Kisah ini menceritakan tentang Bambang Purwaganti yang mencari ayahnya,
yaitu Resi Anoman. Dikisahkan pula tentang Raden Nakula yang mencari hilangnya
Raden Sadewa beserta Jamus Kalimahusada.
Kisah ini saya olah dari sumber rubrik Pedhalangan di Majalah Panjebar
Semangat, yang dipadukan dengan keterangan pada Ensiklopedia Wayang Purwa karya
Rio Sudibyoprono, dengan perubahan seperlunya.
Kediri, 26 Oktober 2018
Heri Purwanto
Untuk daftar judul lakon wayang lainnya, klik di sini
Bambang Purwaganti saat memakai wujud wanara. |
------------------------------
ooo ------------------------------
PRABU KRESNA MENDAPAT SURAT TANTANGAN DARI KERAJAAN PURWANTARA
Di Kerajaan Dwarawati, Prabu
Kresna Wasudewa memimpin pertemuan yang dihadiri sang putra mahkota Raden Samba
Wisnubrata, sang senapati Arya Setyaki, serta menteri utama Patih Udawa. Hadir
pula sang kakak dari Kerajaan Mandura, yaitu Prabu Baladewa.
Kedatangan Prabu Baladewa
adalah karena mendapat surat undangan dari Prabu Kresna, di mana surat tersebut
berisi tentang adanya hal penting yang sedang menimpa Kerajaan Dwarawati. Prabu
Baladewa pun memacu Gajah Puspadenta dengan didampingi Patih Pragota dan Arya
Prabawa. Kini ia telah sampai di hadapan Prabu Kresna dan menanyakan ada
masalah apa yang sedang dihadapi Kerajaan Dwarawati.
Prabu Kresna menjawab, tujuh
hari yang lalu dirinya menerima kiriman surat dari seorang bernama Prabu
Dewakusuma di Kerajaan Purwantara. Dalam surat itu disebutkan bahwa Prabu
Dewakusuma ingin meminta pusaka Kerajaan Dwarawati yang bernama Cakra
Sudarsana. Prabu Kresna diminta untuk menyiapkannya, dan kelak setelah tujuh
hari akan datang utusan Prabu Dewakusuma yang mengambil pusaka itu. Apabila
Prabu Kresna menolak menyerahkan Senjata Cakra, maka Prabu Dewakusuma tidak
segan-segan untuk menggempur Kerajaan Dwarawati dan meratakannya dengan tanah.
Prabu Baladewa sangat marah
dan terkejut mendengar isi surat itu. Ia menyebut Prabu Dewakusuma sungguh
lancang berani menantang Kerajaan Dwarawati. Cakra Sudarsana adalah lambang
Kerajaan Dwarawati. Meminta senjata Cakra sama artinya Prabu Dewakusuma meminta
Prabu Kresna menyerahkan kedaulatan Kerajaan Dwarawati kepadanya. Namun
demikian, Prabu Baladewa heran mengapa Prabu Kresna tidak langsung menghajar
Kerajaan Purwantara. Mengapa pula harus meminta pendapat darinya terlebuh
dahulu?
Prabu Kresna menjawab, dirinya
adalah titisan Batara Wisnu, sehingga tidak boleh sembarangan berperang. Prabu
Kresna terikat aturan bahwa ia hanya boleh berperang melawan musuh yang
benar-benar boleh dilawan. Itu sebabnya ia pun mengundang Prabu Baladewa, karena
ia yakin kakaknya itu memiliki cara untuk mengatasi Prabu Dewakusuma.
Prabu Baladewa menyebut Prabu
Kresna terlalu banyak adat. Sejak kecil mereka hidup bersama tentunya saling
mengetahui sifat masing-masing. Prabu Baladewa sifatnya terbuka. Jika ada musuh
ya dilawan, cukup begitu saja. Maka, jika nanti pasukan Kerajaan Purwantara
datang menyerang, ia siap untuk menghadapi mereka. Prabu Kresna tidak perlu
khawatir soal ini.
PATIH DASAGRIWA MENAGIH SENJATA CAKRA
Tidak lama kemudian, datanglah
utusan dari Kerajaan Purwantara menghadap Prabu Kresna. Utusan tersebut
berwujud wanara berbadan tinggi besar, mengaku bernama Patih Dasagriwa. Ia
diutus Prabu Dewakusuma untuk mengambil senjata Cakra Sudarsana, karena tujuh
hari yang lalu rajanya itu telah berkirim surat meminta Prabu Kresna agar
menyiapkan pusaka tersebut. Kini tentunya senjata Cakra sudah disiapkan dan
Patih Dasagriwa hanya tinggal mengambil saja.
Prabu Baladewa maju menengahi.
Ia mengaku dirinya telah mendapat mandat dari Prabu Kresna untuk mewakili serah
terima senjata Cakra. Namun, sebelum menerima senjata Cakra, Patih Dasagriwa
harus kuat menerima senjata Nanggala miliknya terlebih dulu. Patih Dasagriwa
paham Prabu Baladewa telah menantangnya berperang. Maka, ia pun mempersilakan
Prabu Baladewa bertempur di luar apabila hendak menjajal kesaktiannya.
Prabu Baladewa semakin marah
melihat ada wanara begitu sombong di hadapannya. Maka, ia pun mohon pamit
kepada Prabu Kresna menghadapi Patih Dasagriwa dan pasukannya. Prabu Kresna menyerahkan
sepenuhnya persoalan ini kepada sang kakak. Ia juga memerintahkan Arya Setyaki
dan Patih Udawa untuk ikut mendampingi Prabu Baladewa.
PRABU KRESNA MENINGGALKAN KERAJAAN DWARAWATI
Sesampainya di luar istana,
kedua pihak pun berhadap-hadapan. Maka, terjadilah pertempuran di mana pasukan
Dwarawati bertempur melawan pasukan Purwantara. Prabu Baladewa bertarung
menghadapi Patih Dasagriwa. Tak disangka, Patih Dasagriwa ternyata sangat sakti
tidak bisa dilukai menggunakan senjata Nanggala. Bahkan sebaliknya, justru Prabu
Baladewa yang dapat diringkus dan ditangkap oleh Patih Dasagriwa.
Arya Setyaki, Patih Udawa,
Patih Pragota, dan Arya Prabawa serentak menyerang Patih Dasagriwa untuk
membebaskan Prabu Baladewa. Namun, mereka semua juga ikut tertangkap dan
menjadi tawanan pasukan Purwantara.
Melihat kekalahan ada di pihaknya,
Raden Samba segera mundur untuk melapor kepada Prabu Kresna. Tak disangka,
ayahnya itu justru memilih untuk mengungsi. Raden Samba bertanya mengapa Patih
Dasagriwa tidak dilawan saja, bukankah ayahnya itu titisan Batara Wisnu? Prabu
Kresna menjawab, Batara Wisnu yang bersemayam di dalam dirinya tidak
mengizinkan untuk berperang melawan Patih Dasagriwa. Raden Samba bertanya
apakah ayahnya itu tidak malu jika sampai dicemooh orang lain sebagai raja
pengecut. Prabu Kresna menjawab, untuk apa takut pada perkataan orang? Manusia
memiliki jiwa dan pikiran sendiri, tidak perlu bergantung pada penilaian orang.
Raden Samba tidak berani
membantah lagi. Prabu Kresna lalu berangkat mengungsi. Ia berpesan apabila
Patih Dasagriwa bertanya, tolong dijawab saja bahwa ia pergi mengungsi ke
Kerajaan Amarta. Patih Dasagriwa hendaknya dipersilakan untuk mengejar ke sana.
Raden Samba heran mengapa tempat pengungsian harus diberi tahukan kepada musuh?
Namun, ia tidak berani membantah dan hanya bisa mematuhi perintah itu saja.
Demikianlah, Prabu Kresna pun
berangkat meninggalkan Kerajaan Dwarawati. Tidak lama kemudian Patih Dasagriwa
datang mencarinya. Sesuai pesan tadi, Raden Samba pun memberi tahu Patih
Dasagriwa bahwa ayahnya telah pergi mengungsi ke Kerajaan Amarta. Apabila Patih
Dasagriwa masih ingin merebut senjata Cakra, silakan untuk mengejar ke sana.
Patih Dasagriwa melihat wajah
Raden Samba tampak berkata jujur. Ia pun memerintahkan seorang punggawa untuk pergi
melapor kepada Prabu Dewakusuma di Kerajaan Purwantara, sedangkan dirinya
berangkat mengejar Prabu Kresna.
BAMBANG PURWAGANTI INGIN MENCARI AYAHNYA
Tersebutlah seorang pendeta
bernama Resi Purwapada, pemimpin Padepokan Andongcinawi. Ia memiliki satu orang
putri bernama Endang Purwati. Adapun Endang Purwati juga memiliki anak
laki-laki yang bernama Bambang Purwaganti.
Usia Bambang Purwaganti sudah
hampir tiga puluh tahun, tetapi ia sama sekali belum pernah bertemu dengan ayah
kandungnya. Ia pun bertanya kepada sang ibu, namun ibunya tidak pernah mau
menceritakan yang sebenarnya. Karena terus-menerus didesak, akhirnya Endang
Purwati melaporkan hal ini kepada Resi Purwapada.
Resi Purwapada merasa memang
sudah saatnya Bambang Purwaganti mengetahui siapa ayah kandungnya. Ia lalu
bertanya kepada cucunya itu, apakah tidak malu apabila memiliki ayah bukan dari
golongan manusia. Bambang Purwaganti menjawab, dirinya tidak akan pernah malu
apa pun wujud ayahnya. Meskipun ayahnya berwujud raksasa menyeramkan, tetap
saja ia ingin datang menyembah, sebagai wujud syukur dan darmabakti seorang
anak kepada orang tua yang telah mengukir jiwa raganya.
Resi Purwapada senang
mendengar jawaban cucunya itu. Ia pun bercerita bahwa sekitar tiga puluh tahun
lalu ada seekor wanara tua berbulu putih bersih datang dari seberang lautan.
Wanara tersebut bernama Kapi Anoman yang datang ke Pulau Jawa untuk mengejar
roh Prabu Rahwana. Semasa hidupnya, Prabu Rahwana adalah raja angkara murka
yang akhirnya dapat dikalahkan oleh Prabu Sri Rama, titisan Batara Wisnu. Agar
tidak bangkit kembali, mayat Prabu Rahwana pun ditindih Kapi Anoman menggunakan
Gunung Ungrungan.
Ratusan tahun berlalu, tiba-tiba
roh Prabu Rahwana berhasil meloloskan diri dari penjara gaib Gunung Ungrungan.
Menurut petunjuk dewata, roh Prabu Rahwana kabur ke arah Pulau Jawa untuk
mencari titisan Dewi Wedawati yang bersemayam dalam diri Dewi Sumbadra. Selain
itu, di Pulau Jawa juga ada titisan Batara Wisnu dalam wujud Prabu Kresna raja
Dwarawati, serta Saudara Tunggal Bayu Kapi Anoman yang bernama Arya Wrekodara
di Kerajaan Amarta.
Kapi Anoman pun membulatkan
tekad untuk mengejar roh Prabu Rahwana ke Pulau Jawa, sekaligus ingin berjumpa dengan
Arya Wrekodara dan ingin pula mengabdi kepada Prabu Kresna. Namun, karena usianya
sudah sangat tua, ia pun kelelahan saat menyeberangi lautan hingga akhirnya
jatuh pingsan ketika sampai di Pulau Jawa. Untungnya, Kapi Anoman ditemukan
Resi Purwapada dan Endang Purwati. Kedua ayah dan anak itu pun merawatnya
sampai sembuh.
Rupanya, kebersamaan setiap
hari membuat Kapi Anoman dan Endang Purwati saling tertarik. Cinta memang tidak
mengenal jarak usia, juga tidak mengenal perbedaan wujud. Resi Purwapada yang
bijaksana juga merestui hubungan mereka. Maka, Kapi Anoman dan Endang Purwati
dinikahkan secara sederhana di Padepokan Andongcinawi.
Akan tetapi, Kapi Anoman
kemudian sadar bahwa dirinya sedang mengemban tugas untuk mengejar dan
menangkap roh Prabu Rahwana. Diam-diam ia pun pergi tanpa pamit meninggalkan
Padepokan Andongcinawi. Ia sama sekali tidak tahu kalau Endang Purwati sedang
mengandung putranya. Hingga akhirnya, Endang Purwati pun melahirkan seorang
putra yang diberi nama Bambang Purwaganti.
Demikianlah kisah yang
disampaikan Resi Purwapada. Kini Bambang Purwaganti telah mengetahui siapa ayah
kandungnya. Ia merasa bangga ternyata ayahnya bukan orang sembarangan. Meskipun
berwujud wanara, Kapi Anoman seorang pembela kebenaran, musuh kaum angkara
murka. Ia pun bertekad bulat ingin bertemu dengan ayahnya tersebut.
Endang Purwati tidak bisa
mencegah keinginan putranya. Ia hanya bisa memberikan restu semoga Bambang
Purwaganti dapat mewujudkan keinginannya. Resi Purwapada pun memberikan
petunjuk, apabila Bambang Purwaganti ingin bertemu Kapi Anoman, maka hendaknya
pergi mencari Prabu Kresna di Kerajaan Dwarawati, atau mencari Arya Wrekodara
di Kerajaan Amarta. Selain itu, Resi Purwapada juga mengajarkan sebuah mantra
kepada cucunya itu untuk pertahanan diri apabila bertemu musuh sakti. Bambang
Purwaganti berterima kasih, lalu ia pun mohon pamit meninggalkan Padepokan
Andongcinawi.
PRABU KRESNA BERTEMU RADEN NAKULA DAN ARYA GATUTKACA
Sementara itu, Prabu Kresna yang
sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Amarta bertemu rombongan Raden Nakula
di tengah jalan. Tampak Raden Nakula berjalan ditemani Arya Gatutkaca dan para
panakawan. Mereka pun saling bertanya kabar. Ternyata tujuan Raden Nakula
adalah hendak pergi ke Kerajaan Dwarawati untuk menanyakan perihal hilangnya
Raden Sadewa, saudara kembarnya.
Raden Nakula bercerita sekitar
dua bulan yang lalu Raden Sadewa meminjam pusaka Jamus Kalimahusada kepada
Prabu Puntadewa untuk membaca isinya sampai tamat. Prabu Puntadewa pun
meminjamkannya, karena ia tahu watak Raden Sadewa yang gemar belajar. Namun,
ketika pusaka berwujud kitab itu berada di tangan Raden Sadewa, tiba-tiba saja
melayang dengan cepat meninggalkan istana Kerajaan Amarta.
Raden Sadewa merasa bersalah
telah menghilangkan Jamus Kalimahusada. Ia pun mohon pamit kepada Prabu
Puntadewa untuk mengejar terbangnya pusaka tersebut. Hari demi hari berlalu, ternyata
Raden Sadewa ikut menghilang dan tidak pernah mengirimkan kabar. Prabu
Puntadewa mengerahkan para punggawa untuk mencari namun tidak berhasil
mendapatkan petunjuk. Raden Nakula yang merasa cemas memutuskan untuk melapor
kepada Prabu Kresna. Prabu Puntadewa setuju dan memerintahkan Arya Gatutkaca
dan para panakawan agar ikut menemani.
Mendengar
kisah tersebut, Prabu Kresna mengheningkan cipta sejenak dan kemudian berkata
bahwa Raden Sadewa tidak perlu dicari karena sebentar lagi ia akan muncul di
Kerajaan Amarta. Raden Nakula merasa penasaran. Ia kemudian bertanya kepada
Prabu Kresna mengapa berjalan kaki sendirian. Prabu Kresna pun menceritakan
tentang peperangan yang dialami Kerajaan Dwarawati melawan serangan Kerajaan Purwantara
dari awal hingga akhir.
Mendengar itu, Arya Gatutkaca
tergerak hatinya ingin membantu. Namun, Prabu Kresna melarangnya karena ia
bukan lawan Patih Dasagriwa. Arya Gatutkaca semakin dilarang justru semakin
penasaran. Ia pun mohon pamit dan melesat terbang ke arah Patih Dasagriwa yang
telah muncul mengejar Prabu Kresna.
Patih Dasagriwa dengan tangkas
menghadapi serangan Arya Gatutkaca. Pertarungan sengit pun terjadi. Arya
Gatutkaca merasa lawannya ini benar-benar tangguh. Ia tidak mampu mengalahkan Patih
Dasagriwa. Sebaliknya, justru Patih Dasagriwa yang berhasil meringkusnya dan
menjadikan Arya Gatutkaca sebagai tawanan seperti Prabu Baladewa, Arya Setyaki,
dan yang lain.
Melihat itu, Prabu Kresna
segera menarik lengan Raden Nakula dan membawanya terbang menuju Kerajaan
Amarta.
PRABU KRESNA TIBA DI KERAJAAN AMARTA
Di Kerajaan Amarta, Prabu
Puntadewa duduk dihadap Arya Wrekodara, Raden Arjuna, dan Patih Tambakganggeng.
Mereka lalu menyambut kedatangan Prabu Kresna dan Raden Nakula yang tampak
terburu-buru seperti dikejar musuh. Prabu Kresna pun menceritakan semua yang
terjadi di mana Kerajaan Dwarawati diserang utusan Prabu Dewakusuma raja Purwantara
bernama Patih Dasagriwa, yang ingin merebut senjata Cakra. Ia juga menceritakan
bahwa Prabu Baladewa, Arya Setyaki, Patih Udawa, dan juga Arya Gatutkaca saat
ini sudah menjadi tawanan musuh.
Arya Wrekodara marah mendengar
putranya ikut tertangkap. Ia bertanya mengapa Prabu Kresna sebagai titisan
Batara Wisnu tidak memberikan perlawanan? Prabu Kresna menjawab, justru karena
dirinya adalah titisan Batara Wisnu maka semuanya harus serba berhati-hati.
Prabu Kresna tidak akan berperang apabila Batara Wisnu yang bersemayam dalam dirinya
tidak mengizinkan untuk berperang.
Arya Wrekodara menjawab,
apabila Batara Wisnu tidak mengizinkan Prabu Kresna berperang, maka biarlah
dirinya saja yang menghadapi Patih Dasagriwa. Prabu Kresna melarang, karena ia
mendapat firasat sebentar lagi orang yang bisa menghadapi Patih Dasagriwa akan
segera tiba.
BAMBANG PURWAGANTI MENERIMA SYARAT PRABU KRESNA
Tidak lama kemudian datanglah
Bambang Purwaganti menghadap Prabu Puntadewa. Setelah memperkenalkan diri, ia
pun bertanya apakah bisa berjumpa Arya Wrekodara? Arya Wrekodara balik bertanya
mengapa Bambang Purwaganti ingin bertemu dengan dirinya.
Bambang Purwaganti pun memperkenalkan
diri sebagai putra Kapi Anoman yang lahir dari Endang Purwati, putri Resi
Purwapada dari Padepokan Andongcinawi. Menurut petunjuk kakeknya, jika ingin
bertemu Kapi Anoman maka hendaknya bertanya kepada Prabu Kresna raja Dwarawati
atau kepada Arya Wrekodara di Kerajaan Amarta. Karena jarak Kerajaan Amarta
lebih dekat dari Padepokan Andongcinawi, maka ia pun memilih menuju ke sana
daripada ke Kerajaan Dwarawati.
Arya Wrekodara menjawab memang
benar bahwa Kapi Anoman adalah kakaknya sesama Kadang Tunggal Bayu. Namun,
sekarang kakaknya itu sudah menjadi pendeta di Padepokan Kendalisada di Gunung
Kundalini, bergelar Resi Kapiwara Anoman. Prabu Kresna menyela, apabila Bambang
Purwaganti ingin bertemu ayahnya, maka ia bisa mendatangkan Resi Anoman saat
ini juga. Namun ada syaratnya, yaitu Bambang Purwaganti harus bisa mengalahkan
Patih Dasagriwa terlebih dahulu.
Bambang Purwaganti
menyanggupi. Ia pun bertanya di mana orang yang bernama Patih Dasagriwa itu. Tiba-tiba
di luar terdengar suara gaduh. Rupanya Patih Dasagriwa sudah datang untuk
mengejar Prabu Kresna dan kini ia bertempur melawan para prajurit Amarta.
BAMBANG PURWAGANTI MELAWAN PATIH DASAGRIWA
Bambang Purwaganti pun keluar
mendatangi Patih Dasagriwa. Ia berkata apabila Patih Dasagriwa ingin menangkap
Prabu Kresna, maka ia harus mengalahkan dirinya terlebih dulu. Patih Dasagriwa
tertawa mengejek karena Prabu Baladewa, Arya Setyaki, dan Arya Gatutkaca saja
dapat ia kalahkan, apalagi seorang pemuda tak dikenal macam Bambang Purwaganti
apa susahnya. Usai berkata demikian, ia pun melesat menerjang pemuda itu dengan
kecepatan tinggi.
Bambang Purwaganti cekatan
menghadapi serangan Patih Dasagriwa. Pertarungan sengit pun terjadi di antara
mereka. Lama-lama Bambang Purwaganti terdesak oleh kesaktian Patih Dasagriwa.
Ketika sudah hampir kalah, tiba-tiba ia teringat pada mantra yang diajarkan
sang kakek. Maka, dibacalah mantra tersebut dalam hati. Tiba-tiba sekujur tubuh
Bambang Purwaganti berubah menjadi seekor wanara berbulu putih yang mirip
sekali dengan Resi Anoman semasa muda dulu.
Bambang Purwaganti pun bangkit
menyerang Patih Dasagriwa. Kini keduanya tampak seimbang, sama-sama wanara;
yang satu gagah, yang satu tangkas. Lama-lama Patih Dasagriwa terdesak kalah.
Tubuhnya ditangkap Bambang Purwaganti dan dibanting ke tanah. Seketika wujud Patih
Dasagriwa pun musnah dan berubah menjadi pusaka Jamus Kalimahusada.
BAMBANG PURWAGANTI BERTEMU AYAHNYA
Prabu Puntadewa maju memungut
Jamus Kalimahusada. Ia berterima kasih kepada Bambang Purwaganti yang telah berhasil
menemukan kembali pusaka Kerajaan Amarta yang hilang tersebut. Kini tinggal
Raden Sadewa yang belum ditemukan. Padahal, Raden Sadewa berniat mencari
hilangnya Jamus Kalimahusada, namun justru ia sendiri juga ikut menghilang.
Sesuai janjinya, Prabu Kresna
pun mengheningkan cipta mengerahkan Aji Pameling. Seketika datanglah Resi
Anoman di hadapan Prabu Kresna akibat terkena daya sakti ajian tersebut. Ia pun
bertanya ada tugas apa sehingga dirinya didatangkan ke Kerajaan Amarta. Prabu
Kresna memberi tahu Resi Anoman bahwa wanara putih yang mirip dirinya tersebut
adalah Bambang Purwaganti yang lahir dari Endang Purwati. Resi Anoman tidak
menyangka perkawinannya dengan Endang Purwati telah membuahkan putra. Saat
menikah dulu, Resi Anoman sudah berusia sangat tua dan ia mengira tidak mungkin
bisa punya anak lagi. Itulah sebabnya, ia pergi meninggalkan Padepokan
Andongcinawi tanpa mengetahui kalau istrinya sedang mengandung.
Bambang Purwaganti pun maju
menyembah Resi Anoman. Resi Anoman menyambut putranya itu dan memeluknya erat.
Prabu Kresna berterima kasih atas bantuan Bambang Purwaganti dan
mempersilakannya untuk pergi bersama sang ayah. Resi Anoman pun mohon pamit dan
membawa Bambang Purwaganti pulang ke Padepokan Andongcinawi untuk menemui Resi
Purwapada dan Endang Purwati.
PRABU DEWAKUSUMA MENYERANG KERAJAAN AMARTA
Kedaan masih belum tenang. Kini
Prabu Dewakusuma yang datang menyerang Kerajaan Amarta karena sebelumnya telah
mendapat laporan dari punggawa yang dikirim Patih Dasagriwa. Arya Wrekodara pun
bertanya kepada Prabu Kresna, kali ini siapa yang bisa mengatasi Prabu
Dewakusuma sedangkan Bambang Purwaganti sudah pergi bersama ayahnya. Prabu
Kresna tersenyum dan memberi isyarat kepada Raden Nakula untuk maju perang.
Arya Wrekodara heran mengapa adiknya itu yang diperintah untuk maju, karena
selama ini si kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa sangat sedikit dalam
pengalaman bertempur.
Prabu Kresna menjawab, ini
adalah perintah Batara Wisnu yang ada di dalam dirinya. Raden Nakula tidak
banyak bicara. Ia pun maju menghadapi amukan Prabu Dewakusuma. Pertempuran
terjadi di antara mereka. Raden Nakula bertarung imbang melawan Prabu
Dewakusuma. Namun, lama-lama ia terdesak mundur oleh kesaktian lawannya tersebut.
Melihat itu, Prabu Kresna
segera berbisik memberikan petunjuk kepada Prabu Puntadewa. Prabu Puntadewa pun
maju dan menyerahkan Jamus Kalimahusada kepada Raden Nakula. Raden Nakula
menerima pusaka itu, lalu melemparkannya ke dada Prabu Dewakusuma. Seketika
wujud Prabu Dewakusuma pun musnah dan berubah menjadi Raden Sadewa.
Raden Nakula terkejut dan
segera memapah Raden Sadewa yang bingung seperti orang linglung. Prabu Kresna
dan para Pandawa yang lain juga ikut menghampiri. Raden Sadewa yang telah pulih
kesadarannya segera mohon ampun kepada Prabu Puntadewa. Selama ini ia telah
bersikap sombong karena merasa paling cerdas di antara para Pandawa. Ia pun
nekad meminjam Jamus Kalimahusada karena yakin pasti dapat memahami isinya. Tak
disangka, Jamus Kalimahusada menolak dipegang olehnya dan mendadak terbang
keluar meninggalkan Kerajaan Amarta. Waktu itu Raden Sadewa ketakutan dan segera
pergi mengejar. Ketika ia berhasil menangkap Jamus Kalimahusada, ternyata
pusaka itu berubah wujud menjadi seekor wanara bernama Kapi Dasagriwa. Wanara
itu lalu menyihir Raden Sadewa sehingga lupa ingatan dan menjadikannya sebagai
raja bernama Prabu Dewakusuma.
Kini semuanya telah berakhir.
Jamus Kalimahusada telah kembali ke tangan Prabu Puntadewa, dan memang hanya
Prabu Puntadewa saja yang sanggup memegangnya. Selain itu, Raden Sadewa juga telah
mendapatkan kembali kesadarannya. Prabu Baladewa, Arya Setyaki, Arya Gatutkaca,
Patih Udawa, Patih Pragota, dan Arya Prabawa, semuanya pun telah dibebaskan.
Bersama-sama mereka memanjatkan puji syukur atas segala karunia Yang Mahakuasa,
sehingga permasalahan ini dapat teratasi.
------------------------------
TANCEB KAYON
------------------------------
Catatan : Saya mencoba untuk menciptakan hubungan antara lakon di atas dengan
Wahyu Purbasejati.
Untuk kisah awal mula pertemuan Kapi Anoman dengan Prabu Kresna dan
Arya Wrekodara bisa dibaca di sini.
apike tiap karakter yang "asing" diberi foto paraga sendiri
BalasHapusmisale purwaganti wujud asline, dasagriwa, dewakusuma
Siap, boskuh
BalasHapus