setelah masa berkabung usai, Prabu Kresna Dwipayana
menyarankan agar Dewi Mandarawati menggantikan suaminya menjadi raja. Namun,
Dewi Mandarawati merasa tidak sanggup dan menyerahkan takhta Gandaradesa kepada
adik iparnya, yaitu Arya Kistawa. Ia sendiri merasa sudah cukup bahagia jika
dapat melaksanakan keinginan mendiang Prabu Kiswara, yaitu mengambil Raden
Gendara sebagai anak angkat.
Arya Kistawa merasa keberatan menjadi
raja karena dirinya bukan asli orang Gandaradesa, tetapi pendatang dari
Andongdadapan. Namun, karena Dewi Mandarawati tetap memaksa, akhirnya ia pun bersedia
dilantik sebagai raja yang baru. Sebagai ungkapan terima kasih kepada
Gandarwaraja Swala yang telah membantunya menemukan kembali Dewi Kesru, maka
Arya Kistawa pun memakai gelar yang mirip dengannya, yaitu Prabu Suwala.
Resiwara Bisma masih prihatin
atas musibah yang telah terjadi. Ia pun berharap agar kelak Prabu Suwala dan
Prabu Kresna Dwipayana dapat berbesan supaya hubungan persaudaraan antara kedua
negara dapat menjadi lebih erat. Semoga kelak setelah dewasa, Dewi Gendari bisa
menikah dengan salah satu putra Kerajaan Hastina, entah itu Raden Kuru, Raden
Pandu, ataupun Raden Widura. Prabu Suwala merasa bersyukur jika hal itu bisa menjadi
kenyataan.
Sementara itu, Prabu Kresna
Dwipayana sedang merenung membayangkan bahwa bayi laki-laki yang dilahirkan
Dewi Kesru kelak akan menjadi sumber kekacauan, sebagaimana firasat yang ia
terima. Ia pun berharap Batara Wisnu juga terlahir sebagai manusia untuk menangkal
pengaruh buruk bayi laki-laki ini. Untuk itu, Prabu Kresna Dwipayana
mengusulkan agar sebaiknya bayi laki-laki tersebut diberi nama Raden Suman.
Resiwara Bisma berbisik apakah
Suman itu singkatan dari “nafsu siluman”, yaitu sebagai pengingat bahwa si bayi
laki-laki adalah hasil kejahatan Gandarwa Sutibar? Prabu Kresna Dwipayana
menjawab bahwa Suman adalah nama lain Batara Wisnu. Dengan demikian, apabila
nama Raden Suman dipanggil, maka itu sama saja dengan mengharap kehadiran
Batara Wisnu, sang pemelihara ketertiban dunia agar segera lahir ke dunia.
Prabu Suwala menerima saran
Prabu Kresna Dwipayana tersebut. Ia pun memberi nama Raden Suman kepada bayi
laki-laki yang dilahirkan istrinya. Setelah dirasa cukup, Prabu Kresna
Dwipayana dan Resiwara Bisma mohon pamit kembali ke Kerajaan Hastina disertai
para panakawan.
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar